20 Maret 2010

Materi Pelatihan Fasilitator Daerah "FASDA"


MATERI PELATIHAN FASDA II


I. PENGELOLAAN KEBERSAMAAN MELALUI KELOMPOK
Penumbuhan kebersamaan telah dilakukan melalui penumbuhan dinamika dalam Kelompok Produktif. Dinamika yang telah dibangun adalah suatu kristalisasi motivasi yang telah terproses dalam kegiatan-kegiatan kelompok secara bersama-sama. Dimulai dari proses pemilihan pengurus, pertemuan rutin, pengumpulan modal, perencanaan kegiatan sampai dengan pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama.

Proses yang telah berlangsung tersebut perlu ditunjang dengan adanya penerapan sistem pengelolaan secara matang dan transaparan, demi untuk kepentingan bersama. Hal ini penting karena tanpa adanya sistem pengelolaan yang jelas, maka kebersamaan yang telah terproses akan stagnan. Sehingga para petani akan melihat bahwa ternyata kebersamaan tidak menghasilkan apapun sesuai dengan keinginan mereka. Kondisi tersebut tentu saja tidak kita inginkan, sehingga perlu suatu penataan sistem kebersamaan yang logis, ekonomis dan harmonis.

Sistem yang perlu untuk diterapkan dalam penguatan pengelolaan kelembagaan petani adalah :

1. Strategi Pengembangan Kelembagaan Petani
Sistem pembangunan kekuatan kebersamaan antar kelompok, dalam suatu wilayah tertentu. Kekuatan ini diperlukan untuk mengembangkan manajemen pengelolaan usaha dalam suatu kesatuan ekonomi tertentu, sehingga dapat mencapai suatu kapasitas usaha yang menguntungkan.

2. Sistem Manajemen Kemitraan Budidaya
Sistem pengelolaan budidaya perkebunan dalam kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas kerja, efektifitas agroinput, efisiensi biaya, kontinyuitas produksi dan transfer teknologi kepada anggota.

3. Sistem Pengembangan Kepemimpinan dan Komunikasi
Sistem kepemimpinan kelompok dengan tidak meninggalkan partisipasi anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna usaha kelompok. Dalam sistem ini dikembangkan suatu metode kepemimpinan dan komunikasi dalam koridor kebersamaan kelompok.

4. Sistem Administrasi Pembukuan dan Program Tabungan
Sistem administrasi pembukuan, khususnya dalam aspek keuangan, sangat berpengaruh terhadap kepercayaan anggota peda efektiftas dan efisiensi kelompoknya. Sehingga dalam sistem ini disusun suatu teknik administrasi yang transparan, mudah diaplikasikan dan mampu mendorong motivasi anggota untuk menabung.

5. Sistem Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga
Keluarga petani sebagai satuan kesatuan terkecil dalam sebuah wilayah ekonomi petani, sangat menentukan perkembangan ekonomi di wilayah tersebut. Pengaturan ekonomi rumah tangga yang disesuaikan dengan sistem kebersamaan kelompok maupun koperasi, akan sangat membantu memperlancar proses penguatan Sistem Kebersamaan Ekonomi di wilayah tersebut.

II. MONITORING KEBERSAMAAN KELOMPOK

Sebelum melangkah pada penerapan sistem secara total, maka perlu dimonitor terlebih dahulu kondisi nyata kebersamaan dalam kelompok. Hal tersebut akan sangat membantu kita untuk menentukan :
1) Kondisi awal kebersamaan petani, sebelum menentukan sasaran kegiatan.
2) Prioritas kegiatan apa yang akan dilakukan terlebih dahulu.
3) Waktu pelaksanaan kegiatan.
Hal-hal yang perlu dilihat dalam monitoring adalah beberapa aspek yang dapat menjadi parameter tumbuhnya kebersamaan kelompok. Parameter tersebut antara lain adalah :
a. Kepengurusan Kelompok
1) Keaktifan Ketua Kelompok
2) Keaktifan Sekretaris
3) Keaktifan Bendahara

b. Kondisi Kelompok
1) Frekuensi rapat rutin
2) Kas kelompok
3) Sumber keuangan kelompok : dari iuran anggota, tabungan anggota, pendapatan usaha kelompok, donatur dan atau lain-lain
4) Persentase keaktifan anggota
5) Buku adminitrasi kelompok : daftar anggota, kas kelompok, buku notulen rapat, buku produksi kelompok, buku Kegiatan Kelompok
6) Aturan dan Sanksi dan contohnya

c. Kondisi Kebun Anggota Kelompok :
1) Sudah Panen
2) Belum panen
3) Terawat baik
4) Kurang terawat

d. Program Kerja :
1) Pertemuan Rutin
2) Kebun Kolektif
3) Simpan Pinjam
4) Arisan
5) Pembelian Saprodi Secara Bersama
6) Penjualan Hasil Secara Bersama
7) Gotong Royong
STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETANI

I. RUMAH IDAMAN MASA DEPAN

Rumah Idaman diartikan sebagai kondisi yang akan dicapai/diinginkan oleh petani berdasarkan kekuatan yang ada dan kondisi setempat. Jangkauan pencapaian rumah idaman ini dituangkan dalam bentuk harapan yang telah betul-betul dipikirkan. Harapan yang muncul dapat dari beberapa aspek yaitu SDM, KELEMBAGAAN, TENIS BUDIDAYA, KEMITRAAN dan KEUANGAN. Dalam membuat harapan pada aspek-aspek tersebut, diharapkan dapat membuat harapan yang jelas sehingga dapat dilaksanakan.
Rumah Idaman merupakan kristasliasi harapan yang mencakup suatu wilayah yang luas, bukan sebagai suatu harapan atau cita-cita secara individu. Hal ini dapat dilihat bahwa sebenarnya harapan setiap individu kurang lebih sama, sehingga sebenarnya dapat dijadikan harapan dalam suatu kesatuan wilayah. Pada kondisi demikian maka kebersamaan dalam suatu wilayah akan menjadi suatu kekuatan yang mampu mengatasi masalah yang timbul, yang akan menggagalkan pembangunan Rumah Idaman tersebut.
Kebersamaan dalam mencapai Rumah Idaman tersebut memerlukan suatu pengelolaan yang unik, karena mewakili aspirasi dari semua individu dan kelompok yang ada di wilayah tersebut. Sehingga hal tersebut membutuhkan suatu lembaga atau forum yang isebut Forum Koordinasi Manajemen Kebun (FKMK).

II. FORUM KOORDINASI MANAJEMEN KEBUN (FKMK)

FKMK merupakan cikal bakal dari lembaga usaha masyarakat petani, baik dalam bentuk koperasi maupun badan usaha lain. FKMK perlu untuk benar-benar dipersiapkan agar nantinya koperasi yang terbentuk dapat benar-benar menjadi lembaga ekonomi rakyat, berfungsi secara optimal dan melayani anggota dengan sungguh-sungguh dan mampu meningkatkan taraf ekonomi anggotanya. Secara detail, FKMK sebenarnya mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Tujuan FKMK
1) Meningkatkan keamanan dan kemampuan kerjasama dalam semangat kemitraan;
2) Menciptakan kebersamaan ke dalam dan ke luar;
3) Memotivasi pelaksanaan program kerja setiap kelompok di wilayahnya;
4) Mengarahkan pelaksanaan teknis kebun;
5) Menjaga dan meningkatkan mutu (penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen);
6) Memotivasi petani.

2. Fungsi FKMK

1) Sebagai wadah yang mempersiapkan berdirinya Koperasi
2) Sebagai media penghubung antara kelompok dan kelompok dengan instansi terkait;
3) Kaderisasi anggota kelompok di setiap wilayah kerja;
4) Mencari informasi dari berbagai instansi;
5) Menyalurkan informasi ke setiap wilayah koordinasi;
6) Mempersiapkan calon pengurus Koperasi;
7) Mencari mitra usaha;
8) Mengawasi mutu produksi;
9) Mencari informasi pasar;
10) Sebagai wadah untuk mempersiapkan rancangan AD dan ART.

3. Proses Pemilihan FKMK
1) Pengurus FKMK dipilih secara musyawarah/voting (langsung, tertulis, rahasia);
2) Proses pemilihan pengurus FKMK dilakukan dengan sistem perwakilan, setiap poktif diwakili 1 orang;
3) Musyawarah dikatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 jumlah poktif.
4. Masa Bakti Pengurus
Masa bakti pengurus FKMK adalah 1 tahun. Pengurus yang terpilih sebelumnya dapat dipilih kembali dan pengurus yang terbukti menyimpang dari aturan maka diadakan rapat anggota untuk penggantian segera.
5. Kriteria Pengurus FKMK
1) Berpengalaman menjadi pengurus kelompok;
2) Memahami manajemen kebun/teknis kebun;
3) Jujur;
4) Memiliki wawasan yang luas;
5) Demokratis;
6) Mau dan mampu memperjuangkan kepentingan bersama.

6. Peran FKMK
1) Mendapatkan, mengolah dan menyampaikan serta menindaklanjuti informasi tertentu dari dalam dan luar untuk kepentingan anggota;
2) Memantau, pengarahkan pelaksanaannya pada poktif-poktif;
3) Menilai dan menindaklanjuti pelaksanaan setiap kegiatan;
4) Sebagai wadah pemersatu kelompok-kelompok produktif;
5) Membantu mendistribusikan keperluan kelompok untuk pelaksanaan teknis kebun.
6) Mempersiapkan anggota dan kelompok dalam rangka pendirian koperasi yang profesional.
7. Struktur Organisasi FKMK

STRUKTUR ORGANISASI FKMK
8. Deskripsi Tugas Pengurus FKMK
1) Ketua Utama
a) Perencana program;
b) Mendelegasikan tugas kepada ketua bidang;
c) Mengontrol pelaksanaan program;
d) Meminta pertanggungjawaban tentang pelaksanaan program dari ketua bidang.

2) Ketua I (Bidang Teknis Kebun)
a) Pengawas di bidang teknis kebun;
b) Pengawas mutu.

3) Ketua II (Bidang Organisasi dan Pendidikan Anggota)
a) Mengadakan pelatihan teknis kebun
b) Mengadakan studi banding;
c) Meningkatkan disiplin, moral, aktivitas;
d) Mengawasi administrasi;
e) Menginventarisasi potensi kelompok produktif.

4) Ketua III (Bidang Kemitraan)
a) Menjalin hubungan ke dalam dan ke luar;
b) Mencari informasi pasar;
c) Bersama wakil kelompok mengkoordinasikan kegiatan poktif-poktif.

5) Ketua IV (Bidang Keuangan)
a) Mengelola keuangan
b) Sebagai badan pemeriksaan keuangan;

6) Pengawas
a) Mengawasi efektifitas dan efisiensi kerja pengurus.
b) Mengawasi kesesuaian kerja pengurus dengan AD/ART FKMK.
c) Mengawasi kesesuaian kerja pengurus dengan Program Kerja dan RAPB FKMK yang telah disepakati dalam Rapat Anggota.
d) Memberi evaluasi terhadap pencapaian target pengurus.

9. Membangun dan mengembangkan FKMK
Pada dasarnya pengembangan kelembagaan petani sangat perlu dilakukan sesuai dengan keperluan dari petani. Dari hasil proses tersebut dapat diambil beberapa kesan bahwa perlu :
1) Membuat perencanaan yang matang;
2) Menyesuaikan perencanaan tersebut dengan situasi kekuatan dan kelemahan diri sendiri, terutama dalam hal SDM, organisasi, budidaya tanaman, keuangan dan kemitraan;
3) Petani mempunyai suatu kelembagaan yang dapat berfungsi dan melayani anggota;
4) Kelembagaan tersebut dibangun dari, oleh dan untuk anggota sehingga mereka akan merasakan kemajuan/perkembangan kelembagaan tersebut;
5) Sebelum menuju kelembagaan yang betul-betul diharapkan maka dipersiapkan lembaga (embrio) yang akan mempersiapkan segala sesuatunya yang dinamakan dengan Forum Koordinasi Manajemen Kebun (FKMK);
6) FKMK merupakan forum/tempat berkumpul dan bertemunya para petani (melalui) pengurus untuk mengkoordinasikan semua hal yang membangun diri mereka sendiri di masa yang akan datang.

10. Strategi Pengembangan dan Pembinaan
Strategi pembentukan FKMK tidak terlepas dari strategi pembentukan Koperasi karena FKMK merupakan start awal bagi pembentukan koperasi.
Bahan pertimbangan untuk pembentukan FKMK :
1) SDM (keyakinan, kebersamaan, kemampuan);
2) Aktivitas ekonomi (memiliki jenis usaha yang sama);
3) Optimalisasi Fungsi FKMK.

MANAJEMEN KEMITRAAN BUDIDAYA
I. PENGERTIAN MANAJEMEN KEMITRAAN BUDIDAYA

Usaha perkebunan sebagai usaha inti dari petani pekebun, perlu dikelola dengan manajemen yang profesional. Sasaran dari pengelolaan kebun ini adalah kebun para petani yang dimiliki secara individual, tetapi dikelola secara bersama melalui kelompok dan FKMK. Sehingga pengelolaan kebun tersebut ditujukan untuk mengelola kebun secara bersama dan untuk kesejahteraan bersama dalam roh kebersamaan.
Manajemen sendiri mempunyai fungsi untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan usaha. Dalam usaha budidaya dengan pola kemitraan ini, maka semua fungsi tersebut dilakukan secara bersama oleh semua anggota, dipimpin oleh suatu lembaga yang telah mereka bentuk dan pilih sendiri pengurusnya. Semua fungsi tersebut dilaksanakan secara terbuka dengan dilandasi oleh oleh prinsip dasar saling terbuka, saling percaya dan saling memerlukan. Semua fungsi dijalankan dengan tujuan memperkuat rasa kebersamaan dalam kelompok, tanpa mengurangi efektifitas dan efisiensi manajemen.
Manajemen kemitraan tersebut dilakukan secara logis, ekonomis dan harmonis dalam mengakumulasikan semua potensi budidaya yang ada, pada aspek-aspek yang saling mempengaruhi dan saling memperkuat. Aspek-aspek tersebut yaitu :

1) Sumber Daya Manusia (SDM)
2) Organisasi
3) Teknis Budidaya
4) Keuangan
5) Kemitraan
Penguatan kelima aspek dalam manajemen kemitraan tersebut, dilakukan karena kelima aspek tersebut akan menjamin keutuhan lembaga dan kelangsungan usaha budidaya dalam jangka panjang.

II. MANAJEMEN BUDIDAYA MELALUI LEMBAGA PETANI

Manajemen budidaya perlu dilihat sebagai proses pengaturan kerja-kerja kebun yang disesuaikan dengan fungsi-fungsi manajemen. Setiap pekerjaan kebun, dilaksanakan dengan melalui proses perencanaan, pengoragnisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang tepat dan terarah. Kegiatan-kegiatan kebun yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pengadaan material
Kegiatan ini dimulai dari menyusun daftar keperluan, pendanaan, pembelian sampai distribusi. Kegiatan ini berguna supaya saprodi tersedia saat dibutuhkan.

b. Penanaman
Kegiatan ini adalah awal rangkaian kegiatan budidaya. Untuk itu diperlukan bibit/benih yang berkualitas tinggi/unggul, dan waktu penanaman diupayakan tepat waktu agar menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi optimal.

c. Pemeliharaan
Dilaksanakan pada saat tanaman sudah mulai tumbuh sampai menjelang panen. Kegiatan ini meliputi pemupukan, penyiangan, dan pemberantasan hama/penyakit. Didalam pelaksanaannya pemeliharaan tanaman dilakukan bersama/berkelompok dan berkelanjutan serta disesuaikan dengan jenis maupun umur tanaman yang bersangkutan.

d. Pemanenan
Proses budidaya dari mulai memetik hasil sampai kegiatan pasca produksi dan produk siap untuk dipasarkan

e. Pemasaran
Proses pemindahan barang dari produsen (petani) kepada konsumen ( pembeli)
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengadaan material sampai pemasaran tidak hanya terfokus pada sarana produksi yang berkaitan langsung dengan tanaman saja. Tetapi manajemen kemitraan termasuk juga menyangkut infrastruktur yang diperlukan agar semua kegiatan dapat berjalan lancar, termasuk didalamnya jalan, jembatan, transport, peralatan proses pasca produksi, penelitian dan pengembangan serta peningkatan teknologi. Hanya dalam manajemen budidaya tersebut, perlu ada pembagian kerja antara kelompok dan FKMK.

FKMK sesuai fungsinya sebagai lembaga koordinasi antar kelompok, perlu mengatur kegiatan-kegiatan yang merupakan kontribusi kelompok dan kegiatan yang akan dilakukan sendiri oleh FKMK. Kegiatan yang dilakukan oleh FKMK adalah kegiatan yang berpengaruh pada kelancaran kegiatan antar kelompok, seperti pengadaan dan perawatan infrastruktur, pengaturan rotasi kerja, pengaturan transport, distribusi sarana produksi tanaman, penetapan asumsi biaya dan norma pekerjaan kebun, penelitian dan pengembangan serta pengendalian hama penyakit. Semua kegiatan tersebut direncanakan, dikelola dan diawasi oleh FKMK. Sedangkan untuk kegiatan yang merupakan kontribusi kelompok adalah pelaksanaan kegiatan kebun, pelaksanaan aplikasi sarana produksi tanaman, sensus potensi kebun dan ikut merencanakan pembiayaan kebun. Perencanaan kerja disesuaikan dengan rotasi kerja dari FKMK dan pengawasan dilakukan oleh kelompok secara langsung, dan dilaporkan kepada FKMK.

Melihat dari fungsi dan peranan FKMK dan kelompok dalam manajemen kebun, maka organisasi pelaksananya juga perlu menyesuaikan dengan fungsi yang diperlukan. FKMK telah jelas mempunyai beban kegiatan yang lebih luas dan membutuhkan perencanaan yang matang, sehingga organisasinya akan lebih kompleks dari pada kelompok. Sementara kelompok yang mempunyai fungsi sebagai unit pelaksana kerja, maka organisasinya akan lebih sederhana. Adapun bentuk struktur organisasi kelompok yang sesuai dengan fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
III. STRATEGI DASAR PENGELOLAAN KEBUN

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan budidaya diperlukan pengerahan segenap kemampuan dan potensi yang dimiliki petani dengan memperhatikan kondisi nyata yang sedang berkembang. Langkah tersebut dimaksudkan untuk mengakumulasi semua faktor pendukung keberhasilan dan menekan faktor-faktor kegagalan dalam budidaya. Setelah peserta menyadari bahwa perlu adanya kerjasama, selanjutnya peserta diajak untuk berfikir bagaimana cara mewujudkan kerjasama yang logis, ekonomis dan harmonis.

Agar kerjasama dapat berjalan secara efektif diperlukan:
1) Kesamaan pola pikir dalam budidaya
2) Perlu koordinasi
3) Perlu informasi yang jelas
4) Perlu aturan main
5) Perlu perencanaan yang matang
6) Perlu perhitungan yang akurat karena waktu dan bahan terbatas

Strategi yang dikembangkan dalam sistem kebersamaan ekonomi, mengacu pada prinsip win-win (menang-menang). Penjabarannya adalah dengan mencari aplikasi sistem kebersamaan dalam tata laksana usaha perkebunan dalam kelompok, sehingga muncul strategi dasar sebagai berikut ;
1) Tanah milik pribadi, tanaman milik Kelompok
2) Biaya produksi ditanggung secara bersama
3) Penanaman dilakukan secara bersama
4) Pemeliharaan dilakukan secara bersama
5) Pemanenan dilakukan secara bersama
6) Hama dan Penyakit dikendalikan secara
7) Pemasaran dilakukan secara bersama
8) Penerapan aturan dan sanksi atas kesepakatan bersama

IV. FUNGSI MANAJEMEN KEMITRAAN BUDIDAYA

Seperti dijelaskan terlebih dahulu bahwa fungsi manajemen secara umum adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dikaitkan dengan pekerjaan kebun yang telah diinventarisir sebelumnya, maka setiap pekerjaan tersebut perlu dikelola dengan fungsi-fungsi manajemen tersebut. Hal ini akan membutuhkan suatu sistem integral yang memerlukan item pengelolaan secara detail.

Manajemen setiap pekerjaan kebun, sebenarnya dilakukan untuk mendukung tercapainya sasaran pengerjaan kebun secara menyeluruh. Sasaran tersebut akan diterjemahkan dalam bentuk sasaran per jenis pekerjaan yang akan semakin memperjelas jenis pekerjaan yang perlu dilakukan. Sebagai contoh adalah pekerjaan pemupukan. Dalam pekerjaan ini, jenis kerja yang perlu dilakukan adalah :

1) Penghitungan (sensus) pohon yang akan dipupuk.
2) Evaluasi teknik pemupukan agar efektif, baik dari segi teknologinya maupun kemampuan anggota dalam melakukan aplikasi pemupukan.
3) Analisa teknis mengenai dosis dan waktu pemupukan.
4) Perencanaan rotasi, jumlah material secara total dan biaya yang diperlukan.
5) Pengaturan personil pelaksana pemupukan.
6) Pengadaan material pupuk, distribusi dan pengawasannya.
7) Aplikasi pemupukan dan pengawasannya.

Dari contoh di atas maka dapat dilihat bahwa untuk satu jenis pekerjaan, maka akan membutuhkan suatu rangkaian pekerjaan yang masing-masing mempunyai sasaran dan dicapai dengan menggunakan fungsi manajemen secara lengkap. Hal ini juga akan dilakukan untuk jenis pekerjaan lain yang diperlukan untuk mencapai sasaran secara secara global.

Dalam skala kebun yang luas, maka kapasitas manajemen yang diperlukan juga akan semakin besar. Demikian juga apabila kapasitas petaninya semakin besar maka manajemennya semakin luas dan rumit, karena menyangkut harkat hidup orang banyak. Malihat dari itu maka perlu direncanakan sebuah sistem manajemen yang tetap menitik beratkan pada upaya mempertinggi partisipasi anggota. Sehingga fungsi-fungsi manajemen tersebut perlu diatur berdasarkan roh kemitraan agar hasilnya dapat dirasakan secara bersama.

V. STRATEGI PENGADAAN SAPRODI DAN PEMASARAN PRODUKSI

Dalam kegiatan saprodi dan pemasaran ada dua sisi berbeda yang diinginkan oleh petani. Dalam pengadaan saprodi yang diinginkan adalah harga rendah, sedangkan dalam pemasaran diinginkan harga jual yang tinggi. Dalam mata rantai tata niaga pengadaan saprodi, semakin jauh posisi petani dari produsen maka harga sprodi yang diterima petani akan semakin tinggi. Dalam mata rantai tata niaga pemasaran produksi pertanian, semakin jauh posisi petani dari konsumen, maka harga produksi yang diterima petani semakin rendah.

DIAGRAM TATA NIAGA PRODUK

DIAGRAM TATANIAGA PENGADAAN SAPRODI

Ket : A = Pedagang perantara/penyalur/distributor

Kondisi ini perlu disikapi dengan bijaksana dan tetap difasilitasi dengan prinsip win-win. Secara mudah, maka perlu memotong jalur distribusi dan pemasaran, sehingga petani dapat langsung berhubungan dengan konsumen maupun produsen saprodi. Hal tersebut sangat ringkas, tetapi sebenarnya akan menimbulkan gejolak yang sangat besar pada awal proses dan akan merugikan petani sendiri, karena pada saat itu kondisi manajemen petani masih sangat lemah. Sehingga strategi yang perlu dipakai adalah dengan mencoba memberdayakan setiap pihak yang berkaitan dengan mata rantai tataniaga agar harga jual produksi semakin tinggi dan harga beli saprodi semakin rendah.

Yang dimaksud dengan pemberdayaan rantai pemasaran dan distribusi disini adalah diharapkan ada kesepakatan yang saling menguntungkan antara petani dengan para pedagang perantara dan penyalur saprodi. Hal ini akan menimbulkan titik keseimbangan baru dalam tata niaga produk dan distribusi saprodi yang akan semakin membaik apabila difasilitasi dengan sistem yang tepat.
KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI

I. KEPEMIMPINAN DALAM POLA KEMITRAAN

Pemimpin adalah : Seseorang yang diberi kepercayaan untuk memimpin orang lain (anggota, pengikut, anak buah) di dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

Kepemimpinan adalah : Kemampuan atau tindakan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (orang yang dipimpin, pengikut, anak buah, teman, rekan sejawat, anggota kelompok/pengurus) agar mereka termotivasi untuk mencapai suatu tujuan.

Ilmu Kepemimpinan memiliki peranan dan bertujuan untuk:

1) Memberikan pengertian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepemimpinan

2) Memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan kepemimpinan

3) Memberikan pengaruh dalam menggunakan cara dan pendekatan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan berkaitan dengan kepemimpinan.

Kepemimpinan berkaitan erat dengan masalah kewibawaan pemimpin. Kewibawaan pada hakikatnya merupakan sumber lahirnya kekuatan pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan anggota/pengikut. Perkembangan terakhir banyak dicermati kombinasi dari hal kedua dan ketiga yang menekankan pada situasi yang dihadapi pemimpin. Gaya dan tindakan pemimpin disesuaikan dengan tingkat perkembangan/kedewasaan diri anggota/orang yang dipimpin.

Di samping itu, seorang pemimpin selain memiliki gaya, tindakan dan kemampuan memimpin orang lain, hendaknya juga memiliki kemampuan mengelola (memanajemeni). Dalam melakukan pengelolaan, pemimpin melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu :

a. Perencanaan

Kegiatan untuk menyusun rencana (tugas, pekerjaan) yang akan dilaksanakan untuk mencapai sasaran.

b. Pengorganisasian

Kegiatan untuk mengatur dan mengelola tugas, wewenang dan tanggung jawab.

c. Penggerakan

Kegiatan untuk mendorong dan memotivasi orang agar melakukan tugasnya dan menghasilkan sesuatu yang diharapkan sesuai rencananya. Di sini letak fungsi memimpin.

d. Pengawasan

Kegiatan untuk mengusahakan agar pelaksanaan tugas benar-benar mengikuti apa yang direncanakan, sehingga tujuan tercapai.

Dengan demikian, keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya akan sangat ditentukan oleh : bagaimana pemimpin tersebut mengelola, memimpin anggotanya, memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan cepat dan tepat sesuai dengan situasi yang dihadapinya, serta bagaimana mendelegasikan tugasnya kepada anggota dengan terus-menerus menjalin komunikasi yang efektif dengan semua pihak.

1. GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Gaya kepemimpinan adalah perilaku pemimpin yang ditampilkan ketika ia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana dipandang atau diamati oleh orang-orang tersebut. Selama ini, jika orang membicarakan soal kepemimpinan, mereka selalu mengatakannya dalam dua kutub yang saling bertentangan, yakni:

a. Kepemimpinan otokratis (otoriter),

Bersifat serba memerintah dan mengarahkan, didasarkan pada kedudukan, pemilikan kekuasaan dan kewenangan;

b. Kepemimpinan demokratis

Bersifat mendorong dan mendukung, keikutsertaan atau peran serta anggota/orang yang dipimpin dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Kalau kita menganggapnya sebagai dua gaya kepemimpinan otokratis dan demokratis saja sangat tidak tepat. Meskipun perilaku banyak pemimpin memberikan perintah atau pengarahan kepada anggotanya untuk menyelesaikan tugas, namun cukup banyak juga pemimpin yang lebih memusatkan perhatian mereka pada penciptaan suasana yang mendukung terjalinnya kemitraan dalam kerjasama yang baik dan harmonis, antara dirinya dengan anggotanya. Oleh sebab itu, penting bagi setiap pemimpin untuk: mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasi, dan mampu memperlakukan anggota sesuai dengan keperluan dan motif yang berbeda-beda.

Dengan demikian, sesungguhnya fungsi pemimpin lebih banyak menerapkan perilaku mengarahkan dan mendorong serta menumbuhkan kerjasama dalam kemitraan. Gaya kepemimpinan cenderung berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain. Jadi, jenis perilaku tersebut memang bukan sifat perilaku yang menonjolkan gaya kepemimpinan otokratis, demokratis maupun bebas, namun lebih menekankan pada upaya pemberdayaan. Untuk lebih jelasnya, pola-pola perilaku pemimpin tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Perilaku

Rendah Mendorong Tinggi

Mengarahkan

Rendah,

Mendorong

Tinggi

G3



Mengarahkan

Tinggi,

Mendorong

Tinggi

G2
Mengarahkan

Rendah,

Mendorong

Rendah

G4
Mengarahkan

Tinggi,

Mendorong

Rendah

G1

Rendah Perilaku Tinggi

Mengarahkan

Dalam gambar di atas terlihat 5 (lima) gaya kepemimpinan. Masing-masing gaya menampilkan suatu gabungan perilaku mengarahkan dan perilaku mendorong (memotivasi) atau menumbuhkan dukungan yang berbeda-beda satu sama lain. Berbagai penggabungan tersebut masing-masing dapat dibedakan satu sama lain atas dasar empat hal pokok:

1) Besarnya pengarahan atau pengaturan yang diperlukan dan diberikan oleh pemimpin.

2) Besarnya dukungan dan dorongan semangat atau motivasi yang diperlukan dan diberikan oleh pemimpin.

3) Besarnya keterlibatan anggota yang dipimpin dalam proses pengambilan keputusan bersama.

4) Besarnya kemampuan dan kemauan anggota yang dipimpin dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama.

2. PERILAKU PEMIMPIN YANG MENGARAHKAN DAN MENDORONG

Perilaku Mengarahkan diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam bentuk komunikasi satu arah, antara lain:

1) Menjelaskan peran anggota, mengatur mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, dimana mereka perlu mengerjakannya, kapan dan bagaimana caranya.

2) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan hasil kerja anggota tersebut.

Perilaku Mendorong diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam bentuk komunikasi dua arah, antara lain:

1) Lebih banyak mendengarkan saran dan pendapat anggotanya;

2) Memberikan banyak motivasi, dukungan dan dorongan semangat (spirit);

3) Memperlancar dan mempermudah terjadinya hubungan antar pribadi serta mengikutsertakan/ melibatkan anggota dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Seperti tampak dalam gambar di atas, Gaya 1 (G1) adalah gaya kepemimpinan yang sangat banyak (tinggi) perilaku memerintah, mengatur atau mengarahkan; dan sangat sedikit (rendah) perilaku yang memberi dukungan dan dorongan semangat. Pemimpin bergaya seperti ini biasanya memberi penjelasan sangat rinci kepada anggota yang dipimpinnya tentang tujuan yang perlu dicapai dan peran yang perlu dijalankan. Pemimpin mengawasi secara ketat pelaksanaan tugas serta hasil kerja anggotanya.

Gaya 2 (G2) adalah gaya kepemimpinan dengan perilaku mengarahkan maupun menumbuhkan dorongan semangatnya tinggi. Pemimpin bergaya seperti ini juga menjelaskan secara rinci keputusan yang diambilnya kepada para anggota, tetapi tetap melakukan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan tugas dan hasil kerja anggotanya.

Gaya 3 (G3) adalah gaya kepemimpinan yang sangat rendah dalam perilaku mengarahkan, namun tinggi dalam perilaku mendorong semangat. Pemimpin bergaya seperti ini mengambil keputusan bersama dengan anggotanya dan memberi dorongan kepada para anggotanya untuk menyelesaikan pelaksanaan keputusan-keputusan tersebut.

Gaya 4 (G4) adalah gaya kepemimpinan yang sangat rendah perilaku mengarahkan maupun yang menumbuhkan dorongan semangat. Pemimpin bergaya seperti ini mengalihkan semua keputusan dan melimpahkan tanggung jawab serta wewenangnya kepada anggota untuk melaksanakan keputusan-keputusan tersebut.

Gaya 5 (G5) adalah gaya kepemimpinan yang meramu dan mengkombinasikan perilaku mengarahkan dan mendorong semangat anggota guna memberdayakan atau meningkatkan keterlibatan dalam kebersamaan dan menumbuhkan sikap saling terbuka, saling percaya, saling memerlukan dan menjalin kerjasama antara pemimpin dengan anggotanya.

3. PERILAKU PEMIMPIN SEBAGAI PEMECAH MASALAH DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN

Sebagaimana dijelaskan di depan, gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin yang diterapkan jika ia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana dipandang oleh orang-orang tersebut. Oleh karena perilaku anggota yang dipimpin pada dasarnya adalah tanggapan terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin kepada mereka dalam rangka memecahkan masalah dan mengambil keputusan organisasi, maka kelima gaya kepemimpinan di atas dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Jika digambarkan akan terlihat sebagai berikut:
Perilaku

Rendah Mendorong Tinggi

“Melibatkan”

(Gaya Pamong)

G3
“Mengajak”

(Gaya Pelatih)

G2
“Melimpahkan”

(Gaya Penasihat)

G4
“Memerintah”

(Gaya Kusir)

G1
Rendah Perilaku Tinggi

Mengarahkan
Perilaku pemimpin yang sangat mengarahkan atau mengatur dan kurang mendorong atau memotivasi (G1) dinamakan “Gaya Kusir” karena prosesnya “Memerintah” dan ditandai oleh cara berkomunikasi satu arah. Pemimpin memegang kendali dalam segala hal: menetapkan peranan anggotanya, apa tugas-tugas mereka, bagaimana cara melaksanakannya, kapan dan di mana perlu dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diprakarsai sendiri oleh sang pemimpin dan pelaksanaannya diawasi ketat olehnya.

Perilaku pemimpin yang sangat mengarahkan namun juga sangat mendorong dan menyemangati (G2) dinamakan “Gaya Pelatih” karena prosesnya “Mengajak”. Sang pemimpin masih memegang kendali hampir dalam semua keputusan, namun mulai lebih banyak menggunakan cara berkomunikasi dua arah dan lebih banyak memotivasi atau mendorong semangat anggotanya. Meskipun masih tetap melakukan pengawasan ketat terhadap anggota/anak buahnya, pemimpin mulai lebih banyak meminta dan mendengarkan pendapat atau saran anggota tentang keputusan-keputusan yang diambilnya serta mengajak dan mengikutsertakan mereka dalam membahasnya.

Perilaku pemimpin yang kurang mengarahkan tetapi banyak memberikan dorongan semangat (G3) dinamakan “Gaya Pamong” sebab prosesnya “Melibatkan” anggotanya dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah semakin sering dilakukan, dan pemimpin lebih banyak mendengarkan serta membantu memberi kemudahan dan kelancaran proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang dilakukan anggota/anak buahnya. Gaya seperti ini tepat bila anggota memang mampu dan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dilimpahkan.

Perilaku pemimpin yang kurang mengarahkan dan juga kurang memberikan dorongan semangat (G4) disebut “Gaya Penasihat” yang prosesnya lebih banyak “Melimpahkan” karena pengambilan keputusan sudah sepenuhnya diserahkan kepada anggota/anak buahnya. Sang pemimpin hanya ikut mendiskusikan permasalahan sampai pada tingkat perumusan masalah. Pada taraf ini anggota benar-benar berwenang penuh untuk memutuskan bagaimana perlu menyelesaikan tugas-tugas mereka. Anggota diberikan kebebasan untuk melaksanakan “menurut cara sendiri” karena anggota memang sudah memiliki kemampuan maupun rasa percaya diri dalam memikul tanggung jawab tersebut.

Perilaku pemimpin yang mengutamakan upaya pemberdayaan dengan menjalin kemitraan untuk saling mengangkat harkat dan martabat pemimpin maupun anggotanya (G5) dinamakan “Gaya Pemitra“. Pemimpin ini banyak menumbuhkan, memupuk dan mengembangkan rasa saling terbuka, saling percaya, saling memerlukan, saling mendukung serta saling memberdayakan anggotanya satu sama lain. Pemimpin selalu mengajak, melibatkan, dan mengikutsertakan (partisipasi) anggotanya. Mereka dianggap sebagai mitranya dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan masalah, dan bagaimana memecahkan masalah dan mengambil keputusan itu ? Masalah adalah hal yang menimbulkan kesulitan, hambatan, atau ketidakpastian. Sedangkan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan adalah suatu proses yang terdiri atas delapan langkah :

a. Menemukan masalah

Proses memisahkan mana yang masalah penting dan mendesak, benar dan berarti, mengapa perlu diatasi serta bagaimana memecahkan dan mengatasinya;

b. Mencari penyebab

Melihat kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan atau menyelesaikannya, bagaimana risiko dan perkembangannya;

c. Mencari faktor-faktor yang paling berpengaruh

Mencari informasi apa saja yang perlu dikumpulkan, menemukan penyebab utama yang mengakibatkan pemecahan paling berarti (pilih alternatif terbaik;

d. Merencanakan langkah tindakan pemecahan atau penanggulangan yang tepat

Memutuskan atau menentukan sasarannya, mengapa diperlukan, kapan batas waktunya, siapa penanggung jawab, bagaimana caranya, berapa biayanya;

e. Melaksanakan tindakan yang tepat dan terbaik

Laksanakan sesuai rencana, amati pelaksanaannya, serta tindakan pengamanannya;

f. Memeriksa/mengontrol hasil

Membandingkan hasil pemecahan terhadap rencana, cegah dan tanggulangi segera bila terjadi penyimpangan;

g. Membakukan proses pemecahan masalah dan keputusannya

Agar tidak terulang kembali masalah yang sama di kemudian hari: buat standardisasi, koreksi dan perbaiki (improvisasi atau peningkatan);

h. Menangani masalah lain yang masih ada

Selesaikan masalah yang belum terselesaikan, dan mulai lagi dari langkah pertama. Demikian terus-menerus sehingga kualitas penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan semakin meningkat dan berkualitas.

4. TINDAKAN KEPEMIMPINAN

Dapat dikatakan bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan terbaik dari keempat gaya pertama (G1– G4) yang mampu meningkatkan pertumbuhan kelompok, keharmonisan kerjasama, kepuasan manusia, kualitas pemimpin dan kepemimpinannya, atau meningkatkan produktivitas secara sekaligus pada semua situasi. Namun demikian para pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu bertindak menyesuaikan diri dengan situasi dan mampu menjalin serta memupuk kebersamaan untuk menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan antara pemimpin dengan anggotanya. Inilah pemimpin dalam spirit kemitraan. Yang diutamakan adalah tindakan si pemimpin tersebut.

Meskipun pendekatan situasional dalam kepemimpinan itu perlu, namun bila memang “segalanya bergantung pada situasi” ini benar, maka pemimpin perlu tahu “kapan” perlu bertindak menggunakan “gaya yang mana” dan “bagaimana membangun kemitraan“ yang efektif dan efisien.

Unsur-unsur situasi yang mempengaruhi suatu gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi yang dihadapinya, antara lain unsur: waktu, tuntutan tugas, iklim organisasi, rekan sejawat (kerabat kerja), keterampilan dan harapan anggota yang dipimpin. Faktor situasi yang memiliki pengaruh terbesar terhadap gaya kepemimpinan pada segala situasi adalah faktor orang yang dipimpin (anggota, pengikut, anak buah). Pada dasarnya, taraf perilaku mengarahkan atau mendorong semangat yang dilakukan oleh seorang pemimpin bergantung pada taraf perkembangan dan tingkat kedewasaan anggota/pengikut dalam melaksanakan suatu tugas, peran atau sasaran tertentu yang diberikan oleh pemimpin secara perorangan maupun melalui kelompok.

5. TARAF PERKEMBANGAN ANGGOTA YANG DIPIMPIN

Taraf perkembangan yang dimaksudkan ini terutama adalah kemampuan dan kemauan anggota untuk melaksanakan suatu penugasan atas dasar motivasi diri mereka sendiri dan bukan karena adanya pengawasan pemimpin.

Kemampuan mengandung makna pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman; dan

Kemauan mengandung makna kepercayaan diri, dorongan semangat dari dalam diri (motivasi).

Manusia cenderung berada di berbagai tingkatan/taraf perkembangan yang berbeda-beda, tergantung dari tugas, peranan dan sasaran tertentu yang diberikan kepada mereka. Contohnya: seorang petani pekebun sangat berpengalaman dalam menangani soal-soal teknis kebun dan budidaya tanaman. Tetapi tidak demikian halnya jika mereka dihadapkan pada soal-soal pengaturan organisasi atau anggaran. Dengan demikian sangat tepat bagi pemimpin kelompok dalam menghadapi anggotanya yang seperti itu dengan sedikit mungkin pengarahan dan dorongan dalam pekerjaan teknis, tetapi banyak memberikan pengarahan dan dorongan untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pengaturan anggaran yang dilakukan oleh petani.

Jadi kepemimpinan situasional terutama menguraikan tentang ketepatgunaan (efisiensi) dan keberhasilgunaan (efektivitas) gaya kepemimpinan dalam kaitannya dengan taraf perkembangan anggota dalam melaksanakan tugas.

Taraf perkembangan anggota/pengikut dapat digambarkan sebagai suatu garis di bawah gambar empat gaya kepemimpinan. Taraf perkembangan anggota tersebut dapat dibagi menjadi empat tingkatan: rendah (A1), rendah ke sedang (A2), sedang ke tinggi (A3), dan tinggi (A4). Setiap tingkatan memperlihatkan suatu gabungan berbeda antara kemampuan dengan kemauan sebagai berikut :
6. TINDAKAN KEPEMIMPINAN
G1
PAMONG

“Melibatkan”
G2
PELATIH

“Mengajak”
G4
PENASIHAT

“Melimpahkan”
G1
KUSIR

“Memerintah”

Tinggi Sedang Rendah
MAMPU DAN MAU
A4 MAMPU TETAPI TIDAK MAU
A3 TIDAK MAMPU TETAPI

MAU
A2 TIDAK MAMPU DAN TIDAK MAU
A1

Gambar di atas juga sekaligus memperlihatkan hubungan antara setiap taraf perkembangan anggota dengan tindakan dan gaya kepemimpinan yang tepat untuknya, yang bergerak ke kiri dari A1 ke A4.

Gaya kepemimpinan “Memerintah” untuk taraf perkembangan rendah. Orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau memikul beban tugas dan tanggung jawab (A1) adalah orang-orang yang tidak berkemampuan/tidak percaya diri. Dalam banyak hal, ketidakmauan mereka adalah akibat rasa tidak bisa atau kurang pengalaman dan kurang pengetahuan yang diperlukan untuk suatu tugas. Gaya kepemimpinan “Kusir” (G1) yang memberikan pengarahan sangat rinci dan pengawasan ketat merupakan gaya yang sangat efektif untuk menghadapi orang-orang yang termasuk dalam golongan A1. Gaya ini disebut memerintah karena ditandai oleh penentuan peran anggota yang dilakukan oleh pemimpin yang kemudian memerintahkan anggotanya untuk melaksanakan secara rinci tentang apa, bagaimana, kapan dan di mana dilaksanakan.

Gaya kepemimpinan “Mengajak” untuk tingkat perkembangan rendah ke sedang. Orang-orang yang tidak mampu tetapi mau memegang tugas dan tanggung jawab (A2) adalah orang-orang yang percaya diri tetapi tidak punya keterampilan. Gaya kepemimpinan “Pelatih” (G2) membe-rikan pengarahan terinci, tetapi juga memberi dorongan semangat dan kemauan yang lebih besar adalah gaya kepemimpinan yang paling tepat menghadapi orang-orang tipe A2. Gaya ini disebut mengajak sebab tindakan mengarahkan masih tetap dilakukan oleh pemimpin, dan melalui komu-nikasi dua arah yang dilakukannya, pemimpin mengajak anggotanya mengajukan pertanyaan atau saran. Komunikasi dua arah akan membantu terjaganya semangat anggota tetap tinggi meskipun ia memegang suatu tanggung jawab tugas yang tetap diawasi secara ketat oleh pemimpin.

Gaya kepemimpinan “Melibatkan” untuk taraf perkembangan sedang ke tinggi. Orang-orang yang mampu tetapi tidak mau melakukan tugas dan tanggung jawab (A3) adalah orang yang berada pada taraf ini. Ketidakmauan mereka seringkali merupakan akibat dari ketidakpercayaan diri atau rasa tak bisa. Orang yang memiliki kepercayaan diri namun tak mau melakukan tugasnya merupakan suatu masalah dorongan kehendak dan bukan masalah perasaan mampu atau tidak mampu. Terhadap dua keadaan yang berbeda itu, pemimpin tetap perlu melakukan komunikasi dua arah dan aktif mendengarkan serta mendorong semangat anggota untuk lebih membuktikan kemampuan yang dimilikinya. Gaya kepemimpinan “Pamong” (G3) hanya sedikit mengarahkan tetapi banyak memberikan dorongan merupakan gaya paling tepat menghadapi orang-orang yang termasuk dalam tipe A3. Gaya ini disebut melibatkan karena pemimpin maupun pengikut/anggota saling membagi tugas dalam pengambilan keputusan. Peran utama pemimpin adalah mendengarkan saran anggota dan memberinya kemudahan/kelancaran pelaksanaan tugas.

Gaya kepemimpinan “Melimpahkan” untuk taraf perkembangan tinggi. Orang-orang yang mampu dan mau melaksanakan tugas dan tanggung jawab (A4) adalah orang yang memiliki semua fungsi pengetahuan dan keterampilan maupun kepercayaan diri dan dorongan semangat yang tinggi. Gaya kepemimpinan “Penasihat” (G4) yang sedikit/kurang mengarahkan dan sedikit memberi dorongan adalah gaya yang tepat dalam menghadapi orang orang dengan tipe A4. Meskipun sang pemimpin masih tetap ikut serta mengidentifikasi permasalahan yang ada, namun tanggung jawab untuk merencanakan tindakan atau langkah-langkah pemecahan sudah diberikan kepada anggotanya yang memang berpengalaman. Anggota juga diberi kekuasaan untuk menunjukkan dan memutuskan tentang bagaimana, kapan dan di mana tindakan tersebut perlu dilaksanakan. Pada tingkatan ini para anggota sudah mencapai taraf kematangan jiwa, sehingga sesungguhnya tidak diperlukan lagi komunikasi dua arah atau dorongan semangat berlebihan, melainkan berjalan dalam spirit kemitraan “rasa saling“.

Gaya kepemimpinan “Menjalin Kemitraan - guna mengangkat harkat dan martabat“ untuk taraf perkembangan beragam (bervariasi). Orang-orang yang sudah mampu dan mau karena termotivasi dalam semangat kebersamaan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab (kombinasi A1 – A4) adalah orang yang sudah menyadari pentingnya kebersamaan dan jalinan kerjasama harmonis antara anggota dan pemimpinnya. Gaya kepemimpinan “Pemitra“ selalu mengutamakan penumbuhan spirit kemitraan serta meningkatkan rasa saling terbuka, saling percaya, saling memerlukan, saling membantu dan saling menguntungkan guna mengangkat harkat dan martabat anggotanya. Gaya ini disebut “Pemitra atau Pembina Kemitraan“ karena pemimpin dengan anggotanya terus-menerus memupuk hubungan kerjasama yang harmonis/ selaras sebagai mitra sejajar satu sama lain. Peran utama pemimpin adalah membangun semangat kemitraan dengan anggota dan dengan pihak-pihak lain yang terkait.

7. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN ANGGOTA YANG DIPIMPIN

Kepemimpinan situasional akan sangat membantu para pemimpin dalam menentukan gaya kepemimpinan yang digunakan terhadap anggota pada situasi tertentu dan dalam tugas tertentu. Apabila pemimpin sedang menerapkan gaya kepemimpinan serba mengarahkan dan memerintah (G1) pada seorang anggota yang tidak berpengalaman (tidak mampu) namun ia mengerjakan tugasnya dengan baik dan berhasil, timbul pertanyaan apakah si pemimpin terus menerapkan gaya tersebut selamanya? Jawabannya tentu tidak. Gaya kepemimpinan tersebut sudah lebih dari cukup digunakan. Selanjutnya pemimpin membantu anggota agar lebih meningkatkan kemauan dan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya secara mandiri, sehingga secara bertahap pemimpin dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang tidak terlalu banyak menyita waktu (G3 dan G4), namun tetap memperoleh hasil terbaik. Bahkan seyogyanya pemimpin mengarahkan pada gaya kepemimpinan kemitraan (G5) yang mengutamakan “rasa saling” dan menjalin kerjasama yang harmonis antara pemimpin dan anggotanya.

Lima langkah bagi pemimpin untuk meningkatkan kemampuan anggota yang dipimpinnya:

1) Perintahkan untuk mengerjakan tugas. Pemimpin tak perlu memimpin kecuali jika anggota memahami apa yang mesti mereka kerjakan, tanggung jawab yang dituntut dan kepada siapa mereka perlu bertanggung jawab.

2) Tunjukkan apa yang perlu dikerjakan. Sekali seorang mengetahui apa yang menjadi tanggung jawabnya dan kepada siapa dia perlu bertanggung jawab, dia pun perlu tahu bagaimana hasil kerjanya nanti dapat disebut berhasil atau gagal. Tindakan perintahkan dan tunjukkan adalah perilaku yang bersifat mengarahkan. Jadi untuk meningkatkan kemampuan anggota yang potensial (A1 – A2), umumnya dimulai dengan gaya kepemimpinan “memerintah”. Sepanjang bawahan belum mengetahui cara melaksanakan suatu tugas dengan semestinya tanpa pengarahan dan pengawasan, proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan masih dalam kendali pemimpin.

3) Biarkan mencoba dan merasakan proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sekali anggota tahu apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana hasil yang diharapkan dari dia, saatnya pemimpin mulai berani ambil risiko dan membiarkannya melakukan tugas tersebut menurut caranya sendiri. Jika menempuh cara ini, pemimpin perlu sesedikit mungkin memberikan pengarahan dan serahkan tugas tersebut kepadanya. Risikonya adalah kalau dia berbuat salah, mungkin pemimpin perlu lebih membinanya. Jelaskan risiko tersebut dan biarkan mereka memahami sendiri bahwa kesalahan yang terjadi dianggap sebagai pengalaman berharga yang tidak akan menghancurkan mereka. Sementara pemimpinnya terus senantiasa memupuk dan mengembangkan spirit kemitraan.

4) Amati penampilan dan hasil kerja mereka. Jika sudah mencoba memberikan kesempatan kepada anggota untuk melakukan sendiri tugasnya, jangan langsung sepenuhnya memberlakukan gaya “Penasihat” (G4) dan membiarkan mereka bekerja sendiri. Gaya tersebut belum tentu menolong dalam meningkatkan produktivitas dan kepuasan hasil kerjanya. Artinya, setelah memberi kesempatan melakukan apa yang perlu anggota kerjakan, pemimpin masih perlu tetap mengamati penampilan kinerja dan hasil kerjanya. Apabila sudah terbina kerjasama yang lebih harmonis, kembangkan terus spirit kemitraan mereka.

5) Tangani akibat-akibatnya. Alasan utama untuk melakukan pengawasan dan pemantauan adalah menangani berbagai akibat yang mungkin timbul, yaitu:

a) Akibat positif atau faktor yang menguatkan segala sesuatu yang menyertai suatu hasil perbuatan yang cenderung lebih mendorong dan memungkinkan perilaku tersebut diulangi lagi, bahkan ditingkatkan lagi.

b) Akibat negatif atau faktor yang melemahkan yakni segala sesuatu yang menyertai suatu hasil perbuatan yang cenderung mengurangi kemungkinan diulanginya perilaku tersebut.

c) Akibat netral atau faktor yang tidak menguatkan maupun melemahkan. Kecuali kalau anggota melakukan sesuatu yang benar-benar bagus, tidak adanya tanggapan (pengaku-an atau penghargaan) sama sekali kemungkinan akan menurunkan semangat mereka.
A4 A3 A2 A1

Jika pemimpin memberikan kesempatan kepada seorang anggota untuk melakukan sesuatu setelah “mengarahkan dan menunjukkan” caranya, pemimpin dapat mengurangi perilaku serba mengarahkan. Jika kemudian ternyata dia telah melaksanakan tugasnya dengan baik, pemimpin perlu segera tanggap untuk mulai lebih banyak mendorong semangatnya. Penggambaran arah perkembangan tersebut dalam bentuk anak-anak tangga bertingkat naik dan turun pada gambar di atas mengandung arti penurunan perilaku mengarahkan dan peningkatan perilaku mendorong dan memotivasi terus menerus sampai anggota mencapai taraf perkembangan sedang (A3 dan A4), dan secara bertahap berkembang ke arah terjalinnya kemitraan.

Dalam pengembangan kemampuan anggota, faktor pemicu yang melahirkan perubahan gaya kepemimpinan adalah kinerja. Hasil terbaik dapat dicapai apabila gaya kepemimpinan pernah dilalui dengan baik. Sang pemimpin mengarahkan dan mengawasi sejak awal sampai akhirnya anggota mencapai peningkatan bertahap ke taraf yang lebih tinggi dan menjurus ke arah pemberdayaan dan menjalin kerjasama untuk saling meningkatkan harkat dan martabat atas dasar kemitraan.
II. DELEGASI DALAM POLA KEMITRAAN

Delegasi adalah : Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab seseorang kepada orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Dalam mendelegasikan suatu pekerjaan hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Penilaian kemampuan orang yang bersangkutan;

2) Jelaskan tugas dan hasil akhir yang diinginkan;

3) Jelaskan sumber daya yang tersedia, batas waktu dan wewenang;

4) Lakukan konfirmasi tertulis;

5) Umumkan pendelegasian tersebut;

6) Jelaskan bantuan yang diberikan;

7) Periksa perkembangan pekerjaan yang didelegasikan; dan

8) Ikut bertanggung jawab atas kesalahan atau pujian keberhasilan dari pekerjaan yang didelegasikan.

Dalam melakukan suatu pendelegasian, ada beberapa hambatan yang sering dihadapi yaitu hambatan yang datangnya dari :

a. Orang yang mendelegasikan, antara lain :

1) Menyenangi tugas operasional,

2) Punya prinsip “ saya dapat mengerjakan lebih baik “,

3) Kurang pengalaman dalam pendelegasian,

4) Takut tidak disukai,

5) Takut tidak beres/terjadi kesalahan,

6) Kurang percaya,

7) Ingin selalu sempurna,

8) Pengetahuan/pengalaman berorganisasi kurang,

9) Kurang mengembangkan anggota,

10) Kurang kontrol dan tindak lanjut.

b. Penerima delegasi, yaitu :

1) Kurang pengalaman,

2) Kurang kompeten,

3) Menghindari tanggung jawab,

4) Terlalu bergantung pada pemimpin,

5) Kurang terorganisasi,

6) Terlalu banyak tugas,

7) Kurang memahami prioritas tugas.

c. Lingkungan meliputi :

1) Tipe kepemimpinan yang otokratik,

2) Kurang toleransi terhadap kesalahan,

3) Kurang kesempatan untuk menjelaskan tugas yang ada,

4) Ketidakjelasan wewenang dan tanggung jawab,

5) Kekurangan staf/anggota.

Hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan dalam memberikan delegasi adalah sebagai berikut :

1) Asal mendelegasikan;

2) Mencoba-coba kemampuan anggota pada tugas besar;

3) Pemberian delegasi kurang jelas, baik pekerjaan maupun aturannya;

4) Tanpa wewenang dan sumber daya;

5) Diberikan secara lisan ;

6) Bersifat tertutup dan tidak jelas jenis pekerjaanya;

7) Penerima delegasi dilepas tanpa adanya pengawasan/kontrol;

8) Menyalahkan orang lain atau mengambil alih keberhasilan penerima delegasi.

Dalam perkembangannya seorang pemimpin menjadi sangat sibuk dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menangani seluruh masalah yang timbul, maka dari itu pemimpin perlu mampu mendelegasikan wewenang kepada anggotanya. Pendelegasian wewenang tersebut seperlunya mengikuti petunjuk berikut ini:

1) Tentukan pekerjaan yang tak dapat didelegasikan lebih dahulu, barulah sisanya didelegasikan;

2) Tentukan siapa saja anggota yang tidak dapat diberi pekerjaan tambahan;

3) Beri penjelasan tentang tujuan pendelegasian dan hasil akhirnya, bagaimana caranya, wewenang yang dimilikinya serta kapan perlu melaporkannya;

4) Komunikasikan adanya pelimpahan wewenang tersebut;

5) Ikuti pelaksanaannya;

6) Beri bantuan sepenuhnya;

7) Beri motivasi dan pujian
III. MOTIVASI DALAM POLA KEMITRAAN

Motivasi berasal dari kata “motif”, asalnya dari kata bahasa Latin “movere” yang berarti “gerak” atau sesuatu yang berhubungan dengan gerakan atau dorongan. “Motif” berarti dorongan, rangsangan atau pembangkit semangat bagi terjadinya suatu perilaku/tingkah laku. Jadi Motivasi dapat diartikan menjadi : suatu dorongan dari dalam diri untuk mencapai suatu kemajuan dalam menjalankan kegiatannya.

Agar motivasi sebagai proses psikologis betul-betul dapat dipahami dan diciptakan oleh setiap pemimpin, ada beberapa pokok-pokok pikiran yang penting untuk dikemukakan:

1) Hakikat dan pengertian motivasi;

2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi;

3) Teknik memotivasi;

4) Langkah-langkah memotivasi.

1. HAKIKAT DAN PENGERTIAN MOTIVASI

Mengingat betapa pentingnya peranan pemimpin dalam kehidupan organisasi maka menjadi kewajiban utama bagi setiap pemimpin untuk secara terus menerus berusaha:

1) Mengamati dan memahami tingkah laku anggota yang dipimpin;

2) Mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku anggota;

3) Memperhitungkan, mengawasi, dan mengubah serta mengarahkan tingkah laku anggota.

Tingkah laku anggota dalam kehidupan organisasi pada dasarnya berorientasi pada tugas. Artinya, tingkah laku anggota yang didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan perlu senantiasa diamati, diawasi dan diarahkan dalam pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Permasalahannya bagaimana pemimpin dapat memahami, meramalkan dan mengawasi, bahkan mengubah pada saat tertentu. Untuk itu pemimpin perlu mengetahui motif anggota yang mendorong timbulnya tindakan atau perilaku pada waktu tertentu.

Jadi kepemimpinan mempunyai hubungan erat dengan motivasi sebab keberhasilan pemimpin dalam menggerakkan dan memimpin anggotanya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sangat bergantung pada kewibawaan dan penciptaan motivasi dalam diri anggota atau orang yang dipimpinnya.

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang untuk berperilaku tertentu (bekerja) guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, motivasi merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi (hubungan timbal balik) antara sikap, keperluan, cara pandang, dan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang. Motivasi timbul sebagai akibat dari faktor di dalam diri atau faktor di luar diri.

a. Faktor di dalam diri

Kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai keperluan, harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.

b. Faktor di luar diri

Ditimbulkan oleh berbagai sumber, pengaruh pemimpin, sejawat atau faktor lain yang cukup kompleks.

Ada pengertian lain (dipandang dari sisi pemimpin/yang memotivasi) yang menyatakan bahwa motivasi adalah suatu usaha secara sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang supaya mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

Perilaku yang timbul dari dalam diri seseorang didorong oleh adanya keperluan. Jadi, keperluan yang ada pada diri seseorang mendorong seseorang berperilaku. Sikap perilaku seseorang selalu mengarah pada tujuan, yaitu terpenuhinya keperluan yang diinginkan atau berbuat sesuatu. Setiap perilaku yang ditampilkan seseorang dalam kehidupan organisasi selalu dalam rangka terwujudnya suatu kepuasan atau keseimbangan.

Oleh sebab itu, apapun yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam menggerakkan anggota untuk mencapai tujuan pada akhirnya perlu dapat memberikan kepuasan kepada bawahan. Kepuasan dapat terwujud bila keperluan anggota dapat terpenuhi.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI

Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di samping faktor eksternal seperti lingkungan kerja, pemimpin, kepemimpinannya, dan sebagainya juga sangat ditentukan oleh faktor internal seperti: pembawaan (kepribadian), pendidikan, pengalaman, keinginan dan harapan.

3. TEKNIK MEMOTIVASI

Teknik memotivasi ialah kemampuan seseorang atau pemimpin dalam menciptakan situasi yang memungkinkan timbulnya motivasi pada setiap anggota atau orang lain untuk berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi.

Seorang pemimpin yang memperoleh kewenangan (wewenang) karena kedudukan sosial di dalam memotivasi anggota akan berbeda dengan seorang pemimpin yang kewenangannya diperoleh karena kelebihan-kelebihan pribadinya. Sumber kewenangan dibedakan menjadi:

1) Kewenangan hukum, yaitu kewenangan yang diperoleh karena tingkatan posisi yang diduduki seseorang dalam organisasi.

2) Kewenangan tradisional, yaitu kewenangan yang diperoleh karena kedudukan sosial atau adat istiadat.

3) Kewenangan kharismatik, yaitu kewenangan yang ditimbulkan oleh keunggulan-keunggulan pribadi.

Ada enam teknik memotivasi, yaitu:

1) Dengan kekerasan;

2) Bersikap baik;

3) Melalui pendelegasian;

4) Melalui perundingan;

5) Melalui kompetisi;

6) Internalisasi (memperhatikan keperluan anggota).

4. LANGKAH-LANGKAH MEMOTIVASI

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin di dalam memotivasi anggotanya. Hal ini sangat penting sebab motivasi dikatakan berhasil apabila pemimpin dalam rangkaian mengamati, memahami, mencari sebab-sebab, memperhitungkan, mengawasi, mengubah dan mengarahkan perilaku anggota benar-benar menghasilkan perilaku anggota sesuai dengan norma, keinginan dan tujuan organisasi.

Oleh sebab itu perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

1) Pemimpin perlu memahami semua perilaku anggota yang dipimpinnya.

2) Pemimpin perlu berorientasi pada keperluan anggota.

3) Perlu selalu mengetahui bahwa motif yang sama akan bisa menimbulkan reaksi yang berbeda-beda. Sebaliknya, motif yang berbeda-beda akan bisa menimbulkan reaksi yang sama.

4) Tiap-tiap orang tidak sama dalam memuaskan keperluan, jadi perlu disesuaikan dengan kepuasan mereka.

5) Setiap pekerjaan mempunyai segi-segi teknis, ekonomis, sosial dan psikologis, maka perlu selalu dimengerti/disesuaikan dengan daya dorong yang berbeda-beda dalam hal memotivasi.

6) Pemimpin perlu selalu memberikan keteladanan sebanyak mungkin.

7) Pemimpin perlu mampu menggunakan keahlian dalam menciptakan iklim kerja yang baik, membuat tugas yang benar, memberikan ganjaran, bersikap adil, memberikan umpan balik yang mendorong, ramah terhadap anggota, dan sebagainya.

8) Pemimpin perlu berbuat dan bertindak realistis.

5. MACAM MOTIVASI:

Motif Bersahabat Motif Berkuasa Motif Berprestasi
Pengertian

Keperluan diri akan kehangatan dan dukungan dalam hubungan antar pribadi
Keperluan diri untuk memiliki pengaruh terha-dap orang lain

Keperluan diri untuk mencapai standar ke-unggulan
Tujuan

• Keakraban dan kehar-monisan dengan orang lain

• Mendahulukan keperluan orang lain

• Menghayati persoalan orang lain

• Menguasai orang lain

• Dikagumi orang lain

• Mencetak prestasi setinggi-tingginya

• Selalu berusah lebih baik

• Dalam benak Usa-ha dan Perjuangan
Ciri

• Takut akan kesendirian

• Mementingkan persa-habatan daripada tugas pekerjaan

• Mudah menjalin ker-jasama

• Mempengaruhi dan menggerakkan orang lain

• Merasa bangga dan puas bila ditakuti orang lain

• Senang mengumpulkan benda yang dapat men-cerminkan simbol status

• Senang menggurui, me nasihati dan membantu orang lain padahal tidak diminta

• Menyukai pekerjaan atau tugas dengan tingkat kesulitan tinggi

• Melihat keberhasil-an/kegagalan bukan sebagai faktor yang disebabkan pihak di luar dirinya, tetapi dirinyalah sebagai pengendali

• Tanggung jawab tinggi

• Tidak menyukai pe-kerjaan rutin

• Menyukai hal-hal yang konkret

• Kepuasan tumbuh jika pekerjaannya menunjukkan keberhasilan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah sebagai berikut :

1) Banyaknya variasi keterampilan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu tugas. Semakin bervariasi keterampilan yang diperlukan, semakin meningkat motivasi seseorang untuk mengerjakannya.

2) Adanya suatu makna yang dapat dipetik dari tugas tersebut (dampak atau kaitan dengan kehidupan dan lingkungannya)

3) Tugas yang diberikan sebagai suatu kesatuan yang dapat dipilah bagian-bagiannya secara jelas (mengetahui letak awal dan akhir dari pekerjaan tersebut).

4) Besarnya wewenang yang diberikan.

5) Adanya umpan-balik dalam pelaksanaan tugas dari pihak-pihak yang bersangkutan.
IV. KOMUNIKASI DALAM POLA KEMITRAAN

Komunikasi berasal dari kata bahasa Latin “communicare” yang artinya “sama”. Sehingga komunikasi dapat diartikan sebagai suatu seni dalam menyampaikan dan menerima suatu pesan sehingga dapat sama-sama dimengerti. Komunikasi sangat penting bagi hidup kita. Mengapa ?

a. Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.

Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang akrab dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan dengan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

b. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain.

Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar atau tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain tentang diri kita sebenarnya. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri.

c. Alat untuk memahami kenyataan di sekeliling kita

Dapat juga untuk menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, maka kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang kenyataan yang sama. Tentu saja pembandingan semacam ini hanya dapat dilakukan lewat komunikasi dengan orang lain.

d. Ikut menentukan kesehatan mental kita

Kesehatan mental sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang yang merupakan tokoh-tokoh yang sangat berarti dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah tentu kita akan menderita, sedih, cemas, frustrasi, dan sejenisnya. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik.

Agar merasa bahagia, kita memerlukan pengakuan berupa tanggapan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi antar pribadi, komunikasi dengan orang lain.

Salah satu peranan utama seorang pemimpin yaitu berkomunikasi dengan orang lain di dalam maupun di luar organisasinya (kelompok kegiatannya). Dengan demikian keterampilan berkomunikasi selalu dijadikan ukuran bagi efektivitas kepemimpinan seseorang.

1. KETERAMPILAN DASAR BERKOMUNIKASI

Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab, hangat dan produktif dengan orang lain, kita perlu memiliki sejumlah keterampilan dasar berkomunikasi. Beberapa keterampilan dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Kita perlu saling memahami, dalam hal ini meliputi sikap percaya, membuka diri, menginsafi diri, dan menerima diri. Agar dapat saling memahami, pertama-tama kita perlu saling percaya. Sesudah saling percaya, kita perlu saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk dapat membuka diri seperti itu tentu saja sebelumnya kita perlu menginsafi diri kita, yaitu menyadari perasaan-perasaan kita maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Namun agar dapat sampai pada keinsafan diri semacam itu, kita perlu menerima diri, mengakui pikiran dan perasaan kita, bukan menyangkal, menekan, atau menyembunyikannya. Selain itu, tentu saja kita juga perlu mampu mendengarkan orang lain. Membuka diri kepada orang lain dan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang lain sedang membuka dirinya kepada kita adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara komunikasi.

2) Kita perlu mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita secara tepat dan jelas. Ditambah lagi kemampuan menunjukkan sikap hangat dan rasa senang serta kemampuan mendengarkan dengan cara yang menunjukkan bahwa kita sungguh memahami lawan komunikasi kita. Dengan saling mengungkapkan pikiran-perasaan dan saling mendengarkan, kita memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi dengan orang lain.

3) Kita perlu mempunyai kemampuan untuk saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong. Kita perlu mampu menanggapi keluhan orang lain dengan cara-cara yang bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong sambil memberikan dorongan dan contoh seperlunya agar orang tersebut mampu menemukan pemecahan-pemecahan masalah secara konstruktif.

4) Kita perlu mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lain melalui cara-cara yang konstruktif. Artinya dengan cara-cara yang semakin mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan menjadikannya semakin tumbuh dan berkembang.

2. ARTI DAN PROSES KOMUNIKASI

Secara luas (umum) komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang, baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu secara sederhana hingga yang rumit sekalipun merupakan bentuk-bentuk komunikasi.

Secara sempit (khusus) komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Dalam setiap bentuk komunikasi setidaknya dua orang yang saling mengirimkan lambang-lambang tersebut dapat bersifat:

1) verbal berupa kata-kata (pakai alat: radio, telepon, CB, dsb. atau tanpa alat: bicara, ceramah)

2) nonverbal berupa ekspresi atau ungkapan vokal maupun visual tertentu (pakai alat: buku, majalah, dll. atau tanpa alat: gerak tubuh, tanda, kode, dll)

Adapun jenis komunikasi ada dua, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis.
Dalam bagan di atas tampak bahwa komunikasi antara dua orang memiliki unsur-unsur dasar berikut ini:

1) Maksud, gagasan dan perasaan yang ada dalam pemikiran si pengirim serta bentuk tingkah laku yang dipilihnya. Semua itu menjadi awal perbuatan komunikatifnya, yaitu mengirimkan suatu pesan yang mengandung isi tertentu.

2) Proses kodifikasi pesan oleh pengirim, yaitu pengirim mengubah gagasan, perasaan dan maksudnya ke dalam bentuk pesan yang akan dikirim.

3) Proses pengiriman pesan kepada penerima.

4) Adanya saluran (transmisi, media) untuk mengirim pesan tersebut. Sifat saluran biasanya adalah baturaden (baca, tulis, bicara, dengar).

5) Proses dekodifikasi pesan oleh penerima. Penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna pesan.

6) Pemahaman berupa tanggapan batin oleh penerima terhadap hasil interpretasinya tentang makna pesan yang ditangkap.

7) Kemungkinan adanya gangguan/hambatan tertentu, baik dari pengirim, saluran maupun penerima.

8) Adanya umpan balik sebagai tanggapan dari penerima atau apabila ada perubahan dari penerima kepada pengirim.

Untuk mengirimkan pesan secara efektif, sebaiknya komunikator menggunakan:

1) Kalimat atau frasa yang sederhana, agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami.

2) Kata-kata atau istilah yang lazim.

3) Ungkapan sikap yang hangat dan bersahabat.

4) Menggunakan kata ganti pribadi, seperti “Bapak”, “Ibu” atau “Anda”

5) Gunakan gambar, bagan atau contoh, bila perlu.

6) Pesan bersifat dinamis (proaktif dan empatik) dengan alinea yang pendek/singkat.

7) Pemikiran yang logis atau masuk akal.

8) Cara yang benar, dapat diandalkan dan konsisten.

Sebaliknya, hindarkan penggunaan:

1) Kata-kata kasar, sarkastis, sinis, atau caci maki.

2) Kritik yang tajam dan langsung, atau

3) kata-kata yang tidak perlu (mubazir) atau dilebih-lebihkan (hiperbol, bombastis)
HAMBATAN KOMUNIKASI CARA MENGATASI

1. FISIK : cacat tubuh ( bisu, tuli, buta) atau gagap, serta hambatan eksternal lain seperti suara bising, tidak jelas tulisannya, atau gangguan transmisi)  Berbicara jelas dengan orang yang buta

 Dorongan semangat bagi yang gagap

 Berbicara lebih keras, ketik tulisan, gerak tubuh, penyamaan bahasa, dan sebagainya

2. PSIKOLOGIS: hambatan yang tidak jelas terlihat, baik bagi si pengirim maupun si penerima (pemikiran, emosi, kekha-watiran, takut dan sebagainya)  Gunakan umpan balik untuk “meluruskan” proses komunikasi

 Kenali si penerima berita: pendidikan, pengetahuan tentang subyek pembi-caraan, minat, situasi dan perasaannya.

3. SEMANTIK : biasanya karena faktor perbedaan pemahaman bahasa atau penggunaan istilah tertentu, kata-kata abstrak atau juga kalimat pembuka yang dapat mengubah pikiran  Rencanakanlah secara teliti: mengapa berkomunikasi, siapa penerimanya, pesan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya dan kapan sebaiknya dikomunikasikan.

Komunikasi yang terencana sangat membantu memperkecil faktor-faktor hambatan komunikasi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan komunikasi dikenal dengan: 5 W + 1 H yaitu :

a) Why (mengapa berkomunikasi);

b) What (pesan apa yang akan disampaikan);

c) Who (siapa yang akan menerima pesan);

d) When (kapan pesan itu disampaikan);

e) Where (di mana pesan akan disampaikan);

f) How (bagaimana pesan tersebut disampaikan).

PENTINGNYA KOMUNIKASI di dalam suatu kelompok atau organisasi adalah untuk :

1) Menyampaikan informasi dan pengetahuan dari anggota yang satu ke anggota yang lainnya sehingga dapat terjadi suatu kerjasama.

2) Membantu mendorong dan mengarahkan anggota untuk menggerakkan dan melaksanakan suatu kegiatan demi tercapainya tujuan.

3) Membantu membentuk sikap dan menanamkan kepercayaan untuk mengajak, meyakinkan dan mempengaruhi perilaku anggota menuju ke arah yang lebih baik.

Beberapa cara untuk MEMBINA KOMUNIKASI :

1) Sering berlatih, sehingga terampil dalam menyampaikan maupun menerima pesan/berita.

2) Giatkan adanya umpan balik untuk mendapatkan tanggapan dari penerima berita, dan menilai sejauh mana berita yang dikirimkan dapat diterima dan dipahami si penerima.

3) Mendengarkan secara aktif dan seksama, dengan cara melibatkan perhatian, perasaan dan keramahan kepada pembicara.

4) Kembangkan empati, yaitu mengenal perasaan dan pikiran orang lain dengan cara mendekatkan diri kepada si pembicara sehingga orang itu merasa ikut dilibatkan dalam komunikasi tersebut.

5) Pilih saluran / media yang tepat, agar pesan dapat diterima dengan jelas dan benar.

6) Berbicara dengan data, dengan selalu melengkapi pesan/pembicaraan dengan fakta dan data.

7) Hindari sikap mental negatif, misalnya sikap meremehkan, menyepelekan, atau sikap merendahkan, suka menyalahkan, mau menang sendiri, memaksakan kehendak, dan sebagainya.

V. INTROSPEKSI DIRI

1. ARTI DAN MANFAAT PEMBUKAAN DIRI

Pembukaan diri adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan diri terhadap situasi yang sedang dihadapi dan memberikan informasi tentang masa lalu yang berguna untuk memahami tanggapan saat ini. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu melibatkan perasaan.

Membuka diri berarti membagikan perasaan kepada orang lain mengenai sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, dapat juga perasaan terhadap kejadian-kejadian yang baru saja disaksikan atau dialami.

Pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap membuka diri bagi orang lain. Kedua proses ini dapat berlangsung serentak dan akan membuahkan relasi/hubungan yang terbuka.

Manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah:

1) Adanya hubungan yang sehat antara dua orang atau lebih;

2) Semakin bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain akan menyukai diri kita dan akibatnya orang lain itu akan membuka diri kepada kita;

3) Orang yang membuka diri cenderung memiliki sifat: ekstrovert, terbuka, luwes, mudah menyesuaikan diri, cerdas;

4) Memupuk hubungan harmonis, komunikasi intim/akrab;

5) Membina sikap jujur, tulus, apa adanya, terus terang.

2. PEMBUKAAN DIRI DAN KESADARAN DIRI

Menginsafi bagaimana bereaksi terhadap aneka situasi dan apa saja yang disukai maupun tidak disukai merupakan langkah awal ke arah bersikap terbuka kepada orang lain dan kemudian menjalin hubungan dengan mereka.

Ada dua cara untuk lebih memahami diri sendiri:

1) “Mendengarkan” diri sendiri agar mengenal bagaimana perasaan dan reaksi kita serta apa penyebabnya. Caranya dengan mengungkapkan perasaan dan reaksi kita kepada seseorang yang kita percaya.

2) Meminta “tanggapan/umpan balik” dari orang lain tentang pandangan mereka terhadap diri kita dan bagaimana reaksi mereka terhadap perilaku kita.

Joe Luft dan Harry Ingham menggambarkan diri kita ibarat sebuah jendela berbidang empat yang mereka sebut Jendela JOE HARRY (singkatan nama mereka berdua). Bidang pertama berisi hal-hal yang kita ketahui dan diketahui juga oleh orang lain, maka disebut Daerah Terbuka. Bidang kedua berisi hal-hal yang tidak kita ketahui tetapi diketahui oleh orang lain, maka disebut Daerah Buta. Bidang ketiga berisi hal-hal yang kita ketahui namun tidak diketahui oleh orang lain, maka disebut Daerah Tersembunyi. Bidang keempat berisi hal-hal yang tidak kita ketahui dan juga tidak diketahui oleh orang lain, maka disebut Daerah Tidak Sadar.

Semakin banyak informasi yang diketahui maka komunikasi pun menjadi semakin jelas dan lancar. Ini berarti perlu lebih menjalin hubungan dengan memperluas Daerah Terbuka serta mengurangi Daerah Buta dan Daerah Tersembunyi kita masing-masing.

Dengan semakin membuka diri, berarti kita mengurangi Daerah Tersembunyi. Sedangkan Daerah Buta kita kurangi dengan cara meminta orang lain mau/sudi semakin terbuka terhadap kita. Kita pun mengurangi Daerah Tersembunyi kita dengan memberikan informasi kepada orang lain agar mereka menanggapi atau bereaksi. Dengan cara ini orang lain menolong kita mengurangi Daerah Buta. Kita meningkatkan keinsafan diri kita dengan mengurangi Daerah Buta dan menolong kita untuk semakin membuka diri kepada orang lain.

Dengan membuka diri maka kita mendapat umpan balik dari orang lain, yang akan membuat kita sadar pada aspek-aspek diri serta perilaku kita, yang mungkin tidak pernah kita sadari sebelumnya. Tujuan umpan balik adalah memberikan informasi untuk menolong kita menyadari bagaimana perilaku kita dinilai oleh orang lain agar kita dapat mengubahnya menjadi lebih efektif. Sebaliknya, kita memberikan umpan balik kepada orang lain dengan baik, jangan bersifat menyerang, mengancam atau menyinggung perasaan orang lain agar tidak membuatnya menutup diri.

3. MEMBANGUN KEPERCAYAAN

Apabila pembukaan diri sudah terwujud dan kita sudah menyadari keberadaan diri kita, maka kita tahu kekuatan dan kelemahan diri kita. Agar terjalin hubungan antar pribadi yang efektif hendaklah kita tetap memelihara dan meningkatkannya, dengan cara terus-menerus berlatih membuka diri, mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan-balik dan menyesuaikan perilaku kita sampai orang lain menilai sebagaimana yang dimaksudkan. Di sinilah diperlukan kepercayaan.

Untuk membangun hubungan timbal-balik antar pribadi, kedua pihak perlu saling mempercayai, saling menunjukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama. Saling percaya dibangun dengan risiko dan peneguhan. Kepercayaan tidak mungkin timbul tanpa risiko dan hubungan timbal balik tidak akan mengalami kemajuan tanpa kepercayaan dan peneguhan.

Tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan akan berubah dan berbeda sesuai dengan kemampuan dan kerelaan masing-masing untuk mempercayai dan dapat dipercaya. Mempercayai artinya rela menghadapi risiko menerima akibat-akibat menguntungkan atau merugikan. Mempercayai adalah membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada orang lain. Dapat dipercaya berarti rela menanggapi orang lain yang ambil risiko bahwa orang lain tersebut akan dijamin menerima akibat-akibat yang menguntungkan. Jadi meliputi penerimaan atas kepercayaan yang diberikan oleh orang lain kepada kita.

4. PENILAIAN DIRI

1) Terhadap Diri Sendiri: mawas diri, tahu diri

2) Dalam Kelompok: dialog, diskusi timbal-balik (wawanrasa, sharing)
ADMINISTRASI PEMBUKUAN DAN PROGRAM TABUNGAN

I. PENGERTIAN DASAR ADMINISTRASI

Administrasi dalam arti umum adalah suatu proses pencatatan mengenai data-data baik bersifat kwalitatif maupun kwantitatif.

Administrasi di kelompok dibagi dua :

a. Administrasi umum

Administrasi umum di kelompok adalah proses pencatatan secara umum mengenai data-data yang sifatnya kwalitatif atau berita.

b. Administrasi keuangan

Administrasi keuangan di kelompok adalah proses pencatatan data-data yang bersifat keuangan atau disebut proses akuntansi.

II. ADMINISTRASI UMUM

Pencatatan proses semua kegiatan kelompok dicatat dalam sebuah sistem administrasi yang tepat, jelas, efektif dan efisien. Administrasi umum secara luas adalah proses mencatat (recording) kejadian-kejadian yang berhubungan dengan maju mundurnya suatu kelompok. Contoh administrasi yang paling mudah adalah catatan belanja, daftar tamu dan catatan pertemuan.

Bentuk administrasi tersebut dapat berupa tulisan, rekaman suara, tulisan pemberitaan, foto, faktur, memo, cetak-biru dan lain-lain. Sedangkan proses pendataan tersebut diperlukan dalam proses pengambilan keputusan dari pihak kelompok maupun pihak luar kelompok yang berkepentingan.

Jenis-jenis administrasi yang penting dalam pengelolaan kelompok adalah :

1) Buku Daftar Anggota

2) Buku Agenda dan Notulen Rapat

3) Buku keluar masuknya surat.

Pembukuan tersebut ditujukan untuk merekam keluar masuknya anggota pada kelompok tersebut untuk menganalisa dinamika dari kelompok tersebut dan arah dinamika itu sendiri. Arah negatif atau positif. Disamping itu juga diperlukan rekaman-rekaman keputusan yang pernah diambil dalam kelompok. Hal ini mencerminkan meningkatnya kedewasaan kelompok dalam teknik memelihara kebersamaan dalam pengambilan keputusan.

III. ADMINISTRASI KEUANGAN

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi dalam sebuah perusahaan, sehingga dimungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Administrasi ini dalam kelompok sangat penting apabila kelompok telah melakukan usaha produktif secara independen terpisah dengan lembaga FKMK. Usaha tersebut dikelola secara bersama oleh anggota kelompok, sehingga kondisi keuangannya sangat penting untuk dilaporkan kepada semua kelompok untuk menjamin tranparansi pengelolaan usaha.

Pengertian yang terkandung dalam pernyataan di atas adalah:

1) Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri atas identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi dalam usaha kelompok (menjelaskan tentang kegiatan akuntansi);

2) Bahwa informasi akuntansi dalam proses akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai perusahaan yang bersangkutan (menjelaskan tentang kegunaan informasi yang dihasilkan).

Tujuan utama akuntansi adalah menghasilkan informasi ekonomi dari usaha kelompok kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu informasi ekonomi penting yang dihasilkan oleh akuntansi adalah laporan keuangan, yang diantaranya terdiri dari neraca, dan perhitungan laba-rugi atau perhitungan hasil usaha. Informasi ekonomi itu berguna bagi pihak-pihak di dalam maupun di luar kelompok untuk pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban.

Untuk menghasilkan informasi ekonomi, kelompok perlu menciptakan suatu metode untuk mencatat, menggolongkan, dan mengikhtisarkan semua kegiatan keuangan usaha, kemudian melaporkan hasilnya. Pengikhtisaran data keuangan dalam bentuk suatu laporan keuangan dilakukan guna memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan analisis dan penafsiran dalam rangka pengambilan keputusan masing-masing. Pihak-pihak yang berkepentingan atas data keuangan tersebut antara lain pihak pengurus kelompok, anggota kelompok dan fasilitator.

Selain berfungsi sebagai penyedia informasi data keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, akuntansi berfungsi pula untuk :

1) Menghitung laba rugi yang diperoleh dan menilai keberhasilan suatu usaha kelompok berdasarkan kriteria tertentu;

2) Membantu mengamankan dan mengawasi harta kekayaan yang dimiliki dengan menciptakan sistem dan prosedur yang dapat mencegah penyelewengan dan pemborosan;

3) Membantu menetapkan hak masing-masing pihak yang berkepentingan dalam kelompok, termasuk hak pemilik/anggota, kreditur, pemerintah dan sebagainya;

4) Menetapkan batasan-batasan mengenai hasil dan biaya serta mengukur perbedaan keduanya dengan tujuan untuk menilai efisiensi;

5) Memberikan informasi-informasi yang berguna kepada kelompok dalam rangka penyusunan perencanaan dan pengawasan serta pengambilan keputusan.

1. Proses Akuntansi meliputi:

a) Identifikasi dan mengukur data keuangan yang terjadi dalam perusahaan;

b) Memproses data yang bersangkutan kemudian menyusunnya menjadi laporan;

c) Mengkomunikasikan laporan kepada pengguna/pemakai.
a. Identifikasi dan pengukuran data

Data untuk pencatatan akuntansi terdiri dari transaksi-transaksi dan kejadian dalam perusahaan. Data ini kemudian diukur dengan satuan uang. Kegiatan yang tidak dapat diukur dengan satuan uang, misalnya pengangkatan pekerja, tidak dapat diklasifikasikan sebagai transaksi. Oleh sebab itu tidak dapat diproses lebih lanjut dalam akuntansi.

b. Proses pelaporan

Kegiatan ini mencakup pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran. Pencatatan transaksi adalah pengumpulan data secara kronologis. Di samping dicatat, transaksi tersebut juga digolongkan ke dalam kelompok atau kategori tertentu. Penggolongan transaksi dilakukan agar penyajian dapat diringkaskan. Contoh penggolongan transaksi adalah apabila semua pengeluaran untuk transport dikelompokkan ke dalam satu pos, misalnya beban transport. Pengikhtisaran adalah menyajikan informasi yang telah digolong-golongkan ke dalam laporan seperti yang diinginkan pengguna.

c. Laporan keuangan

Salah satu laporan akuntansi yang utama adalah laporan keuangan. Di samping laporan keuangan, banyak laporan-laporan lain yang dikeluarkan, misalnya laporan untuk pajak (SPT), laporan kepada badan pemerintah atau laporan khusus untuk manajemen sendiri. Laporan keuangan diantaranya meliputi neraca dan perhitungan laba-rugi (atau perhitungan hasil usaha).

2. Pengguna Laporan Keuangan

Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan kelompok. Anggota kelompok perlu mengetahui keadaan usaha kelompok serta prospeknya di masa mendatang. Bagi anggota, untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan usaha itu, menghentikan usaha sama sekali atau merubahnya pada bentuk usaha lain yang lebih prospektif.

Pihak kreditur (misalnya bank atau koperasi) juga ingin mengetahui perkembangan usaha kelompok setelah pinjaman diberikan. Bagi calon kreditur, laporan keuangan kelompok tersebut dapat digunakan untuk menilai risiko yang akan terjadi sebelum pinjaman diputuskan untuk diberikan.

Pihak yang sangat tergantung dan paling banyak berhubungan dengan laporan keuangan adalah pengurus kelompok. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pihak-pihak lain yang telah mempercayakan pengelolaan usaha kelompok. Di samping itu laporan keuangan banyak digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Dari uraian di atas terlihat bahwa kegiatan usaha kelompok meliputi suatu arus perputaran dana. Dana yang diperoleh dari anggota dan kreditur, digunakan untuk melakukan usaha dan pada akhirnya diterima dalam bentuk dana lagi. Sebagian dari dana diputarkan kembali untuk melakukan usaha, sebagian lain dikembalikan kepada pemilik dan kreditur. Semua kegiatan tersebut akan tercermin dalam transaksi dan kejadian-kejadian yang perlu dicatat dan dilaporkan.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hubungan antara usaha kelompok dan akuntansi kepada para peserta diberikan contoh soal transaksi sederhana. Dari contoh tersebut sangat jelas dilihat hubungan antara usaha kelompok dengan akuntansi sebagai proses pencatatan.

3. Persamaan Akuntansi

Transaksi usaha adalah kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan kelompok, dan oleh sebab itu harus dicatat. Setelah dicatat, transaksi usaha harus diukur dengan alat ukur satuan uang. Pada dasarnya transaksi harus dinilai sebesar harga pertukarannya. Kadang-kadang harga ini disebut dengan harga perolehan. Harga pertukaran adalah harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual dalam pertukaran barang dan jasa.

Jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu kelompok akan selalu sama dengan sumber pembelanjaannya. Kalau hal ini dibuat secara formal dalam bentuk persamaan akan menjadi:

Kekayaan (Aktiva) kelompok = sumber dana

Aktiva merupakan kekayaan yang menjadi sumber dana untuk menjalankan usaha. Sumber dana, disisi lain menunjukkan darimana sumber dana yang digunakan untuk membelanjai kekayaan tersebut. Oleh karena itu jumlah aktiva harus selalu sama dengan sumber dana. Pihak yang menyediakan sumber dana mempunyai hak klaim terhadap aktiva perusahaan.

Sumber dana dapat dibagi menjadi dua, yaitu kreditur dan pemilik. Bagi perusahaan, diterimanya dana dari kreditur membawa akibat timbulnya kewajiban untuk mengembalikan. Oleh sebab itu sumber dana dari kreditur dari kreditur disebut dengan kewajiban atau hutang. Sedangkan sumber dana dari anggota disebut modal.

Perluasan dari persamaan akuntansi memperjelas persamaan akuntansi menjadi:
Aktiva = Kewajiban (Hutang) + Modal

Adalah merupakan kebiasaan untuk menempatkan kewajiban sebelum modal, oleh karena hak kreditur memang lebih didahulukan.

4. Perkiraan dan Buku Besar

Perkiraan atau akun (account) adalah formulir yang digunakan untuk mencatat dan menggolong-golongkan transaksi-transaksi sejenis. Formulir ini dapat dibuat dalam bentuk lembaran, kartu atau buku. Kumpulan perkiraan-perkiraan yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan, misalnya semua perkiraan yang digunakan dalam sebuah kelompok disebut buku besar.

Suatu transaksi dapat dicatat ke dalam buku besar dengan sistem kolom dimana dalam kolom tersebut dicantumkan tanggal transaksi, nomor bukti, keterangan transaksi, jumlah transaksi dan saldo. Contoh perkiraan adalah sebagai berikut :

Nama Buku Besar : Kas

Tanggal No. Bukti Keterangan Jumlah Saldo
Untuk satu buku besar yang berhubungan dengan beberapa rekening lebih kecil yang setiap rekening kecil perlu ada pengawasan tersendiri, maka dapat dilakukan pemecahan rekening dengan menggunakan buku pembantu. Contoh buku besar yang membutuhkan buku pembantu adalah buku besar setoran iuran anggota.

Nama Buku Besar : Setoran Iuran Anggota

Tanggal No. Bukti Keterangan Jumlah Saldo
Nama Buku Pembantu : Setoran Iuran ........................... (nama anggota)

Tanggal No. Bukti Keterangan Jumlah Saldo
Rekening yang memggunakan buku pembantu, maka perlu dilihat kesesuaian jumlah saldo semua buku pembantu dengan buku besarnya.
Urutan yang harus diikuti untuk meneliti setiap transaksi adalah sebagai berikut:

1) Tentukan pengaruh transaksi terhadap kenaikan (penurunan) aktiva, kewajiban, modal, pendapatan atau biaya.

2) Tentukan buku besar yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut

Perlu diperhatikan bahwa untuk setiap transaksi, paling tidak ada dua buku besar yang akan dipengaruhi.

Setiap transaksi harus dibulatkan atau dimintakan buktinya, yaitu berupa kwitansi atau strook check. Kegunaan utama bukti transaksi adalah menyediakan bukti tertulis tentang transaksi yang telah dilakukan. Adanya bukti tertulis dapat menghindari kemungkinan terjadinya sengketa dimasa yang akan datang.

Kwitansi ataupun strook check dapat digunakan sebagai dasar untuk pencatatan akuntansi. Tetapi ada kalanya perusahaan menyediakan bukti khusus berupa bukti jurnal. Dalam bukti jurnal diperlihatkan nama-nama perkiraan yang didebit dan di kredit, nomor perkiraan serta jumlahnya. Dalam bukti jurnal juga dicantumkan nama dan tanda tangan yang membuat dan menyetujui buku jurnal tersebut.

Pembelian atau penjualan secara kredit, misalnya dapat dibuktikan dengan faktur. Penyerahan dan penerimaan barang dibuktikan dengan bukti pengiriman dan penerimaan barang. Pencatatan akuntansi setiap transaksi harus dinyatakan dalam jumlah dan dicatat dalam jurnal. Setelah bukti transaksi dicatat dalam jurnal, maka tahap selanjutnya adalah memindahkan data yang terdapat dalam jurnal ke dalam perkiraan-perkiraan yang bersangkutan di buku besar.

5. Laporan Akuntansi

Pada setiap akhir periode akuntansi, kesamaan aktiva dan sumber dana dibuktikan dengan membuat neraca. Neraca adalah daftar dari saldo-saldo perkiraan di buku besar pada suatu saat tertentu. Pemindahan saldo setiap buku besar yang ada ke kolom laporan keuangan dilakukan secara tepat, sesuai dengan persamaan akuntansi. Aturan pemindahan didasarkan atas jenis perkiraan yang bersangkutan. Perkiraan-perkiraan aktiva, kewajiban dan modal dipindahkan ke kolom neraca, sedangkan perkiraan-perkiraan pendapatan dan beban dipindahkan ke kolom perhitungan rugi laba.

Neraca Kelompok Maju Terus Th. 2002

Kekayaan Sumber dana

Kas

Piutang

Rugi Rp. ....................

Rp. ....................

Rp. .................... Modal

Hutang

Laba Rp. ....................

Rp. ....................

Rp. ....................



Perhitungan Hasil Usaha Kelompok Maju Terus Th 2002

Pendapatan Usaha (A)

Pembelian Bahan (B) Rp. ……………………….

Rp. ……………………….

Laba/Rugi Kotor (A-B) Rp. ……………………….

Biaya – biaya (C) Rp. ……………………….

Laba/Rugi Bersih (A-B-C) Rp. ……………………….

IV. PETUNJUK OPERASIONAL KEUANGAN KELOMPOK

1. Pedoman Penerimaan Kas

a) Setiap penerimaan uang perlu di catat ke dalam buku harian

b) Buku kas di pegang oleh bendahara

c) Setiap penerimaan kas perlu didukung oleh bukti penerimaan kas / kwitansi

d) Minimal dalam setiap bulan di terbitkan laporan penerimaan kas secara tertulis oleh bendahara yang sudah diperiksa dan di setujui oleh ketua kelompok

e) Laporan penerimaan kas di sampaikan dalam rapat anggota kelompok

2. Pedoman Pengeluaran Kas

a) Setiap pengeluaran kas perlu di catat dalam buku harian

b) Buku kas di pegang oleh bendahara

c) Setiap pengeluaran kas sampai jumlah tertentu dapat dilakukan langsung oleh bendahara

d) Pengeluaran kas sampai dengan jumlah tertentu perlu di pertimbangkan, disetujui, di ketahui dan di tandatangani oleh ketua kelompok

e) Pengeluaran kas di atas jumlah tertentu perlu di putuskan melalui rapat pengurus ( Ketua, Sekretaris, Bendahara )

f) Minimal dalam setiap bulan perlu di terbitkan laporan pengeluaran kas secara tertulis oleh bendahara yang sudah di periksa dan di setujui oleh ketua.

g) Laporan pengeluaran kas disampaikan dalam rapat anggota sesuai dengan permintaan keperluan
PENGEMBANGAN EKONOMI RUMAH TANGGA

I. TUJUAN BERKELUARGA

Kebanyakan manusia berkeinginan untuk berkeluarga dan menikah. Banyak angan–angan ataupun gambaran yang menarik seandainya sudah berkeluarga. Tetapi mungkin angan-angan yang indah dan menarik itu, selamanya hanya menjadi angan-angan apabila anggota keluarga tidak mengusahakan membahagiakan keluarga.

Adapun tujuan berkeluarga antara lain adalah:
a. Keturunan

Setelah menikah pasangan suami istri tentunya mendambakan lahirnya anak (keturunan).

b. Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan dambaan semua orang sehingga setelah berkeluarga pasangan suami istri merasakan adanya kasih sayang yang semakin tumbuh, apalagi setelah adanya anak.

c. Teman hidup hingga tua dan mati

Setiap orang mengharapkan dapat berdampingan dengan pasangannya hingga tua bahkan sampai mati dalam menghadapi kesulitan/masalah dan menikmati kebahagiaan bersama.

Dalam perjalanan kehidupan keluarga untuk menuju kebahagiaan, tidak selalu berjalan lancar, banyak masalah yang muncul dan sering menjadi bahaya yang mengancam keutuhan keluarga. Masalah yang sering muncul dalam keluarga diantaranya yaitu :

1) Kelahiran anak pertama;

2) Kesulitan keuangan;

3) Sakit, kecelakaan;

4) Istri bekerja, istri tidak bekerja;

5) Masa pubertas anak;

6) Suami pensiun/tidak bekerja;

7) Anak masuk sekolah;

8) Anak menganggur;

9) Penyelewengan suami atau istri, dan lain-lain.

Walaupun demikian dengan adanya masalah-masalah tersebut yang terpenting bagi keluarga adalah bagaimana menghadapi dan mengatasinya.

II. KEPERLUAN KELUARGA

Kita menyadari bahwa dalam kehidupan berkeluarga sering muncul masalah. Salah satu masalahnya adalah bagaimana memenuhi keperluan dan keinginan dengan keuangan yang tersedia. Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah terlepas dari keperluan dan keinginan.

1. KEPERLUAN

Adalah keperluan hidup seseorang yang tidak hanya bersifat kebendaan, akan tetapi juga berwujud non material. Keperluan merupakan hal yang perlu dipenuhi bahkan sangat mendasar, maka pemenuhan keperluan perlu dilakukan terlebih dahulu.

2. KEINGINAN

Adalah serangkaian hal yang terbayang dalam pikiran seseorang untuk dipenuhi, tidak mempunyai pengaruh besar didalam kesejahteraan keluarga.

Keperluan setiap orang ataupun setiap keluarga tentunya tidak sama, demikian juga keinginan. Keperluan dan keinginan ditentukan oleh:

a. Jumlah Penghasilan

Keluarga yang mempunyai penghasilan lebih tinggi tentunya mempunyai keperluan dan keinginan yang berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan rendah. Semakin tinggi penghasilan ada kecenderungan peningkatan tuntutan keperluan misalnya: mobil, rumah gedung, TV dengan ukuran yang lebih besar.

b. Jenis Kegiatan

Jenis kegiatan seseorang juga akan menentukan keperluan dan keinginan seseorang. Seorang dokter, guru, petani, buruh, pedagang besar, pedagang kecil, mempunyai keperluan dan keinginan yang tidak sama.

c. Latar Belakang Kedudukan Seseorang

Seseorang dengan latar belakang yang berbeda akan mempunyai keperluan dan keinginan yang berbeda. Seseorang yang dibesarkan dari keluarga kaya, miskin, mempunyai jabatan akan mempunyai keperluan dan keinginan yang berbeda.

d. Adat Istiadat

Adat istiadat jelas sekali mempengaruhi keperluan dan keinginan. Misalnya seseorang yang hidup dalam adat Jawa, Minang, Bali, Batak akan mempunyai keperluan dan keinginan yang berbeda.

Keperluan itu tidak terbatas, tetapi dana yang dimiliki keluarga tebatas. Karena itu inti masalah disini adalah bagaimana dengan keterbatasan tersebut “CUKUP” dalam memenuhi keperluan keluarga. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan semakin berkembangnya perekonomian, semakin banyak produk yang dihasilkan, disertai dengan iklan yang membuat orang tergiur membeli bermacam-macam produk. Ada bermacam-macam keperluan dan keinginan serta faktor-faktor yang menentukannya. Tetapi yang terpenting dan utama adalah bagaimana seseorang dapat memprioritaskan keperluan keluarga.

Penyusunan urutan prioritas keperluan diperlukan untuk melihat masalah dan keperluan apa yang paling dirasakan, paling mendesak untuk segera diselesaikan dengan melihat sumber daya dalam keluarga, dan dari sudut mana kita melihat keperluan itu (untuk kepentingan siapa).

Ada tiga hal yang menentukan urutan prioritas yaitu:

a) Kegawatannya, besar kecilnya akibat untuk keluarga;

b) Mendesak, berapa lamakah waktu dapat ditunda;

c) Akibat, apakah masalah tersebut dapat mengakibatkan timbulnya masalah lain.
“Ada cukup tersedia untuk memenuhi keperluan setiap orang tetapi tidak cukup tersedia untuk memenuhi keserakahan orang” (Mahatma Gandhi). Ini berarti apabila setiap orang hidup menurut keperluan yang terkontrol, maka kesejahteraan akan lebih mudah tercapai. Hanya sayang, kenyataan yang terjadi di masyarakat banyak orang melengkapi rumah tangganya atas dasar keinginan saja yang akhirnya cenderung kepada keserakahan dengan tindakan “konsumsi berlebihan” (konsumerisme). Langkah yang perlu diambil adalah mengetahui secara berani dan jujur barang apa sebenarnya yang dibutuhkan. Keberanian dan kejujuran keluarga untuk memisahkan antara keperluan dan keinginan merupakan dasar dalam pengaturan ekonomi rumah tangga.

III. PENGERTIAN EKONOMI RUMAH TANGGA

Pengaturan ekonomi rumah tangga ada semenjak orang sadar bahwa mereka perlu bertanggungjawab atas hidupnya sendiri. Berarti mereka perlu berusaha sendiri untuk memenuhi keperluan hidupnya dan keluarganya, baik yang dirasakan sekarang maupun keperluan yang akan timbul dikemudian hari.

Dengan pengaturan ekonomi rumah tangga yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan jujur, akan dapat membantu memecahkan permasalahan keluarga. Hal yang lain yang perlu diperhatikan di sini adalah bukan saja pada caranya, melainkan adanya kemauan untuk melaksanakannya.

Pengertian EKONOMI berasal dari bahasa Yunani yaitu:

“Oikos” : rumah tangga

“Nomos” : aturan, tata, ilmu

Ekonomi Rumah Tangga adalah: Ilmu atau pedoman-pedoman untuk mengatur rumah tangga.

“Ekonomi adalah pengetahuan dan penyelidikan mengenai azas-azas penghasilan (produksi), dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (uang)”. Dengan demikian ekonomi rumah tangga adalah: Pengetahuan mengenai azas-azas penghasilan, pembagian dan pemakaian barang-barang serta kekayaan yang ada dalam rumah tangga.

Dalam rumah tangga yang menjadi pokok persoalannya adalah apakah penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi segala keperluan keluarga? Ada beberapa kemungkinan, satu di antaranya adalah: bila penghasilan (pemasukan) lebih besar daripada pengeluaran, maka ada sisa yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Sebaliknya, apabila penghasilan tidak cukup untuk memenuhi semua pengeluaran, maka keadaan keluarga bisa kacau-balau. Agar hal ini tidak terjadi perlu dilakukan suatu tindakan yaitu: mengatur ekonomi rumah tangga agar penghasilan cukup untuk memenuhi keperluan rumah tangga pada tingkat yang wajar, sehingga kesejahteraan lahir dan batin bisa dicapai.

Kesejahteraan yang diharapkan meliputi tiga hal penting:
a. Rasa Kecukupan

Cukup dari segi fisik, seperti sandang, pangan dan papan.

b. Rasa Keadilan

Penilaian ukuran terhadap sikap dilihat dari rohani.

c. Rasa Aman

Bebas dari ketakutan dan kecemasan.

Syarat yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi rumah tangga adalah dengan menerapkan sikap positif dan adanya suasana dinamis dalam keluarga. Untuk mencapai kesejahteraan diperlukan perpaduan yang serasi antara potensi, sikap dan kerja.

1. Potensi

Potensi mencakup :

a) Kemampuan memanfaatkan daya dan dana yang ada.

b) Pengetahuan, keterampilan, bakat dan keahlian yang sudah dimiliki.

c) Pandangan luas ke depan misalnya: bagaimana dengan kehidupan dan perkembangan diri dimasa depan.

d) Inisiatif, yakni semangat untuk memulai, mencari dan menciptakan sesuatu yang baru, serta membuka kemungkinan dan kesempatan baru.

2. Sikap

a) Kemampuan, kehendak atau minat untuk mencapai tujuan tertentu.

b) Adanya rasa percaya diri.

c) Keberanian, berani menghadapi kenyataan, berani bertanggung jawab, menanggung resiko dan sebagainya.

3. Kerja

Tindakan dalam bentuk kerja keras dan ketekunan. Ini dilakukan erat kaitannya dengan keyakinan dan penghayatan akan tanggungjawab terhadap hari depan.

Salah satu konsep ekonomi rumah tangga melalui pengaturan yang dilakukan suatu keluarga adalah mendorong anggota keluarga agar selalu berusaha meningkatkan taraf hidupnya dan tidak lagi menyerah pada nasib atau takdir.

IV. TANGGUNGJAWAB DAN KEMANDIRIAN KELUARGA

Setiap keluarga bertujuan untuk mendapatkan ketenteraman dan mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi. Untuk itulah diciptakan berbagai harapan dan sasaran yang akan diraih. Kemudian disusun rencana kegiatan untuk dilaksanakan guna mencapai sasaran. Banyak keperluan dan harapan yang dapat dipenuhi, namun tidak sedikit pula yang belum dan tidak dapat dipenuhi karena dibatasi oleh keadaan keluarga bersangkutan. Keadaan keluarga ada dalam batas tertentu, di antaranya adalah: keterampilan, daya, dana. Dalam batas-batas itulah keluarga dituntut untuk mengembangkan kemampuan dan melaksanakan kegiatan guna mencapai sasaran dan harapannya.
Ada empat hal yang membatasi keadaan keluarga, yaitu:

1. Jumlah dan Mutu Keluarga

Tidak semua anggota keluarga memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan.

2. Uang dan Harta Benda

Pendapatan, artinya uang keluarga terbatas, harta benda, alat yang dimiliki keluarga.

3. Waktu

Waktu yang dapat dimanfaatkan dan diisi oleh anggota keluarga terbatas.

4. Sikap dan Tanggungjawab Bersama

Seberapa jauh masing-masing anggota keluarga ikut bertanggung jawab dan mengambil bagian dalam pencapaian kesejahteraan dan kebahagia-an keluarga.

Untuk mencapai sasaran, harapan dan tujuan, semua anggota keluarga ikut ambil bagian dan bertanggungjawab melalui pemberdayaan kemampuannya, dengan melakukan :

1) Peninjauan, pengamatan dan penggalian potensi yang dimiliki.

2) Pemberdayaan potensi keluarga yang dimiliki secara maksimal, melalui kegiatan :

a) Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mutu anggota keluarga seperti :

• Pengetahuan dan keterampilan;

• Inisiatif dan keterampilan (usaha mencari hal baru);

• Kemampuan memandang jauh kedepan.

b) Memperluas sumber dan meningkatkan pendapatan dengan usaha antara lain:

• Mengembangkan usaha yang telah ada;

• Membuka usaha baru;

• Menumbuhkan inisiatif dan daya kreasi seluruh anggota keluarga;

• Menggunakan harta dan alat seefisien mungkin.
c) Memanfaatkan waktu luang secara tepat dan efisien;
d) Memperluas dan meningkatkan sikap serta tanggungjawab bersama yaitu dengan mengarahkan setiap anggota keluarga menjadi biasa mewujudkan sikap-sikap positif dalam tingkah laku sehari-hari, seperti:

• Minat saling membantu;

• Hidup hemat;

• Percaya diri;

• Disiplin dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari suatu keluarga akan dihadapkan pada sejumlah masalah. Masalah akan selalu mengejar dan hadir di tengah-tengah keluarga kita. Oleh karena itu, kita berusaha untuk menyelesaikan dari persoalan keluarga dengan menghadapi dan mencari jalan keluar agar keluarga kita benar-benar menjadi keluarga yang kita dambakan. Usaha untuk mencari jalan keluar tidak selalu dapat dilakukan dengan mudah. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman dalam mengatasi masalah keluarga.

Pedoman dalam memecahkan masalah-masalah keluarga:

1) Berani berkeluarga, berani bertanggungjawab.

2) Tanggungjawab suami-istri adalah mengusahakan kebahagian dan kesempurnaan seluruh anggota keluarganya. Dituntut adanya kemandirian keluarga, yang berarti tugas dan tanggungjawab keluarga adalah :

a) Mengusahakan keadaan yang terbaik, dengan mengerahkan seluruh kemampuan keluarga.

b) Memperhatikan masa depan keluarga.

3) Keluarga yang lebih mementingkan keadaan masa sekarang dan mengabaikan keadaan masa datang adalah keluarga yang kurang bertanggungjawab.

Ketiga hal di atas dapat dijadikan pedoman dalam memecahkan masalah keluarga dan penting dipersiapkan untuk masa depan keluarga.

V. MASA DEPAN KELUARGA

Orang seringkali mengatakan “masa depan kita perlu lebih baik”. Banyak orang yang menghubungkan masa depan dengan kehidupan yang lebih baik dan menghubungkannya dengan pendidikan anak. Dengan pendidikan anak yang baik diharapkan ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik, misalnya memperoleh pekerjaan yang pantas, penghasilan yang memuaskan, kedudukan yang baik dan sebagainya. Hal ini memberikan gambaran “masa depan”. Jadi, membicarakan masa depan berarti kita membahas tentang keadaan yang akan dicapai di masa mendatang. Kita ingin hidup yang lebih baik dari hari ini, bukan berarti kita serakah daripada kita mempunyai sikap “nrimo” atau pasrah.

1. Proyeksi Masa Depan

Masa depan mencakup waktu rentang yang cukup panjang, paling tidak kondisi hari tua. Oleh karena jangkauannya terlalu lama, perencanaan yang dibuat mungkin sulit dijamin ketepatannya. Dengan demikian masa depan dengan rentang waktu yang cukup panjang dapat dipilah menjadi satu tahun, dua tahun, lima tahun, sepuluh tahun dan seterusnya.

Kita tidak dapat mengetahui apa yang terjadi pada hari mendatang atau keadaan di masa datang, oleh sebab itu perlu dipersiapkan dengan baik. Mempersiapkan masa depan dapat dilakukan dengan membuat rencana masa depan sesuai dengan kondisi yang kita inginkan dan langkah-langkah apa yang dilakukan untuk mencapai kondisi yang diinginkan tersebut.

“………… Hari ini adalah hari yang pertama dari seluruh sisa hidup kita. Apa yang akan terjadi pada hari-hari mendatang tergantung pada apa yang kita rencanakan hari ini”

Misalnya:

Budiman seorang petani kelapa sawit. Ia mempunyai seorang istri dan dua orang anak, Ahmad (15 tahun), Rini (10 tahun) dan keponakannya Tono (18 tahun) berpendidikan STM. Untuk menghadapi masa depan 5 tahun mendatang Budiman telah melakukan diskusi dengan istri dan anak-anaknya dan keponakannya. Dari hasil diskusi keluarga direncanakan masa depan keluarga tersebut adalah:

1) Produksi kebun sawit mencapai 1 ton/ha/tahun;

2) Membuat usaha peternakan kambing (memelihara kambing sebanyak 50 ekor);

3) Rumah telah diperbaiki;

4) Ahmad kuliah di Fakultas Pertanian ;

5) Rini melanjutkan studi di SMA Negeri ;

6) Tono akan membuka bengkel motor.

Untuk mencapai rencana 5 tahun mendatang, keluarga Budiman menyusun kegiatan sebagai berikut:

1) Produksi kebun sawit mencapai 1 ton/ha/tahun

a) Mengikuti dengan aktif kegiatan kelompok;

b) Merawat dan mengelola kebun dengan baik sesuai dengan petunjuk teknis.
2) Usaha Peternakan Kambing

a) Mengembangkan peternakan dengan menambah jumlah kambing dan sarana kandang;

b) Menguasai cara-cara beternak kambing melalui penyuluhan dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan peternakan kambing;

c) Membuat rencana usaha perluasan peternakan kambing untuk mendapatkan kredit dari koperasi.
3) Perbaikan Rumah

a) Secara bertahap membuat sendiri batu bata yang diperlukan dengan memanfaatkan waktu luang.

b) Membuat rancangan rumah dengan anggaran biayanya.
4) Sekolah Ahmad dan Rini

a) Ahmad dan Rini ikut kursus –kursus yang diperlukan.

b) Melengkapi keperluan sekolah Ahmad dan Rini

5) Persiapan untuk Tono

a) Mengirim Tono untuk mengikuti latihan kerja mekanik di Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

b) Mengirim Tono untuk ikut magang di kenalan yang mempunyai bengkel.

6) Membuat Rencana (anggaran) Keuangan

a) Memproyeksikan pendapatan;

b) Memproyeksikan pengeluaran;

c) Memproyeksikan tabungan.

VI. PENGENDALIAN WAKTU

Waktu adalah satu-satunya sarana yang tidak dapat disimpan. Waktu terus berlalu, dan tidak dapat dipanggil serta dimiliki kembali. Setiap orang mempunyai waktu hanya 24 jam sehari semalam.

Waktu adalah modal utama untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan. Walaupun ada uang dan peralatan cukup, banyak orang yang tidak dapat menyelenggarakan suatu kegiatan, hanya karena dia tidak punya waktu. Oleh sebab itu, perlu pengaturan penggunaan waktu dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan. Misalnya kegiatan rumah tangga, digunakan untuk bekerja, tidur, sembahyang, dan sebagainya.

Ada kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan secara teratur. Artinya, kegiatan itu perlu dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditetapkan. Menetapkan waktu dapat dilakukan dengan mufakat atau dengan mengikuti ketentuan yang telah ada. Misalnya, waktu makan bisa disepakati bersama dalam rumah tangga, sholat (menunaikan ibadah) sudah ada ketentuan waktunya.

Waktu adalah uang, tetapi waktu berbeda dengan uang karena waktu tidak bisa disimpan. Tiap orang punya waktu hanya 24 jam. Sehingga dalam memanfaatkan waktu perlulah secara berhati-hati dengan membagi penggunaan waktu secara tepat guna.

Untuk memudahkan orang dalam membagi-bagi penggunaan waktu, sudah ditentukan adanya jam. Jam ini dapat digunakan untuk menentukan kapan kegiatan itu dilakukan. Jam juga bisa dipakai untuk menentukan berapa lama kegiatan itu dilaksanakan. Pemakaian jam jauh lebih baik daripada menggunakan waktu pagi, siang, sore dan malam. Jika waktu hanya dibagi dalam 4 bagian (pagi, siang, sore dan malam) maka akan menyulitkan kita dalam melakukan pekerjaan, karena pekerjaan yang ada akan lebih dari 4 jenis. Sehingga sebaiknya waktu dibagi menurut jam. Misalnya, setiap kegiatan mendapat jatah waktu rata-rata ½ jam, maka akan ada (24-6) : ½ = 36 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan. Waktu 6 jam dipergunakan untuk tidur.

Tidak semua jenis kegiatan yang ada di rumah tangga perlu dilaksanakan setiap hari. Ada jenis kegiatan yang hanya dilakukan sekali seminggu, sekali sebulan, sekali setahun, bahkan ada yang sekali seumur hidup.

Tidak semua jenis kegiatan rumah tangga dapat menghasilkan uang, tetapi banyak jenis kegiatan yang perlu dilakukan tanpa menghasilkan uang, misalnya makan, sembahyang dll. Yang dimaksudkan dengan berhati-hati membagi waktu, adalah supaya seluruh kegiatan yang akan dilakukan selalu mempertimbangkan lamanya, dan kegunaannya untuk keluarga.

1. Pengendalian Waktu = Pengendalian Kegiatan

Pengendalian waktu membuat waktu menjadi berharga, berarti bahwa setiap waktu yang kita habiskan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mempunyai makna dan tujuan. Kegiatan berdasarkan tujuan dapat dikelompokkan ke dalam tujuh macam kegiatan, yaitu :

a. Kegiatan Ekonomi,

Kegiatan yang menghasilkan pendapatan (biasanya berupa uang), misalnya bekerja di kebun sawit, berdagang, karyawan di suatu instansi dan lain-lain.

b. Kegiatan Kerumahtanggaan,

Kegiatan yang bertujuan menyalurkan roda kehidupan rumah tangga sehari-hari, antara lain mengurus anak, berbelanja, mencuci, merawat rumah dan sebagainya.

c. Kegiatan Kehangatan,

Kegiatan yang mempunyai tujuan tercapainya hubungan yang hangat atau mesra antara anggota keluarga. Melalui kegiatan ini hubungan suami-istri dan anak menjadi lebih dekat, dan tercipta suasana hangat, mesra dan saling percaya misalnya: bermain bersama, nonton TV bersama, mendengarkan cerita dan usul anak.

d. Kegiatan Pengembangan Diri,

Kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan diri menuju yang lebih baik dari hari ke hari. Misalnya ikut pelatihan, membaca koran, majalah dan sebagainya.

e. Kegiatan Sosial,

Kegiatan yang menunjukkan tanggungjawab sosial. Misalnya mengunjungi orang sakit, gotong-royong, membantu tetangga, melayat dan sebagainya.

f. Kegiatan Pemulihan Tenaga,

Kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kesiapan tubuh untuk melakukan kegiatan (bekerja) seperti makan, tidur, mandi, istirahat, merias diri dan sebagainya.

g. Kegiatan Iman,

Kegiatan yang berhubungan dengan pendalaman dan pengungkapan Iman, misalnya berdoa, beribadat, membaca kitab suci agama.

Sikap keluarga untuk masing-masing kegiatan tidak sama. Mungkin ada kegiatannya yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Untuk itu kita perlu dapat memisahkan jenis kegiatan tersebut sesuai dengan tujuannya. Pengaturan waktu tiap keluarga tergantung pada keadaan ekonomi keluarga, sosial budaya dan posisi dalam keluarga. Meskipun demikian ada pedoman yang dapat kita gunakan, yaitu:

1) Ketujuh kegiatan tersebut sama penting;

2) Sama penting berarti bahwa tidak satupun anggota keluarga merasa bahwa bagian kegiatan tertentu tidak penting, dan tidak satu pun anggota keluarga merasa bahwa kegiatan tersebut bukan tanggungjawabnya;

3) Ketujuh jenis kegiatan itu perlu mendapat alokasi waktu yang seimbang. Seimbang berarti disediakan cukup waktu untuk tiap jenis kegiatan dan pengaturan tersebut merupakan penyempurnaan.

2. Efisiensi Penggunaan Waktu

Kita sudah mempunyai pedoman praktis untuk menyempurnakan keluarga guna mencapai kebahagiaan, di samping itu kita juga perlu “efisien”, misalnya meletakkan barang pada tempatnya. Hal ini perlu ditetapkan dan disepakati seluruh anggota keluarga secara konsekuen mulai dari anak sampai orang tua.

VII. SUMBER DAYA KELUARGA

Pendapatan keluarga (berupa uang) diperoleh dengan bekerja. Setiap keluarga mempunyai cara dan sumber-sumber pendapatan (uang) yang berbeda. Setiap anggota keluarga mempunyai sumber daya. Sumber daya yang dimiliki keluarga adalah segala sesuatu dalam keluarga yang dipergunakan untuk tujuan produksi baik barang maupun jasa yang bermanfaat. Anggota keluarga adalah sumber daya manusia. Selain sumber daya manusia, keluarga juga memiliki sumber daya materi, dalam hal ini adalah dana atau keuangan yang dimiliki keluarga.

Sumber daya suatu keluarga akan berbeda satu sama lain, bergantung pada jumlah anggota keluarga, ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki keluarga tersebut, juga besarnya dana atau tingkat sosial ekonominya. Sumber daya dapat dimanfaatkan bila sumber daya tersebut benar-benar potensial.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah semua energi, keterampilan, bakat dan pengetahuan manusia yang dipergunakan untuk tujuan produksi barang dan jasa yang bermanfaat. Pendekatan sumber daya manusia menekankan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk memanfaatkan tenaga manusia sebanyak mungkin dalam kegiatan-kegiatan produktif. Produktivitas bukanlah ukuran produksi yang dihasilkan tetapi ukuran dari seberapa baik kita menggunakan sumber daya dalam pencapaian hasil yang diinginkan.

Salah satu cara bagi seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan harkat dan martabatnya adalah melalui kesempatan dalam mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimilikinya dalam suatu pekerjaan atau profesi di mana ia dapat menerima imbalan jasa.

2. Sumber Daya Materi

Sumber daya materi adalah segala bentuk benda yang dimiliki manusia, dapat berupa tanah, rumah, ternak atau uang. Uang merupakan salah satu sumber daya yang dibutuhkan dan dimiliki oleh keluarga. Segenap kemampuan keluarga diupayakan untuk mendapatkan uang. Karena uang adalah alat untuk memenuhi keperluan dan keinginan keluarga.

Pendapatan keluarga diperoleh dari:

1) Upah atau gaji dan tunjangan-tunjangan yang diterima sebagai balas karya,

2) Laba bersih dari usaha sendiri,

3) Penghasilan dari hak milik, misalnya uang sewa tanah, bunga deposito dan lainnya,

4) Pensiunan (mereka yang telah lanjut usia dan bekerja pada perusahaan/ pemerintahan),

5) Hadiah atau sumbangan-sumbangan,

6) Tabungan (penyisihan penghasilan periode lalu).

Dengan melihat sumber daya yang dimiliki oleh keluarga, semakin jelas bahwa setiap keluarga dapat memanfaatkan kemampuan, keahlian, dan juga keterampilannya untuk menghasilkan atau meningkatkan pendapatan keluarga.

VIII. PENGATURAN KEUANGAN RUMAH TANGGA

Ekonomi rumah tangga adalah segala daya upaya manusia untuk memenuhi keperluan dalam rumah tangganya. Masalah ekonomi rumah tangga timbul semenjak orang sadar bahwa mereka perlu bertanggungjawab sendiri atas hidupnya, yang berarti mereka perlu berusaha sendiri untuk memenuhi keperluan-keperluan baik yang dirasakan sekarang, maupun yang akan timbul dikemudian hari.

Bicara tentang ekonomi rumah tangga, tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan keuangan rumah tangga. Sebab uang merupakan alat tukar yang bisa membantu pencapaian keberhasilan ekonomi rumah tangga.

1. PANDANGAN TENTANG UANG

Dalam praktek pengelolaan keuangan rumah tangga diperlukan kesamaan pandangan tentang uang, yaitu:

a. Uang adalah sarana, bukan tujuan

Uang pada umumnya diperoleh dengan bekerja. Namun uang bukan merupakan akhir tujuan bekerja. Ia hanya merupakan sarana bagi perwujudan dan pencapaian tujuan akhir yaitu kesejahteraan keluarga. Uang memang dominan (mempunyai peranan besar), akan tetapi tidak boleh menjadi determinan (penguasa, penentu). Apabila uang dijadikan sebagai tujuan hidup satu-satunya maka ketika memperoleh uang orang akan cepat kehilangan kendali keseimbangan dan kewajaran.

b. Uang perlu dikendalikan dan diatur

Agar uang dapat menjadi hamba yang baik, maka uang perlu diatur dan dikendalikan. Kalau tidak, kita akan diatur dan dikuasainya. Uang mempunyai sifat-sifat khas, misalnya cair (mudah ditukarkan dengan barang dan jasa), ringkas (mudah dibawa), licin dan menggoda. Itulah sebabnya bagian paling sulit dalam mengelola keuangan rumah tangga ialah kemampuan mengatur dan mengendalikan uang berdasar metode-metode tertentu.

c. Uang adalah sarana yang produktif

Uang hendaknya dipandang sebagai sarana guna menghasilkan sesuatu. Uang dapat menghasilkan barang, jasa ataupun uang. Karena sifatnya yang produktif maka uang perlu diatur agar dapat menghasilkan sesuatu secara optimal. Rumah tangga juga perlu mengembangkan efisiensi. Membiarkan uang tanpa jelas tujuannya atau hanya untuk sekedar berjaga-jaga adalah hal yang kurang efisien. Dengan demikian uang perlu diatur sehingga tidak terjadi penumpukan uang lebih lama dan dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang nyata.

2. KEBIJAKAN PENGGUNAAN UANG

Uang perlu digunakan secara bijaksana sebagai salah satu dasar pengaturan ekonomi rumah tangga. Kebijakan penggunaan uang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Kebijakan Dasar

Kebijakan dalam tahap persiapan penggunaan uang, yang perlu diperhatikan di sini adalah:

1) Keluarga memperhatikan secara teliti semua sumber daya yang dimilikinya dan sampai seberapa jauh keluarga telah menggali semua sumber daya yang dimiliki.

2) Rencana keluarga disusun secara matang, baik rencana jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam penyusunan ini anggota keluarga dituntut mampu berpikir secara realistis. Rencana dibuat atas dasar keperluan, karena itu anggota keluarga perlu mampu menentukan secara tepat apa yang menjadi prioritas.

3) Perlu ditanamkan kebiasaan bermusyawarah diantara anggota keluarga, hal ini akan mendukung terwujudnya sikap keterbukaan dan menciptakan rasa kebersamaan.

b. Kebijakan Dalam Tahap Pelaksanaan

Perlu memperhatikan:

1) Mendahulukan keperluan utama dengan menentukan urutan prioritas (keluarga dituntut selektif terhadap tuntutan dan keperluan).

2) Disesuaikan dengan anggaran.

3) Melaksanakan prinsip penghematan, melalui tindakan:

a) Menghindari terjadinya pemborosan, misalnya berbelanja atas dasar perhitungan yang matang, melakukan perawatan barang.

b) Menjalankan seni belanja, dengan cara:

• Membawa uang secukupnya sesuai dengan barang yang direncanakan akan dibeli.

• Tepat dalam memilih kualitas barang.

• Memilih waktu yang tepat.

3. Kebijakan dalam Tahap Tindak Lanjut
Hal ini penting untuk meninjau sejauh mana keluarga mampu melakukan evaluasi terhadap penggunaan uang mereka, yang dapat diwujudkan melalui:

1) Keberhasilan keluarga dalam penghematan melalui tabungan;

2) Adanya penganggaran;

3) Kesadaran akan kemampuan atau potensi yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri;

4) Meningkatkan rasa tanggungjawab dan disiplin diri.

IX. PENGELUARAN & SISTEM PENGANGGARAN

1. PENGELUARAN

Pengeluaran adalah uang yang dikeluarkan oleh keluarga untuk memenuhi keperluan maupun keinginan. Pengeluaran setiap keluarga tidak sama besarnya, pengeluaran berbeda setiap waktu, misalnya pengeluaran bulan ini berbeda dengan bulan berikutnya.

Dalam keluarga ada pengeluaran rutin dan tidak rutin, oleh sebab itu perlu mengelola pengeluaran, khususnya untuk mengantisipasi pengeluaran-pengeluaran yang tidak rutin, dan mendadak seperti anak sakit, kecelakaan, sumbangan dan lain-lain.

Pengeluaran keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

• Pangan

• Sandang

• Papan

• Pendidikan

• Transportasi • Sosial

• Kesehatan

• Tabungan

• Biaya Usaha Tani

• Hiburan

Besarnya pengeluaran keluarga bergantung pada :

a. Besarnya jumlah penghasilan atau pendapatan

Semakin tinggi penghasilan ada kecenderungan semakin tinggi pula pengeluaran keluarga.
b. Jumlah anggota keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin banyak pula keperluannya, sehingga pengeluarannya pun semakin tinggi.

c. Taraf pendidikan keluarga dan status sosialnya

Tingginya status pendidikan dan status sosial menuntut keluarga untuk memenuhi keperluan yang lebih beragam dengan kualitas yang lebih baik, sehingga tingkat pengeluaran semakin tinggi.

d. Lingkungan sosial dan ekonomi keluarga

Lingkungan sosial dan ekonomi keluarga mempengaruhi besarnya pengeluaran keluarga. Keluarga yang tinggal di lingkungan sosial dan penghasilan tinggi mempunyai kecenderungan pengeluaran yang lebih tinggi dibanding yang tinggal di lingkungan sosial yang rendah.

Meskipun pengeluaran keluarga bermacam-macam dan ada hal-hal yang mempengaruhi, tetapi yang terpenting adalah keberanian keluarga dalam menentukan prioritas dan mengambil keputusan. Dengan demikian pengaturan keuangan keluarga lebih baik dan tidak berdasarkan senang tidak senang.

2. PENGANGGARAN

Dalam setiap rumah tangga terdapat sistem pengaturan keuangan yang berbeda-beda namun mempunyai maksud yang sama, yaitu agar rumah tangga dapat terbebas dari kesulitan-kesulitan ekonomi. Beberapa sistem pengaturan keuangan dalam rumah tangga yaitu:

a. Sistem Amplop

Membagi pendapatan rumah tangga kedalam pos-pos tertentu.

b. Sistem Buku Harian

Mencatat seluruh pendapatan dan pengeluaran harian rumah.

c. Sistem Belanja Besar-Belanja Kecil

Mengatur belanja bulanan dengan jalan mengadakan pembelanjaan sebagian besar keperluan rumah tangga pada waktu-waktu tertentu, sedangkan pada waktu-waktu yang lain hanya dilakukan pembelanjaan kecil-kecilan.

d. Sistem Pengeluaran Tetap

Mengatur pengeluaran keluarga dengan cara mendahulukan pengeluaran-pengeluaran yang tetap atau sudah pasti akan terjadi.

e. Sistem Pembagian Tugas

Pada bagian ini sistem pengeluaran rumah tangga diatur dengan pembagian tugas/tanggungjawab keuangan kepada sejumlah anggota rumah tangga.

3. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PENGATURAN KEUANGAN KELUARGA

Hambatan-hambatan yang muncul dalam sistem pengaturan keuangan keluarga biasanya berasal dari dalam diri sendiri, dari pasangan dan anggota keluarga yang lain. Ini semua menunjukkan bahwa pengaturan keuangan adalah masalah keluarga itu sendiri. Anggota keluargalah yang mengusahakan terciptanya pengaturan ekonomi rumah tangga yang baik bagi keluarganya. “Keluarga Anda adalah keluarga Anda sendiri”, bagaimana menggunakan uang Anda terserah Anda sendiri.

Hambatan yang muncul seringkali berkaitan erat dengan nilai keterbukaan dan tanggungjawab. Perencanaan anggaran keluarga dan pelaksanaannya, dapat terwujud kalau ada keterbukaan diantara suami-istri. Selama suami-istri tidak terbuka dan jujur dalam hal pendapatan dan pengeluaran, maka ketentraman keluarga terancam, tidak hanya oleh keadaan keuangan yang tidak sehat, tetapi juga ketidakjujuran yang dilakukan suami-istri. Misalnya, istri tidak tahu berapa penghasilan suami, pokoknya mendapat jatah setiap bulan. Demikian juga suami tidak tahu berapa penghasilan istri dan dibelanjakan untuk apa saja. Dengan sikap demikian, bagaimana mungkin suami-istri dapat membuat anggaran keluarga secara lebih tepat. Bisakah keluarga dapat menentukan anggaran yang tepat jika salah satu atau kedua belah pihak merasa tertipu.
X. HAL-HAL PENTING DALAM PENGATURAN KEUANGAN KELUARGA

Perkawinan telah menyatukan kehidupan suami-istri, termasuk harta benda dan pendapatan, maka sewajarnyalah dalam penggunaannya dibicarakan bersama. Di dalam keluarga tidak ada “uangmu” atau “uangku” tidak ada “uang laki-laki” atau “uang perempuan” yang ada hanyalah “uang kita”.

Sikap yang perlu dikembangkan dalam pengaturan keuangan adalah keterbukaan dan disiplin. Orang yang berani terbuka dan disiplin dalam pengaturan ekonomi rumah tangganya, berarti perlu berani pula mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Biasanya sering muncul usaha menutup-nutupi kekurangan diri, tidak mau mempertanggung-jawabkan perbuatannya karena takut kelihatan kekurangannya. Misalnya, menggunakan uang untuk kepentingan atau kesenangan pribadi, kurang memperhatikan keperluan anggota keluarga yang lain. Tidak sedikit orang yang menggunakan ketakutan-ketakutan itu sebagai dalih untuk tidak melakukan sistem pengaturan ekonomi rumah tangga yang benar.

Ketakutan-ketakutan itu perlu dihilangkan, karena keadaan tersebut akan menghambat pengaturan ekonomi rumah tangga. Justru dalam keterbukaan dan tanggungjawab inilah terletak kekuatan sebuah keluarga. Dengan pengetahuan ekonomi rumah tangga yang terbuka dan bertanggungjawab akan dapat diraih masa depan keluarga. Pengendalian atau kontrol merupakan hal penting untuk terlaksananya pertanggungjawaban.

XI. LANGKAH-LANGKAH PENGATURAN EKONOMI RUMAH TANGGA

1. Persyaratan dalam pengaturan ekonomi rumah tangga:

a) Pasangan suami-istri menyadari pentingnya membuat anggaran.

b) Kesepakatan yang jelas dan kuat bahwa praktek pengerjaan anggaran perlu dikerjakan oleh suami-istri bersama-sama.
Dalam syarat ini tercakup tuntutan bahwa suami-istri perlu memutuskan untuk menyatukan semua sumber keuangan secara terbuka.

2. Langkah-langkah Pengerjaan Penganggaran

a. Daftar perkiraan

Daftar perkiraan menunjukkan perkiraan penerimaan pendapatan dan pengeluaran masing-masing anggota keluarga. Pengeluaran yang beragam akan berbeda antar satu keluarga dengan keluarga yang lain. Pengeluaran ini kemudian dikelompokkan menurut jenisnya, dan biasanya dikelompokkan berdasarkan :

• pangan atau makan minum; • transportasi;

• sandang atau pakaian; • kemasyarakatan;

• papan atau perumahan; • hiburan;

• kesehatan; • tabungan.

• pendidikan; • biaya usaha tani

Selain itu dapat juga dibuat perkiraan pendapatan/penerimaan.

Dalam pengelompokan penerimaan dan pengeluaran ini, isi dari masing-masing perkiraan tidak selalu sama antar keluarga yang satu dengan yang lain. Tetapi yang penting adalah memasukkan semua kejadian ekonomi keluarga dalam perkiraan yang ada. Jadi dalam hal ini masing-masing anggota keluarga diberi anggaran sendiri.

b. Daftar Perkiraan Pendapatan dan Pengeluaran

Bulan Januari 1999

No Nama Perkiraan Rencana Kenyataan

Masuk Keluar Masuk Keluar Selisih

1 Saldo Desember 10.000

2 Pendapatan 200.000

3 Pangan 80.000

4 Sandang 25.000

5 Kesehatan 10.000

6 Pendidikan 10.000

7 Tabungan Keluarga 10.000

8 Tabungan Budi 5.000

9 Tabungan Rini 5.000

10 Transportasi 20.000

11 Hiburan 10.000

12 Sosial 5.000

13 Biaya Usaha Tani 30.000

Jumlah 210.000 210.000

c. Menganggarkan tiap-tiap perkiraan

Berpedoman pada:

1) Kenyataan bulan lalu;

2) Kenyataan saat ini;

3) Rencana bulan yang akan datang.

Berpedoman pada hasil pengolahan anggaran bulan lalu. Langkah berikut ialah memeriksa kegiatan kita dibulan mendatang. Kemudian mengisi formulir anggaran dan mengisikan angka-angka berdasarkan dua hal di atas. Setelah selesai dijumlahkan, apabila jumlah yang ditemukan ternyata lebih besar dari kemampuan nyata maka tindakan pertama ialah mengoreksi angka-angka yang dianggarkan dan mengalokasikan pada pos-pos yang dapat ditunda. Jumlah pengeluaran perlu sama dengan jumlah pemasukan.

d. Menyiapkan kartu-kartu harian

Kartu harian digunakan untuk mengendalikan setiap perkiraan. Guna memudahkan pengendalian, maka setiap “transaksi” (membeli, membayar, menerima uang) perlu dicatat dan sedapat mungkin diperiksa, sudah tinggal berapa sisa anggaran untuk perkiraan yang bersangkutan. Satu kartu harian untuk satu jenis perkiraan.

e. Mengisi kartu harian

Inti kegiatan mengendalikan keuangan rumah tangga, yaitu mencatat segala kejadian uang masuk dan keluar. Sebaiknya tiap transaksi disertai tanda bukti. Kartu harian diisi setiap hari pada jam yang agak tetap oleh suami-istri kurang lebih 5-10 menit. Bagi yang memiliki usaha di rumah, perlu dipisahkan pembukuan keuangan keluarga dan keuangan usaha.

f. Menghitung semua jumlah

Pada langkah keempat sedapat mungkin setiap hari mencari sisa (saldo) dari tiap-tiap perkiraan. Bila jumlah (pengeluaran) telah mencapai angka yang dianggarkan maka jalan yang terbaik ialah “menutup” perkiraan yang bersangkutan. Menutup berarti tidak boleh lagi mengeluarkan apapun untuk kepentingan perkiraan itu.

Pada akhir bulan atau periode anggaran setiap kartu harian dipindahkan lalu dijumlahkan. Selisih dari jumlah anggaran perkiraan pengeluaran dan kenyataan pengeluaran perlu sama dengan jumlah yang ada dikas. Biar ada sisa uang, maka sisa itu dimasukkan sebagai tambahan pemasukan untuk anggaran bulan berikut.

Pembuatan anggaran dan pencatatan harian secara terus menerus menimbulkan keperluan untuk berkomunikasi lebih erat. Bukan sekedar memecahkan persoalan tetapi terutama membagi perasaaan satu sama lain.

XII. KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak, komunikasi adalah bagian terpenting dari kehidupan manusia. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dalam setiap rumah tangga pasti ada cara berkomunikasi. Untuk memungkinkan tumbuhnya rasa kebersamaan pada setiap anggota rumah tangga, mereka perlu memiliki rasa saling memahami. Rasa saling memahami hanya bisa tumbuh, kalau satu sama lain saling mengerti pesan-pesan yang disampaikan. Cara penyampaian pesan tersebut, bisa dalam bentuk kata-kata, lambaian tangan, acungan jempol atau bisa juga dalam bentuk gelengan atau anggukan kepala.

Ketika seseorang menyampaikan pesan, berarti:

1) Orang itu menghendaki teman bicaranya supaya mau berbuat sesuatu atau;

2) Orang itu menghendaki teman bicaranya supaya berfikir atau merasakan sesuatu dengan cara tertentu atau;

3) Orang itu menghendaki teman bicaranya supaya mau menerima pendapatnya untuk kebaikan bersama.

Setiapkali terjadi penyampaian pesan seperti di atas, selalu ada:

1) Orang yang menyampaikan pesan;

2) Orang yang menerima pesan;

3) Pesan yang disampaikan;

4) Alat/cara penyampaian pesan;

5) Hasil setelah pesan diterima.

Kegunaan komunikasi dalam rumah tangga adalah:

1) Untuk memberi keterangan/penjelasan/informasi;

2) Untuk keperluan pendidikan/pengajaran;

3) Untuk mempengaruhi dan mengarahkan;

4) Untuk mengisi waktu dan hiburan.

Dalam komunikasi, sebenarnya sudah terjadi proses penyampaian pesan dua arah. Setiap kali seseorang memberikan keterangan atau penjelasan, maka dari orang yang menerima penjelasan akan muncul tanda bahwa mereka sudah menerima keterangan tersebut. Misalnya, dengan menganggukkan kepala, senyum dan lain-lain.

Cara berkomunikasi dalam rumah tangga yang tenteram biasanya dilakukan dengan santai dan dapat memenuhi semua kegunaannya. Para anggota rumah tangga dapat menyampaikan pesan dan menerima pesan, tanpa hambatan dan halangan. Hambatan itu dapat berupa “kebiasaan” seorang ayah yang tidak mau diganggu dengan urusan rumah tangga, atau “kebiasaan” ibu yang selalu tidak sabar kalau berbicara tentang uang. Ayah jarang berada dirumah, dan ibu selalu sibuk dengan urusan dapur saja.

Antara orang yang menyampaikan pesan dan orang yang menerima pesan, sebaiknya dapat secara bersama-sama menghilangkan semua hambatan dan halangan dalam berkomunikasi. Sebuah rumah tangga akan menjadi tenteram dan bahagia, kalau cara berkomunikasinya baik, dapat membimbing semua anggota keluarga memiliki rasa saling pengertian, saling memahami dan rasa saling terbuka.

Komunikasi dalam keluarga disebut dengan dwirembug atau dialog. Dwirembug menyangkut keterbukaan dan pembicaraan dari hati ke hati, seluruh anggota keluarga, suami, istri dan anak-anak. Yang disesuaikan dengan hak, wewenang, tanggungjawab dan kewajiban setiap anggota keluarga. Sikap ini akan menciptakan kebersamaan, saling percaya dan bebas mengeluarkan pendapat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi:

1) Cinta kasih

2) Keterbukaan dan kejujuran

3) Waktu dan tempat

4) Bahan pembicaraan

Agar dwirembug berjalan lancar, sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Dwirembug adalah komunikasi antara dua hati yang saling percaya dan saling mencintai. Yang diutamakan adalah berbagi perasaan;

2) Jangan pernah membela diri;

3) Jangan pernah mempermasalahkan pasangan;

4) Ungkapkan perasaan anda tentang suatu peristiwa yang terjadi dalam keluarga;

5) Jangan berusaha menang sendiri dalam suatu perbedaan pendapat;

6) Bila pasangan berbuat salah ungkapkan kemungkinan akibat dari kekeliruan, tetapi bila pasangan anda berbuat “ sesuatu“ pujilah dia.

7) Temukanlah waktu yang cocok bagi kedua belah pihak untuk melakukan dwirembug

XIII. PENGEMBANGAN USAHA KELUARGA

1. ARTI DAN MANFAAT KEWIRAUSAHAAN

Setiap keluarga mempunyai sumber daya dan selalu menginginkan keluarga yang bertanggungjawab serta mandiri, mengarah pada masa depan yang lebih baik. Untuk mencapai masa depan yang lebih baik, salah satu langkah yang diambil adalah memberdayakan sumber daya keluarga (potensi keluarga) dan sumber daya alam (potensi alam) secara optimal sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam usaha meningkatkan pendapatan keluarga adalah melalui penanaman jiwa wirausaha bagi masing-masing anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan sasaran umum Pembangunan Lima Tahun Keenam (Pelita VI), yakni “Tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta efisiensi dan produktifitas rakyat dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan lahir dan batin (GBHN 1993). Untuk mewujudkan dan meningkatkan sikap kemandirian tersebut diperlukan upaya terus menerus dalam menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.

2. GAGASAN USAHA DAN PENILAIAN KELAYAKAN USAHA

Jiwa kewirausahaan adalah sikap yang selalu mengembangkan usaha. Pengembangan usaha dapat berupa perluasan usaha yang telah ada atau membuka usaha baru. Agar usaha yang dikembangkan berhasil, perlu dilakukan studi kelayakan usaha. Sebelum melakukan studi kelayakan usaha terlebih dahulu perlu memiliki gagasan-gagasan usaha (ide-ide). Dari beberapa gagasan usaha tersebut dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) atau dikenal dengan teori KEKEPAN (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) untuk dapat menentukan usaha mana yang paling memungkinkan dilaksanakan.

Dalam melakukan usaha diharapkan adanya keuntungan. Akan tetapi banyak juga faktor yang dapat sebagai penyebab kegagalan usaha, sehingga diperlukan pemikiran yang matang. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penjajakan terlebih dahulu terhadap usaha yang akan dijalankan atau dengan kata lain uji kelayakan usaha, yang hasilnya akan mampu menjawab apakah usaha tersebut layak atau tidak. Dari hasil studi tersebut juga akan diperoleh gambaran tentang hambatan-hambatan apa yang timbul di kemudian hari dan seberapa jauh hambatan tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan usaha dan seberapa jauh dapat diatasi. Ada enam aspek yang perlu diuji dalam melakukan studi kelayakan usaha, yaitu:

1) Aspek teknis usaha;

2) Aspek pemasaran usaha;

3) Aspek pengelolaan usaha;

4) Aspek lingkungan;

5) Aspek risiko;

6) Aspek keuangan.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan keluarga, penilaian kelayakan usaha yang sederhana perlu dilakukan sehingga keputusan untuk melanjutkan atau mengembangkan suatu usaha baru dapat diambil dengan tepat.
(Paguyuban FASDA JABAR, warino sekretaris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar