15 Juli 2017

VIDEO LOUNCHING DASA USAHA TANI WARINO SIKEPIS


LOUNCHING PETANI GILA : "DASA USAHA TANI", PANGANDARAN, 07-07-2017
DASA USAHA TANI Konsep Pertanian Petani Kampung Yang Ortodok Sepertiku. Selama Ini Petani Sepertiku Hanya Di Kenalkan PANCA USAHA TANI dan SAPTA USAHA TANI, TIDAK pernah mendengar dari manapun dan dari siapapun Gerakan DASA USAHA TANI. 

Gagasan DASA USAHA TANI Lahir Dari Kampung, DASA USAHA TANI dilahirkan di Dusun Cibadak Desa Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat.
Yang Setuju Dengan DASA USAHA TANI mari bersama kita Gaungkan dan Gerakan Serta Wujudkan Untuk Kemakmuran & Kesejahteraan Petani.
· IR, dan IR 64
· PB 5, dan PB 8
· Bramo
· Rajalele
· Cisadane
Pemilihan bibit unggul juga sangat menunjang akan hasil padi yang dihasilkan nantinya. Adapun ciri-ciri benih yang baik adalah sebagai berikut :
· Berlabel
· Bermutu tinggi
· VUTW (Varietas unggul tahan wereng)
· Kemampuan berproduksi tinggi.
Makin maju peradaban manusia, makin canggih pula alat alat-alat dan teknik yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian. Pada zaman yang makin maju dewasa ini, pemakaian cangkul dan bajak sebagai alat untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur telah diganti dengan pemakaian traktor. Dengan demikian bercocok tanam di sawah lebih ringan, cepat, mudah dan hasilnya lebih sempurna. Namun, traktor juga mempunyai dampak negatif pada tanah yang dibajak, diantaranya: bajak yang terdapat pada traktor tidak dapat membalik tanah dengan sempurna dan bahan bakar minyak yang digunakan pada traktor dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dikarenakan hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi tanah maka kita harus memilih tanah yang baik. Berikut ini adalah syarat-syarat tanah yang baik adalah: 
a) Memiliki cukup rongga udara, gembur, dan tidak padat.
b) Mengandung banyak unsur organik
c) Banyak mengandung mineral dan unsur hara
d) Mampu menahan air
e) Memiliki kadar asam dan basa tertentu.
Memberikan pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah, di dalam tanah telah terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Namun masih perlu ditambah untuk mandapatkan jumlah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan harus dilakukan dengan tepat, baik dalam jumlah pupuk, masa pemupukan maupun jenis pupuknya. Hilangnya unsur hara dalam tanah bukan saja karena diserap oleh tumbuhan, tetapi juga mungkin karena erosi atau pengikisan tanah oleh air. Apabila erosi dibiarkan berlarut-larut, tanah akan menjadi kritis, yaitu tanah tidak lagi mengandung unsur hara sehingga tidak dapat ditanami oleh tumbuhan.
Pupuk dapat digolongkan menjadi beberapa jenis menurut proses terjadinya/cara pembuatanya, menurut asalnya, dan menurut unsur hara yang terdapat/terkandung di dalamnya. Berdasarkan proses terjadinya/proses pembuatannya pupuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
· Pupuk Alami
Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara alamiah, yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau makhluk pengurai(Detrivor) yang menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran hewan atau manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Berikut ini adalah beberapa contoh daripada pupuk alami diantaranya :
· Pupuk kompos: Pupuk kompos adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang bermacam-macam.
· Pupuk hijau: Pupuk hijau adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan terutama polong-polongan/kacang- kacangan, daun, batang,dan akar.
· Pupuk kandang: Pupuk kandang adalah pupuk alamiah yang berasl dari sisa-sisa penguraian mikroorganisme.
· Pupuk guano: Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran burung. 
· Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan mengandung zat-zat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan ini ada yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga, atau khusus untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih berdaya guna dibandingkan dengan pupuk alami. Dalam penggunaanya, pupuk buatan dapat diatur seberapa besar zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Berikut ini adalah beberapa pupuk yang tergolong sebagai pupuk buatan, diantaranya:
· NPK (Nitrogen Pospor Kalum)
· ZA (Zwafel Zuur Amonia)
· TSP (Triple Super Pospor)
· DSP (Double Super Pospor)
· ESP (Engkel Super Pospor)
Cara Pemberian pupuk yang Tepat
Pemupukan yang baik salah satunya dapat kita lakukan melalui cara pemupukan yang tepat 4 tepat, yaitu:
· Tepat Dosis jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman (tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit)
· Tepat Jenis: pupuk yang diberikan sesuai dengan jenis tanaman.
· Tepat Waktu: pupuk yang diberikan sesuai dengan waktu pemberian pupuk bagi tanaman.
· Tepat Tempat: pupuk yang diberikan disesuaikan pada tempat dimana tumbuhan dapat menyerap dengan cepat. Pada tumbuhan padi tempat yang baik adalah di dekat akar.
Penyakit
Penyakit tanaman merupakan mikroorganisme yang merugilan dan mengganggu oleh virus, jamur,dan jasad renik lainnya yang perkembangbiakannya cepat. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menyerng tanaman padi:
· Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyriclaria Oryzae yang menyerang padi gaga pada bagian daun, tangkai malai, maupun pada gabah berupa bercak-bercak.
· Penyakit Helminthosporium menyerang bagian daun dan menimbulkan bercak-bercak merah kecoklatan
Gulma
Gulma adalah organisme pengganggu yang berupa tumbuhan yang berkembangbiaknya cepat. Eceng gondok merupakan salah satu gulma air yang dapat merusak saluran irigasi pada tanaman karena akar eceng gondok dapat menyebabkan pendangkalan aliran air.
Hama
Hama adalah organisme pengganggu yang berupa hewan yang berkembangbiaknya cepat. Contoh hama antara lain adalah wereng, belalang, ulat,dan tikus.Cara pengendalian Hama, Gulma, dan Penyakit pada Tanaman
Pada tahun1998, para petani didaerah Lampung dikejutkan oleh oleh meledaknya populasi belalang kembara yang menyerang tanaman padi. Para petani terpaksa membakar tanaman padi mereka untuk memusnahkan hama tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan, baik bagi petani maupun bagi dunia pertanian lainnya.
Kejadian seperti diatas mungkin saja terjadi di daereh lain. Mungkin dengan hama yang sama atau hama yang berbeda, misalnya wereng atau tikus. Bahkan, sangat dimungkinkan panen gagal karena serangan penyakit dan gulma tanaman. Karena itu, hama, penyakit, dan gulma tanaman harus dikendalikan, baik secara biologi, fisis, mekanis, kimiawi,dan radiasi.
a. Pengendalian secara Biologi
Pengendalian secara biologi adalah pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pemangsa/predator hama atau penyakit tersebut. Misalnya, pengendalian tikus sawah menggunakan ular sawah. Pengendalian hama secara biologi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, pengendalian hama dengan cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan hama baru.
b. Pengendalian secara Fisis
Pengendalian secara fisis adalah pengendalian hama dengan cara dipanaskan atau dibakar. Misalnya, pada padi yang telah dipanen batang padi yang tersisa dibakar. Pengendalian dengan cara ini menimbulkan efek buruk yaitu dengan timbulnya kabut asap hasil dari pembakaran.
c. Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian hama tanpa menggunakan bahan kimia maupun hewan pemangsa. Pengendalian secara mekanis sampai sekarang masih digunakan oleh para petani pada saat membasmi gulma disawah. Alat-alat yang digunakan diantaranya sabit, sorok, atau cangkul kecil. Namun kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk lahan yang luas karena akan memakan banyak waktu
d. Pengendalian secara Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan menggunakan bahan-bahan kimia atau obat-obatan pestisida yang meliputi:
•Herbisida untuk membasmi rumput dan tanaman liar
•Fungisida untuk membasmi jamur
•Algasida untuk membasmi ganggang
•Ovisida untuk membasmi telur suatu hama
•Larvasida untuk membasmi larva
•Insectisida untuk membasmi serangga
•Malakosida untuk membasmi siput
•Rodentisida untuk membasmi hewan pengerat.
Namun, pemakaiannya harus diatur dan dapat meusak lingkungan.
e. Pengendalian secara Radiasi
Pengendalian secara radiasi adalah pengendalian hama dengan zat radio aktif. Namun, hal ini hanya dapat dilakukan terhadap hewan jantan.
Penanganan pascapanen berbeda dengan pengolahan pangan karena tidak mengubah struktur fisik dan susunan kimiawi primer dari hasil pertanian secara signifikan.
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi (postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan.
a) Mengembangkan Strategi dan Rencana Pemasaran Pemasaran dan Nilai Pelanggan;
b) Mengidenti!ikasi Segmen dan "arget Pasar;
c) Mengumpulkan informasi dan Memindai Lingkungan.
Komponen Sistem Informasi Pemasaran Modern;
d) Melaksanakan Riset Pemasaran dan Meramalkan Permintaan;
e) Membangun Nilai, (epuasan, )an %oyalitas Pelanggan;
f) Menganalisis Pasar (onsumen;
g) Membentuk Positioning Merek;
h) Menghadapi Persaingan;
i) Mengembangkan Strategi dan Program Penetapan Harga;
j) Menentukan Strategi Produk;
j) Merancang dan Mengelola Jasa;
Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan.
Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.
PERLU DIVERSIFIKASI USAHA TANI
Bagaimanapun, gejolak perubahan iklim akhir-akhir ini sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian, terutama terhadap produksi dan produktivitas tanaman, baik itu komoditas tanaman pangan ataupun hortikultura. Petani pun harus menanggung resiko merugi akibat kemerosotan produksi maupun gagal panen.
Menghadapi tantangan gejolak iklim memang tidak mudah. Perlu usaha serius dan juga kreatif untuk menyikapi banyak perubahan yang terjadi di sektor pertanian. Mengurangi ketergantungan pada satu komoditas melalui upaya diversifikasi usaha tani menjadi salah satu cara yang bijak untuk menyelamatkan usaha tani para petani.
a. mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia
b. mengurangi kerusakan produksi pertanian
c. menurunkan ongkos produksi
d. menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e. meningkatkan taraf hidup petani
f. memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming)
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).
Yang dimaksud dengan persyaratan sederhana adalah penjaminan agunan oleh pemerintah atau penyaluran kredit tanpa agunan. Ke depannya, selain melaksanakan penyaluran kredit, bank petani juga menyalurkan kredit bersubsidi dan/atau pembiayaan kepada petani melalui lembaga keuangan pertanian bukan bank dan/atau jejaring lembaga keuangan mikro agrobisnis. Ide dan wacana pendirian bank petani di Indoensia sebetulnya isu lama yang belum terealisasikan hingga kini. 
kalo di malaysia ada AgroBank (klik : agrobank.com)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bank pertanian adalah bank atau lembaga keuangan yang mengkhususkan diri untuk memberikan pinjaman bagi petani dan nelayan. Bank pertanian dapat dimiliki oleh negara maupun dikelola oleh swasta.
Dalam sejarah, sistem perekonomian syariah mengkhususkan untuk memberikan pinjaman kepada petani, dan petani boleh membayarnya dengan hasil pertanian yang dipanennya. Sistem ini dikemukakan kembali oleh Syafi'i Antonio pada tahun 1999 untuk diimplementasikan di Indonesia.


DASA USAHA TANI DALAM PERTANIAN
1. Penggunaan Bibit ( Benih ) Unggul.
Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan oleh para petani pada sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan bibit sangat berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya. Berikut ini adalah beberap jenis bibit padi yang unggul dan berkualitas :
2. Pengolahan Tanah Yang Baik.
Proses kedua yang dilakukan pada DASA USAHA TANI adalah pengolahan tanah secara baik. Mengolah tanah bertujuan agar tanah yang ditanami dapat menumbuhkan tanaman secara baik dan membuahkan hasil yang berlimpah. Sebagai masyarakat agraris, bangsa Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal cara-cara mengolah tanah agar mendapatkan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Beberpa alat sederhana yang dulu digunakan diantaranya : cangkul, garu, garu tangan, bajak, landak, dan lain sebagainya.
3. Pemilihan Pupuk Yang Lengkap dan Baik.
Pemupukan
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.
Proses selanjutnya adalah pemberantasan hama,gulma,dan penyakit. Pada prinsipnya pemberantasaan hama,gulma,dan penyakit bertujuan untuk mencegah tanaman mati karena diserang oleh hama,gulma, atau penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman akan nmenurunkan tingkat produktifitas tanaman bahkan gagal sama sekali. Maka dari itu proses ini sangat diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman
5. Pengairan Atau Irigasi Yang baik
Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi atau pengairan yang baik karena air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Selain membantu pertumbuhan tanaman secara langsung, air bagi lahan petanian juga berfungsi membantu mengurangi atau menambah kesamaan tanah. Air membantu pelarutan garam-garam mineral yang sangat diperlukam oleh tumbuhan. Akar tumbuhan menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Pemberian air atau pengairan pada tumbuhan padi tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Jika air yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan pupuk atau zat makanan disekitar tanaman akan hilang terbawa oleh air. Sebaliknya, jika terlalu sedikit tumbuhan akan mati karena tidak mendapatkan air.
6. Pasca Panen ( Setelah Panen )
Pascapanen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah pemanenan. Penanganan pascapanen mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan, penyortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pascapanen menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pascapanen, apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya.
7. Pemasaran Hasil Panen.
Langkah-langkah strategi pemasaran yang dapat diaplikasikan adalah : 
8. Diversifikasi Pertanian.
Diversifikasi Usaha Tani
9. Mekanisasi Pertanian (Alat dan Mesin Pertanian)
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
10. Permodalan (Bank Pertanian)
seiring disahkannya Rancangan Undang- undang (RUU) Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (P3). Ada banyak hal positif yang diharapkan mampu mendukung era pemberdayaan petani di masa depan. Salah satunya adalah kewajiban pemerintah terkait pembiayaan perlindungan dan pemberdayaan petani melalui pendirian bank bagi petani maupun lembaga pembiayaan petani. Pembentukan bank petani tersebut ditujukan bagi pelaksanaan kegiatan penyaluran kredit bagi petani dengan persyaratan sederhana dan prosedur cepat.
(Warino SiKepis)

VIDEO GULE (Gurame & Lele) Warino SiKepis


PONPES PETANI NUSANTARA : P4S, KEP, TARUNA BUMI, TARUNA TANI

Ponpes Petani Nusantara
Cibadak - Paledah - Padaherang - Pangandaran 

Motto : "Ibadah Menanam Hari Ini Untuk Seratus Tahun Yang Akan Datang"

Jenjang Pendidikan Sekolah Alam : 
Santri Taruna Bumi Usia 7 - 20 thn, 
Santri Taruna Tani Usia 21 - 40 thn, 
Santri Tani Dewasa Usia 41 - 60 thn.

KURIKULUM SEKOLAH ALAM :
Halaqah Ngaji Agribisnis Bulanan;
Rembug Santri Tani Mingguan
Pemberdayaan BANSER
Dasa Usaha Tani
Analisa Usaha Tani;
Laborat Kaji Terap;
Klinik Tani
Waroeng Tani.

Pondok Pesantren Petani Nusantara Sebagai Kelembagaan Soosial Yang Tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk petani di perdesaan, juga merupakan kelembagaan pendidikan non formal bidang keagamaan dan pertanian. PP. Petani Nusantara tumbuh berkembang menjadi mitra kerja Balai Penyuluhan Pertanian dalam pemberdayaan SDM Pertanian melalui pelatihan dan pemagangan. 
Tujuan utama pendirian PP. Petani Nusantara adalah untuk mempercepat akses dan penerapan informasi teknologi dan Regenerasi Petani, selain itu dengan berlatih dan magang di PP. Petani Nusantara, petani diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat mampu menolong dirinya sendiri dalam meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.
PP. Petani Nusantara sebagai lembaga pendidikan non formal, dalam berbagai forum, juga sebagai kelembagaan diklat (pelatihan) swadaya. dalam melaksanakan pelatihan dan pemagangan selalu mengedepankan tiga aspek penting yang berkaitan dengan substansi pendidikan yakni Menanamkan Nilai - Nilai (N), Menambah Pengetahuan (P), dan Meningkatkan Keterampilan (K) tertentu pada peserta pelatihan.
nilai - nilai utama yang ditanamkan adalah nilai - nilai agama, nilai - nilai Pancasila dan nilai - nilai positif budaya, termasuk kearifan lokal yang mendorong terbentuknya karakter, moral, etika yang baik. Penanaman nilai - nilai dan pengetahuan serta keterampilan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar terbentuk sumberdaya manusia pertanian yang berakhlak mulia, berkarakter, penuh keikhlasan, tangguh, berdaya saing tinggi, memiliki kepemimpinan perdesaan yang handal, dan dapat menjadi agen pembangunan pertanian dalam membangun usaha agribisnis di perdesaan.
Proses pelatihan bagi petani (Taruna Bumi, Taruna Tani, Tani Dewasa) di PP. Petani Nusantara, memberikan peluang dan kesempatan selebar - lebarnya untuk berinteraksi dengan realita mereka sendiri serta menemukan sendiri ilmu dan prinsip yang terkandung didalamnya. Proses pembelajaran ini diciptakan agar dapat menumbuhkembangkan kepercayaan diri, kebanggaan dan motivasi dalam diri petani untuk mengelola usaha tani yang berorientasi agribisnis. 
Disamping itu, dengan pola pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menjadi pola untuk mengajak masyarakat sekitarnya memperbaiki pengelolaan usahataninya yang dapat memberikan dampak terhadap perbaikan tingkat kehidupannya.



Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) 
Materi Pendidikan :
Taruna Bumi : Budidaya
Taruna Tani : Pasca Panen dan Pengolahan
Tani Dewasa : Agribisnis
Departemen Pertanian melalui Badan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian yang saat ini namanya berubah menjadi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, mengambil langkah-langkah konkrit untuk menetapkan terminologi penyebutan lembaga ini dengan mengusung satu nama yang sama untuk semua lembaga pendidikan keterampilan ini di seluruh Indonesia.  Guna memudahkan pembinaan ditetapkan terminologi dengan nama Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya yang disingkat P4S.
Terminologi tersebut tanpa mengurangi makna spesifik tiap lembaga pendidikan keterampilan pertanian. Nama P4S ini digagas dan diusung oleh Kepala Badan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian, yakni Ir. Syamsuddin Abbas (1990). Setiap kata dalam penyebutan nama P4S ini memiliki makna masing-masing.
Pusat, bermakna lembaga pendidikan keterampilan pertanian tersebut berada pada pusat/sentra produksi pertanian sehingga proses pembelajaran melalui pendekatan permagangan berpusat di sentra produksi pertanian tersebut, yang di dalamnya termasuk lahan usahatani milik pengelola/pimpinan P4S. 
Pelatihan, bermakna proses pembelajaran/kegiatan belajar mengajar dilakukan melalui metode magang yang mengedepankan prinsip "belajar melalui bekerja" dengan pendekatan petani belajar dari petani.
Pertanian, dalam arti luas bermakna kegiatan mengelola sumberdaya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan/atau kehutanan dalam suatu agroekosistem.
Perdesaan, bermakna lembaga pendidikan keterampilan pertanian ini berorientasi pada pembangunan dan pengembangan perdesaan, yang tidak hanya berkiprah pada teknologi pertanian maju/modern, tetapi juga memperhatikan teknologi temuan-temuan petani yang berbasis kearifan lokal (Indegenious technologic) sebagai bahan pembelajaran pelatihan/permagangan. 
Swadaya, bermakna lembaga pendidikan keterampilan ini memiliki kemampuan, inisiatif, kreatifitas dan kemandirian dalam mengembangkan usahatani dan proses pembelajaran melalui pelatihan/permagangan secara swadaya.
Filosofi utama pelatihan swadaya petani pada dasarnya adalah "berbagi sesama petani" melalui upaya membantu petani agar mereka mampu menolong dirinya sendiri dalam meningkatkan harkat dan martabat sebagai manusia (help farmers, help themselves). Filosofi lebih dalam yang ingin dicapai adalah "mereka yang mengabdikan dirinya kepada petani, mengabdi kepada kemanusiaan".
Mosher (1996) dalam bukunya The progresive rural structure menyebutkan falsafah 3 T sebagai landasan filosofi penyuluhan pertanian yaitu Teach, Truth and Trush (Mengajar, Kebenaran dan Keyakinan).  Artinya, Penyuluhan adalah pendidikan yang mengajarkan kebenaran untuk diyakini dan dipercaya.
Terinspirasi dari filosofi penyuluhan tersebut, petani-petani yang telah berhasil dalam usahataninya dan memiliki pengalaman mengadopsi berbagai teknologi pertanian, atas dasar keikhlasan dan kesadarannya sendiri termotivasi untuk membagi pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada sesama petani.
Kesadaran petani untuk membagi ilmu kepada sesama petani lainnya adalah dilandasi dengan keyakinan atas kebenaran dari pengalaman yang telah mereka lakukan pada usaha taninya dalam kondisi nyata di lapangan.
Pendekatan belajar dari petani untuk petani ini sangat disenangi oleh para petani, karena selain belajar dengan materi sesuai kondisi nyata yang dihadapi mereka, juga pendekatan ini lebih bersifat demokratis, antara fasilitator/instruktur tanpa sekat, petani tidak merasa diajari, diskusi dan tanya jawab tidak bersifat formal, kelas/ruang belajar langsung di lapangan, antara satu peserta dengan peserta lainnya saling tukar pengalaman dan ilmu yang dimiliki masing-masing dan keakraban antar sesama petani dalam proses pembelajaran sangat erat.
Dengan demikian filosofi yang dianut dalam penyelenggaraan pelatihan swadaya ini, kurang lebih sama dengan filosofi Ki Hajar Dewantoro, Bapak Pendidikan dan Taman Siswa yakni "ing ngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, Tut wuri handayani".
Memberikan Harapan
Dari hasil kerja keras ini tumbuh dan berkembang petani yang berhasil meningkatkan produksi dan produktifitas usahataninya, dengan menemukan dan mengakses berbagai informasi dan teknologi pertanian dari berbagai sumber teknologi seperti lembaga penelitian atau lembaga perguruan tinggi.
Meningkatnya kemampuan dan kemandirian petani dalam mencari, memperoleh dan memanfaatkan informasi, memberi inpirasi petani perorangan atau kelompok tani memulai menumbuhkembangkan lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan yang dikelola oleh para petani itu sendiri dengan menerapkan model pembelajaran "belajar melalui bekerja" atau yang disebut dengan metode "magang".
Berkembangnya model pembelajaran seperti di atas, memberi harapan yang sangat menguntungkan bagi pemerintah, karena upaya tersebut sejalan dengan berubahnya paradigma pembangunan pertanian yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif dalam rangka lebih meningkatkan peran serta aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya.
Dalam satu proses yang matang dan terencana, lembaga-lembaga pendidikan keterampilan yang dikelola oleh petani ini, diberi kesempatan dan ruang oleh pemerintah untuk berkembang dan mencari jati diri masing-masing sesuai potensi dan agroklimat perdesaannya untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan permagangan secara swadaya sesuai kebutuhan teknologi dan permasalahan yang dihadapi petani sasaran peserta didiknya.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya P4S diberi peran untuk : 
Pertama,  meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap positif petani terhadap perkembangan teknologi yang berorientasi agribisnis dan berbasis kearifan lokal. 
Kedua, menyebarkan dan menyampaikan informasi teknologi yang berorientasi agribisnis kepada petani dan pelaku usaha pertanian di perdesaan. 
Ketiga, membimbing penerapan teknologi kepada petani dengan metode belajar melalui bekerja, baik kepada petani perorangan maupun petani anggota di dalam dan di luar kelompoknya di perdesaan. 
Keempat, mengembangkan model pembelajaran melalui percontohan usahatani seperti demplot, demfarm, demarea dan demunit di lahan P4S dan/atau di lahan petani sekitarnya. 
Kelima, membantu penyuluh pertanian menyampaikan rekomendasi/anjuran kepada petani dan menyampaikan umpan balik penerapan teknologi, permasalahan dan upaya pemecahan masalahnya kepada lembaga penelitian atau perguruan tinggi melalui penyuluh pertanian.
Keenam, meningkatkan dan mengembangkan kepemimpinan dan kemandirian petani melalui pelatihan kewirausahaan yang berbasis moral etika dan pelatihan lainnya. 
Ketujuh, menumbuhkembangkan jejaring dan kerjasama dengan berbagai sumber-sumber teknologi, pemasaran dan permodalan dalam rangka pelayanan informasi, konsultasi dan fasilitasi pemenuhan kebutuhan petani di wilayah perdesaan.
Guna mengapresiasi semangat dan motivasi pendiri P4S di berbagai daerah di Indonesia, setiap pendiri/pengelola baik perorangan maupun kelompok diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memberi identitas P4S nya, sesuai kekhasan dan keunggulan yang dimilikinya, agar memudahkan petani, penyuluh dan pembina mengenal lebih jauh keberadaan P4S tersebut.
Tanpa Harga
Struktur kelembagaan P4S milik petani baik perorangan maupun kelompok, dibuat sesederhana mungkin, pengaturan kewenangan tidak ada, tugas dan fungsinya disesuaikan potensi unggulan dan kemampuan yang dimiliki pengelolanya untuk dikembangkan kepada petani lainnya.
Standar biaya operasional termasuk biaya pelatihan dan permagangan tidak ditentukan dan tidak dipatok besarannya oleh pengelola P4S. Biaya pelaksanaan pelatihan dan permagangan lebih banyak menganut prinsip musyawarah dan mufakat.
Di beberapa P4S sering terjadi biaya pelatihan ditanggung bersama antara peserta dengan pengelolanya (sharing cost), bahkan ada P4S yang melaksanakan pelatihan dan permagangan teknis tertentu dibiayai oleh pengelolanya (charity).
Dengan kondisi seperti itu, dapat dimaknai bahwa pada dasarnya pelatihan dan permagangan yang dilaksanakan oleh P4S menganut sistem pembiayaan very low cost dengan kata lain "mendidik petani tanpa harga."
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, bahwa di P4S masih sering kita menemukan insan manusia yang berakhlak mulia dan berkarakter. Insan berakhlak mulia biasanya mempunyai keyakinan kuat bahwa "sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain". Sementara itu, karakter oleh Erie Sudewo (2011) dikategorikan dalam 3 karakter dengan 19 nilai-nilai kebaikan, yakni 
a) karakter dasar dengan 3 nilai kebaikan; 
tidak egois, 
jujur dan 
disiplin, 
b) karakter unggul dengan 7 nilai kebaikan; 
ikhlas, 
sabar, 
syukur, 
bertanggungjawab, 
berkorban, 
perbaiki diri, dan 
sunguh-sungguh dan 
c) karakter pemimpin dengan 9 nilai kebaikan; 
adil, 
arif bijaksana, 
ksatria/berani, 
tawadhu, 
sederhana, 
visioner, 
solutif, 
komunikatif dan 
inspiratif.
Pusat Pelatihan Berkualitas Milik Petani
Adalah menjadi kerinduan dan harapan bersama bahwa pembangunan pertanian ke depan adalah milik dan memihak kepada para petani. Mimpi yang diharapkan dapat menjadi kenyataan di masa depan adalah pembangunan pertanian direncanakan sendiri oleh para petani, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh para petani serta hasilnya dinikmati sendiri oleh para petani. Demikian halnya dengan harapan dan kerinduan kita bersama terhadap eksistensi P4S di masa depan. P4S sebagai kelembagaan pelatihan swadaya petani diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan sumberdaya manusia pertanian dalam bentuk pelatihan dan permagangan petani dan masyarakat perdesaan di wilayahnya.
Kelembagaan P4S yang keberadaannya sangat strategis dalam upaya pemberdayaan petani dan masyarakat perdesaan diharapkan dapat menjadi pelopor dan pioner dalam proses perubahan pola pikir, perilaku dan sikap petani dari kondisi sekarang menjadi kondisi yang lebih maju dan modern, baik dari aspek produksi dan produktivitas maupun dari aspek pendapatan dan kesejahteraan petani secara lestari.
Oleh karena itu, P4S harus mampu mewujudkan suasana atau iklim agar petani di wilayahnya dapat berkembang dan meningkatkan kemampuan sesuai potensi petani yang dimilikinya serta selalu berupaya menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak (stake holder) guna terwujudnya penguatan ekonomi petani yang memberikan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup petaninya.
Untuk mempercepat pengembangan SDM petani dan masyarakat perdesaan, dalam jangka panjang diharapkan setiap desa terdapat P4S minimal klasifikasi pemula. Di setiap kecamatan terdapat P4S klasifikasi Madya, dan setiap kabupaten/kota terdapat P4S klasifikasi Utama. Dengan mendorong prakarsa para kontaktani dan anggota Ikatan Alumni Magang Jepang (IKAMAJA) yang jumlahnya lebih dari 1.000 orang, maka harapan dan sasaran tersebut dapat menjadi kenyataan di kemudian hari. Melalui niat yang tulus dan tekad yang kuat dari semua pihak terutama Forum Komunikasi P4S, IKAMAJA dan Kelompok KTNA dari semua jenjang administrasi pemerintahan (desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) seyogyanya bahu membahu untuk merealisasikan harapan dan sasaran tersebut guna terwujudnya SDM Pertanian terdidik dan berkualitas sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di masa depan.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan (P4S) juga diharapkan menjadi mampu menghasilkan pemimpin berkarakter dan pengusaha agribisnis yang tangguh dan berkarakter.  Kisah sukses Bob Sadino dalam membumikan agribisnis dengan bermitra petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Komoditi yang diusahakan adalah terong Jepang yang diekspor ke Negara Sakura tersebut. Sukses Bob Sadino, terletak pada kemampuan menempatkan diri diantara perilaku serakah (greed) dan kengerian (fear) untuk maju. Motivasi bisnis – bukan hanya mencari "profit" tetapi yang dicari adalah "benefit". Pelayanan kepada masyarakat sungguh-sungguh diperhatikan, terutama mutu produk yang tinggi dan konsisten serta tepat waktu.
Yayasan Amal Masyarakat Pertanian Indonesia (YAMPI) bekerjasama dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian telah menyusun Modul Pelatihan Bagi Petani, terdiri dari 
1) Moral dan Etika, 
2) Kepemimpinan Tani dan 
3) Kewirausahaan Agribisnis, 
Pada tahun 2006. Pelatihannya diberi nama: "Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan Agribisnis Berlandaskan Moral dan Etika" disingkat "Pelatihan Kepemimpinan Wiramor".
Perkumpulan / Kelompok Tani 
SEJAHTERA 
Usaha Tani Utama : 
Sistem Integrasi Kakao, Kambing, Entog, Padi, Pisang, Itik, Ikan, Sayuran, Singkong, Suuk, Sapi.

Kelompok Ekonomi Petani KEP Petani Nusantara 
Produk Utama : 
Beras, Sayuran, Gurame, Lele, Kecap Tradisional, Kripik Singkong, Kripik Pisang, Sale Pisang, dan Suuk Sangray.






Agri Wacana | Opini

MENDESAK DAN PENTINGNYA MENCETAK PENGUSAHA MUDA AGRIBISNIS 20:22 WIB | Jumat, 11 Oktober 2013 | Opini | Penulis : Ahmad Soim

(Sebutir Pemikiran buat Para Pemikir)
Wayan Supadno (Praktisi Agribisnis)
Peluang usaha di negara agraris yang besar dengan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai seperempat miliar jiwa (250 juta) ini sangat besar. Sayangnya negeri nan elok ini malah menjadi pangsa pasar permanen di sektor pangan yang luar biasa besar dan banyaknya oleh para petani luar negeri.
Impor sayuran, buah-buahan dan daging Indonesia telah menghabiskan banyak devisa negara. Badan Pusat Statistik (BPS 2013) mengungkapkan terdapat 86 ribu ton sayur impor yang masuk selama bulan Mei 2013 atau senilai US$ 64,8 juta (Rp. 669,6 miliar). Jika diakumulasi selama Januari-Mei 2013, total sayur impor yang masuk sudah mencapai 308 ribu ton atau senilai dengan US$ 221,07 juta (Rp. 2,2 triliun). Selama bulan Mei 2013, buah impor yang masuk ke Indonesia tercatat sebesar 75 ribu ton atau senilai US$ 104,06 juta (Rp. 1,07 triliun). Sementara jika secara komulatif (Januari-Mei) ada 221 ribu ton buah impor yang masuk atau US$ 274,1 juta (Rp. 2,83 triliun).
Pada sisi lain masih banyak lahan-lahan potensial di Indonesia yang belum difungsikan. Terdapat sekitar 30 juta ha lahan potensial bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan (Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi/LP3E).
Salahsatu faktor yang menjadi penyebab kondisi dilematis ini terjadi adalah karena Indonesia miskin pengusaha khususnya pengusaha muda, terutama pengusaha muda agribisnis. Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Februari 2013) jumlah wirausahawan Indonesia hanya 1,9% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia. Masih sangat jauh dibanding negara lain: Malaysia 4%, Singapura 7%, Jepang 10% dan Amerika 12% dari jumlah penduduknya.
Maju mundurnya pembangunan sebuah bangsa dan percepatan kemakmurannya secara data dan empiris berbagai pihak menyimpulkan sangat erat kaitannya dengan seberapa besar rasio jumlah pengusaha yang dimilikinya. Agar sebuah negara maju dan sejahtera minimal harus memiliki 2% wirausaha dari total penduduknya. Dengan demikian, maka di negeri yang kita cintai ini jumlah pengusahanya masih di bawah ambang batas.
Dampak dari minimnya jumlah pengusaha di Indonesia yaitu jumlah pengangguran yang besar, fenomena menjamurnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan masih banyaknya kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran di Indonesia hingga Februari 2013 mencapai 7,17 juta orang. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri saat ini menurut Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) lebih dari 6,5 juta jumlah TKI yang bekerja di 142 negara.
Oleh karena itu pemerintah tak terkecuali Kementerian Pertanian perlu membuat program yang bersifat bertahap, bertingkat dan berlanjut berupa Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kewirausahaan bagi segenap muda-mudi. Mungkin untuk lebih efisien dan memassalkan secara cepat perlu diadakan secara terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dalam Diklat ini dihadirkan beberapa pakar yang menguasai teori kewirausahaan sekaligus pentingnya dihadirkan para Praktisi Pengusaha Sejati untuk proses penularan. Jika hal ini dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan maka tidak mustahil negeri ini akan mampu mencetak wirausahaan muda yang tangguh dana dalam jumlah yang cukup. Lahan-lahan tidak ada yang menganggur dan impor pangan tidak lagi ada, sebaliknya bangsa ini malah mampu mengekspor pangan.
Di antara ciri-ciri pribadi yang memiliki modal sebagai pengusaha sukses, yaitu: 
Pertama, waktu usia dini (masa kecil) ketika menghadapi kesulitan cenderung melakukan improvisasi diri untuk mencari solusi. Contohnya ketika mainan bola jatuh di kolong tempat tidur, maka berusaha sendiri untuk meraihnya dengan cara mencari satu cara sebagai pengaitnya contoh sapu/gala. Bukan merengek menangis menunggu pertolongan dari orangtuanya.
Kedua, waktu masa remaja cenderung menonjolkan kecerdasan bukan kepintaran karena ketekunan. Contohnya lebih senang menyelesaikan tugas yang bernuansa kalimat matematika (studi kasus per kasus) bukan sekedar penghafal yang ada di dalam tulisan buku pelajaran semata.
Ketiga, ketika mengawali bisnis cenderung cari tantangan hal-hal baru dan berbeda nuansa inovatif-kreatif untuk dicoba dan dicobanya. Bukan berbisnis yang bernuansa ikut-ikutan.
Keempat, ketika sudah jadi pengusaha, ketika menghadapi kerugian dan kebangkrutan, justru dijadikan sumber kekuatan, dianggap sebagai proses pembelajaran sehingga terbentuk jati diri yang lebih ulet (dijemur tidak kering, disiram tidak basah, diiris tidak sobek). Bukan sekedar pengusaha mudah kapok/jera sehingga menanggalkan predikat sebagai pengusaha.
Kelima, jika sudah menjadi pengusaha sukses cenderung terpanggil untuk membangun masyarakat di sekitarnya dan menularkan kiat-kiat sukses kepada sesamanya yang belum sukses. Bukan menjadi sekedar sukses untuk dirinya sendiri atau merasa bangga menonjol di antara yang lain.

Taruna Bumi Darul Huda Dusun Cibadak Desa Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran