04 Februari 2017

14 Strategi Pemasaran Agribisnis Pertanian


14 Strategi Pemasaran Agribisnis Pertanian

Google+PinterestinkedInPrint
Indonesia sebagai salah satu negara dengan lahan pertanian terbesar di dunia menyimpan potensi besar yang kemudian dikembangkan dalam wujud agribisnis. Peluang dan potensi besar dari pertanian ini tentunya harus dimanfaatkan dimaksimalkan dengan baik oleh para pelakunya. Tidak hanya para petani sebagai garda terdepan agribisnis ini, namun pengembangan potensi ini juga harus didukung juga oleh para pemangku kebijakan yaitu pemerintah.
Dalam memaksimalkan potensi agribisnis ini sendiri dibutuhkan sebuah strategi yang tepat dan efektif dalam pemasarannya.
Dan berikut ini beberapa strategi pemasaran agribisnis pertanian yang bisa dijalankan.

1. Jadikan Agribisnis Sebagai Konsep industri yang Komprehensif

Strategi pertama untuk pemasaran agribisnis pertanian adalah dengan menjadikan agribisnis sebagai konsep industri yang komprehensif (menyeluruh). Di Indonesia bisnis pertanian (agribisnis) memang belum maksimal karena berjalan sendiri-sendiri (tidak menyeluruh). Sebagai contoh belum menyeluruhnya konsep industri agribisnis adalah industri pengolahan (Agroindustri) yang dimana bahan bakunya masih didatangkan dari luar negeri (impor). 
Untuk kasus yang satu ini ada lagi hal yang kurang menyenangkan yaitu adanya  peningkatan produksi pertanian yang tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan yang berbasis sumberdaya domestik/lokal, sehingga diperlukan pengembangan Agribisnis Vertikal.

2. Bangun Keunggulan Agar Bisa Bersaing

Dalam menjalankan strategi yang satu ini, para pelaku bisa menjalankannya dengan cara:
  • Membangun sistem agribisnis yang akan digerakkan oleh kekuatan inovasi
  • Mengembangkan subsistem hulu dengan cara pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia dan juga dengan mengembangkan subsistem hilir dengan mendalami industri pengolahan dan juga membangun jaringan pemasaran secara internasional.

3. Menjadikan Agroindustri sebagai Sektor Utama

Berikutnya, jalankan strategi pemasaran ini dengan mengaitkan agribisnis dengan agroindustri sebagai sektor utama. Agroindustri memang akan menjadi industri yang berkaitan langsung dan tak langsung secara ekonomi dengan komoditas pertanian.
Maka dari itu wujudkan hal ini dengan konsep yang mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) untuk agroindustri atau dengan menjalankan kegiatan pemasaran dan perdagangan produk akhir agroindustri.

4. Membangun Sistem Agribisnis melalui Industri Perbenihan

Agribisnis memang tak akan bisa dilepaskan dengan industri perbenihan. Bahkan bisa dikatakan bahwa perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam keseluruhan pembentukan atribut produk agribisnis. 
Untuk menjalankan strategi yang satu ini maka beberapa atribut dasar dari produk agribisnis berikut ini haruslah diperhatikan dengan seksama. Atribut dasar dari produk agribisnis ini adalah seperti atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya), atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan serta atribut keamanan dari produk bahan pangan.

5. Buat Industri Pupuk Mendukung Penuh Pengembangan Agribisnis

Selain pembenihan, kegiatan agribisnis juga harus didukung penuh oleh industri pupuk. Sayangnya industri pupuk di Indonesia masih saja terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Padahal untuk mampu mengembangkan agribisnis ini diperlukan sistem networking yang baik secara vertikal (dari hulu ke hilir) maupun horizontal (sesama perusahaan pupuk). Dan salah satu cara untuk bisa mewujudkan hal ini adakah dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu.

6. Jalankan Reposisi Koperasi Agribisnis

Koperasi yang merupakan organisasi bisnis yang dijalankan oleh sekelompok orang untuk mencapai kepentingan bersama memang sangat diperlukan oleh pengembangan agribisnis. Maka dari itu kegiatan agribisnis yang masih menjalankan aktivitasnya sendiri-sendiri perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada perwujudan koperasi pertanian atau koperasi agribisnis dengan pelayanan usaha dari hulu sampai ke hilir.

7. Kembangkan Sistem Informasi Agribisnis

Untuk mewujudkan pemasaran agribisnis pertanian yang efektif perlu juga dikembangkan sistem informasi Agribisnis yang mumpuni.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengambangkan sistem informasi agribisnis adalah distribusi, informasi proses, informasi produksi dan informasi pengolahan serta informasi pasar.

8. Membumikan Pembangunan Sistem Agribisnis dalam Otonomi Daerah

Dalam konsep otonomi daerah yang mencanangkan pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, maka agribisnis harus bisa dan mampu mengandalkan industri berbasis sumberdaya lokal disetiap daerah. Dengan melakukan hal ini maka agribisnis yang ada akan mampu mendorong pembangunan ekonomi nasional.

9. Ciptakan Dukungan Perbankan di Daerah

Kegiatan agribisnis memang membutuhkan pembiayaan dari pihak yang bisa melakukannya, dalam hal ini adalah bank. Maka dari itu untuk mewujudkan pemasaran agribisnis yang baik di daerah maka diperlukan dukungan peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan. Perbankan memang sangat penting untuk menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Sayangnya sampai saat ini alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah ini sangatlah kecil, khususnya pada on farm agribisnis.

10. Pengembangan Strategi Pemasaran

Saat Anda menjalankan pemasaran agribisnis saat ini maka jangan lupa untuk terus mengembangkan atau menumbuhkannya. Mengapa hal ini harus dilakukan? Sebab di masa depan atau di suatu waktu perilaku konsumen tidak akan tetap seperti saat ini. Namun tentunya akan ada perubahan karena faktor keadaan pasar yang heterogen, tren dan hal lainnya. 
Maka dari itu mulai saat ini Anda harus sudah mulai mengembangkan strategi pemasaran dengan cara mengubah paradigma konsep pemasaran lama menjadi konsep menjual apa yang diinginkan oleh konsumen.

11. Manfaatkan Teknologi dan Tingkatkan Kualitas SDM

Ya, keberadaan teknologi yang tiap hari makin pesat membuat Anda para penggerak agribisnis tak boleh berdiam diri saja. Anda harus ikut aktif memanfaatkan teknologi dalam mendukung pemasaran agribisnis Anda. 
Caranya, Anda bisa menerapkan strategi marketing melalui media sosial, website atau juga via instant messaging yang kini digandrungi masyarakat. 
Selain menerapkan teknologi, jangan lupa juga untuk melakukan pembagunan dibidang Sumberdaya Manusia (SDM) dengan meningkatkan kualitas dan kemampuannya.

12. Kembangkan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis

Jangan lupakan juga untuk melakukan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis. Lakukan strategi ini dengan mendasarkan pada potensi perkembangan, kawasan kerjasama ekonomi dan juga peta perkembangan komoditas agribisnis.

13. Kembangkan Infrastruktur Agribisnis

Semakin baik infrastruktur dalam aktivitas agribisnis maka semakin baik pula pemasarannya. Maka dari itu para pelaku agribisnis harus bisa menciptakan pengembangan infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), pelabuhan domestik, pelabuhan ekspor, jaringan listrik, air dan lain-lain.

14. Menerapkan Kebijaksanaan Terpadu Pengembangan

Terakhir, strategi untuk mewujudkan pemasaran agribisnis pertanian yang baik adalah dengan menerapkan beberapa kebijaksanaan terpadu pengembangan yang terdiri dari hal-hal berikut ini, yaitu :
  • Jalankan kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas di tingkat perusahaan.
  • Untuk pengembangan seluruh aktivitas usaha sejenis, terapkan juga kebijaksanaan tingkat sektoral.
  • Ciptakan keterkaitan yang mengatur beberapa sektor agribisnis dengan sebuah kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis.
  • Terakhir, buat dan jalankan kebijaksanaan ekonomi makro dalam industri agribisnis yang mampu mengatur seluruh bentuk kegiatan perekonomian agribisnis langsung maupun tidak langsung.
Demikianlah penjelasan mengenai strategi pemasaran dan pengembangan agribisnis pertanian  dimana setiap poin yang ada harus benar-benar dijalankan dengan baik dan efektif. Tidak lupa juga untuk mensukseskan strategi ini semua pihak yang terlibat dalam industri agribisnis, dari pihak petani hingga pembuat kebijakan agribisnis (pemerintah) harus bersama-sama berjuang dan bergerak mewujudkannya.

REGENERASI PETANI Melalui AGRISITRIPER

REGENERASI PETANI Melalui AGRI SITRIPER

AGRI SITRIPER : Sistem Integrasi Pertanian, Peternakan & Perikanan.
Konsep Pertanian "AgriSitriper" mengajarkan petani menanam Sayuran, Berternak, dan Membudidaya Ikan dalam lahan Pekarangan atau lahan lain yang tidak terlalu luas, menggunakan prinsip cepat dan terpadu, serta pemanfaatan bakteri untuk penyubur tanah.

Jadikan Pemuda Tani sibuk oleh kegiatan pertanian dan jangan biarkan hanya jadi penonton saja. Inilah akar persoalannya karena jika mereka tidak ada pekerjaan maka sangat rawan jadi Pemuda Pengangguran.

Konsep "AgriSitriper" ini dapat diterapkan hanya dengan modal Rp Rp. 1.000.000,-, dan luas lahan berukuran 10 x 10 meter untuk menanam Sayuran, Kandang Ternak, dilengkapi Kolam Terpal.
Dengan teknik dan Standar Operasi Prosedur tertentu maka dalam 40 hari sudah bisa panen untuk sayuran, dan dua bulan sekali untuk ikannya, enam bulan sekali untuk ternaknya.

Untuk hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan lainnya akan dipelihara secara terus menerus untuk diternakkan sebagai ketahanan pangan keluarga, dan diambil kotorannya untuk menyuburkan tanah sebagai Pupuk Tanaman.

Untuk menjaga konsep ini tetap berlangsung secara terus menerus sehingga sampai pada tujuan mensejahterakan Pemuda Tani perlu dibentuk Badan Usaha Milik Petani (BUMP) kerjasama Dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dikelola oleh desa bekerja sama dengan warga.

Konsep "AgriSitriper" ini sangat cocok sekali dengan program dana desa yang memberikan bantuan per desa pada setiap tahunnya. Pembuatan petak lahan "AgriSitriper" bagi warga dapat menggunakan dana ini, dari pada sekadar membangun pintu gerbang Desa.

Dengan adanya penggunaan dana yang produktif ini maka akan membuat warga menjadi mandiri karena mampu memenuhi kebutuhan dari kebun sendiri.

Pemerintah juga dapat menggandeng bahkan "memaksa" Dinas Instansi untuk membeli hasil pertanian cepat petani itu jika berlebih, semisal beras atau sayur bisa didistribusikan ke Pegawai Dinas Instansi.

Konsep "AgriSitriper" ini membuat Pemuda Tani berdaya.









PROBLEM REGENERASI PETANI



Problem Regenerasi Petani
Regenerasi Petani sudah perlu mendapat perhatian sebab jumlah petani terus turun dalam 10 tahun terakhir. Data statistik menunjukkan dalam kurun 2003- 2013 terjadi penurunan jumlah rumah tangga petani sekitar 5,10 juta  (16 persen). Rumah tangga petani di Indonesia pada 2003 berjumlah 31,23 juta dan menurun menjadi 26,14 juta pada 2013. Jumlah rumah tangga petani menurun lantaran yang keluar dari sektor pertanian, meninggal, dan berpindah kerja ke sektor lain lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja baru yang menjadi petani.  
Tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap penurunan rumah tangga petani adalah Jawa Tengah (1,31 juta), Jawa Timur (1,14 juta), dan Jawa Barat (1,12 juta). Pesatnya urbanisasi di ketiga provinsi itu diduga sebagai penyebab utama penurunan jumlah rumah tangga petani. Urbanisasi berakibat pada beralihnya sebagian lahan pertanian menjadi daerah permukiman dan fasilitas umum. Angkatan kerja baru juga lebih memilih bekerja di sektor nir-pertanian karena merasa lebih menjanjikan dari sisi upah dan kelayakan kerja.
Masalah regenerasi petani semakin kentara jika dilihat dari penurunan jumlah tenaga kerja muda di pertanian. Jumlah petani usia muda (15-24 tahun) mengalami penurunan lebih besar dibandingkan dengan jumlah petani usia tua. Jumlah petani usia muda pada 2004 sebesar 5,95 juta menurun menjadi 5,02 juta pada tahun 2012 (BPS, 2005 dan 2013). 
Angkatan kerja muda tidak lagi berminat bekerja sebagai petani dan memilih bekerja di sektor lain yang dianggap lebih menjanjikan secara ekonomi. Suatu keputusan logis karena pertanian memang tidak memberikan jaminan kehidupan yang layak bagi pekerja.
Penurunan jumlah tenaga kerja pertanian di Indonesia berkonsekuensi positif dan negatif bagi pertanian. 
Konsekuensi positifnya: 
Peningkatan luas lahan dan penurunan jumlah petani gurem. Hasil sensus pertanian menunjukkan rerata luas lahan petani meningkat cukup signifikan. Rerata luas lahan pertanian pada 2003 sebesar 0,35 ha menjadi 0,86 ha pada 2013. Jumlah petani gurem menurun dari 19,02 juta pada 2003 menjadi 14,25 juta pada 2013. Keadaan ini memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan.
Konsekuensi negatifnya: 
Ketahanan pangan terganggu di Indonesia. Meskipun secara kuantitas jumlah tenaga kerja di pertanian masih relatif besar, produktivitas lahan akan menurun. 
Pertama, sebagian besar petani di perdesaan umumnya sudah berumur tua. Meskipun jumlah mereka besar, produktivitas mereka sudah menurun. Kegiatan pertanian tidak bisa maju karena tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi pertanian.
Kedua, keturunan petani yang memilih bekerja di luar sektor pertanian umumnya adalah keturunan petani yang berhasil. Keberhasilan mereka ditunjukkan dengan kemampuan menyekolahkan anak sampai jenjang pendidikan tinggi. Dengan pendidikan tinggi itu, anak-anak petani tidak mau lagi bertani dan memilih bekerja di sektor lain.  
Alternatif terakhir
Yang tetap menjadi petani akhirnya hanya mereka yang berpendidikan rendah dan kalah bersaing mendapat pekerjaan di luar sektor pertanian. Pertanian dijadikan sebagai alternatif terakhir setelah seseorang tidak bisa mendapat pekerjaan di luar sektor pertanian. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung  kemajuan di sektor pertanian menjadi penyebab utama mereka tidak lagi mau bekerja di sektor pertanian. Keengganan ini pun didukung orangtua yang sebagian besar bercita-cita anak mereka tak bekerja di sektor pertanian.
Ketiga, kegiatan pertanian bagi sebagian besar petani dianggap sebagai pekerjaan sampingan meski mereka mengaku bekerja sebagai petani. Alokasi waktu kerja sebagian besar digunakan untuk kegiatan nir-pertanian. Pada waktu panen, petani ini akan menggarap pekerjaan di pertanian. Namun, pada waktu tertentu mereka memilih bekerja sebagai tukang bangunan, pedagang asongan, atau buruh harian di perkotaan. Pekerjaan yang tak fokus ini menjadi penyebab kurang terurusnya lahan pertanian sehingga memiliki produktivitas rendah.
Masalah regenerasi dapat menjadi hambatan utama untuk implementasi program swasembada pangan di Indonesia. Masalah ini berpangkal pada tidak kompetitifnya upah dan pendapatan di sektor pertanian. Upah tenaga kerja di perdesaan tak ada setengahnya dibandingkan dengan upah tenaga kerja nir-pertanian di daerah perkotaan.
Petani juga berhadapan dengan impor produk pertanian yang berharga lebih rendah. Tak ada perlindungan memadai terhadap kehidupan petani agar dapat bersaing dan menangkal membanjirnya produk pertanian dari luar. Petani seperti dibiarkan berjalan sendiri, bahkan subsidi bagi petani kian berkurang.
Oleh sebab itu, kebijakan yang mendukung peningkatan  kelayakan hidup bagi petani mutlak diberikan agar pertanian tetap  menjadi pekerjaan menarik, khususnya bagi generasi muda. Perlindungan terhadap petani dari produk impor, permainan harga tengkulak, ketertinggalan teknologi juga perlu dilakukan. Tanpa regenerasi yang baik, program swasembada pangan canangan Presiden hanya akan jadi wacana yang tak pernah terwujud.
Penulis : Ngadi – Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI
Sumber : Kompas, 27 November 2014