Ponpes Petani Nusantara
Cibadak - Paledah - Padaherang - Pangandaran
Motto : "Ibadah Menanam Hari Ini Untuk Seratus Tahun Yang Akan Datang"
Jenjang Pendidikan Sekolah Alam :
Santri Taruna Bumi Usia 7 - 20 thn,
Santri Taruna Tani Usia 21 - 40 thn,
Santri Tani Dewasa Usia 41 - 60 thn.
KURIKULUM SEKOLAH ALAM :
Santri Taruna Bumi Usia 7 - 20 thn,
Santri Taruna Tani Usia 21 - 40 thn,
Santri Tani Dewasa Usia 41 - 60 thn.
KURIKULUM SEKOLAH ALAM :
Halaqah Ngaji Agribisnis Bulanan;
Rembug Santri Tani Mingguan;
Pemberdayaan BANSER;
Dasa Usaha Tani;
Analisa Usaha Tani;
Laborat Kaji Terap;
Klinik Tani;
Waroeng Tani.
Pondok Pesantren Petani Nusantara Sebagai Kelembagaan Soosial Yang Tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk petani di perdesaan, juga merupakan kelembagaan pendidikan non formal bidang keagamaan dan pertanian. PP. Petani Nusantara tumbuh berkembang menjadi mitra kerja Balai Penyuluhan Pertanian dalam pemberdayaan SDM Pertanian melalui pelatihan dan pemagangan.
Tujuan utama pendirian PP. Petani Nusantara adalah untuk mempercepat akses dan penerapan informasi teknologi dan Regenerasi Petani, selain itu dengan berlatih dan magang di PP. Petani Nusantara, petani diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat mampu menolong dirinya sendiri dalam meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya.
PP. Petani Nusantara sebagai lembaga pendidikan non formal, dalam berbagai forum, juga sebagai kelembagaan diklat (pelatihan) swadaya. dalam melaksanakan pelatihan dan pemagangan selalu mengedepankan tiga aspek penting yang berkaitan dengan substansi pendidikan yakni Menanamkan Nilai - Nilai (N), Menambah Pengetahuan (P), dan Meningkatkan Keterampilan (K) tertentu pada peserta pelatihan.
nilai - nilai utama yang ditanamkan adalah nilai - nilai agama, nilai - nilai Pancasila dan nilai - nilai positif budaya, termasuk kearifan lokal yang mendorong terbentuknya karakter, moral, etika yang baik. Penanaman nilai - nilai dan pengetahuan serta keterampilan dalam proses pembelajaran dimaksudkan agar terbentuk sumberdaya manusia pertanian yang berakhlak mulia, berkarakter, penuh keikhlasan, tangguh, berdaya saing tinggi, memiliki kepemimpinan perdesaan yang handal, dan dapat menjadi agen pembangunan pertanian dalam membangun usaha agribisnis di perdesaan.
Proses pelatihan bagi petani (Taruna Bumi, Taruna Tani, Tani Dewasa) di PP. Petani Nusantara, memberikan peluang dan kesempatan selebar - lebarnya untuk berinteraksi dengan realita mereka sendiri serta menemukan sendiri ilmu dan prinsip yang terkandung didalamnya. Proses pembelajaran ini diciptakan agar dapat menumbuhkembangkan kepercayaan diri, kebanggaan dan motivasi dalam diri petani untuk mengelola usaha tani yang berorientasi agribisnis.
Disamping itu, dengan pola pendekatan pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menjadi pola untuk mengajak masyarakat sekitarnya memperbaiki pengelolaan usahataninya yang dapat memberikan dampak terhadap perbaikan tingkat kehidupannya.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S)
Materi Pendidikan :
Taruna Bumi : Budidaya
Taruna Tani : Pasca Panen dan Pengolahan
Tani Dewasa : Agribisnis
Departemen Pertanian melalui Badan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian yang saat ini namanya berubah menjadi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, mengambil langkah-langkah konkrit untuk menetapkan terminologi penyebutan lembaga ini dengan mengusung satu nama yang sama untuk semua lembaga pendidikan keterampilan ini di seluruh Indonesia. Guna memudahkan pembinaan ditetapkan terminologi dengan nama Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya yang disingkat P4S.
Terminologi tersebut tanpa mengurangi makna spesifik tiap lembaga pendidikan keterampilan pertanian. Nama P4S ini digagas dan diusung oleh Kepala Badan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian, yakni Ir. Syamsuddin Abbas (1990). Setiap kata dalam penyebutan nama P4S ini memiliki makna masing-masing.
Pusat, bermakna lembaga pendidikan keterampilan pertanian tersebut berada pada pusat/sentra produksi pertanian sehingga proses pembelajaran melalui pendekatan permagangan berpusat di sentra produksi pertanian tersebut, yang di dalamnya termasuk lahan usahatani milik pengelola/pimpinan P4S.
Pelatihan, bermakna proses pembelajaran/kegiatan belajar mengajar dilakukan melalui metode magang yang mengedepankan prinsip "belajar melalui bekerja" dengan pendekatan petani belajar dari petani.
Pertanian, dalam arti luas bermakna kegiatan mengelola sumberdaya alam hayati dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan/atau kehutanan dalam suatu agroekosistem.
Perdesaan, bermakna lembaga pendidikan keterampilan pertanian ini berorientasi pada pembangunan dan pengembangan perdesaan, yang tidak hanya berkiprah pada teknologi pertanian maju/modern, tetapi juga memperhatikan teknologi temuan-temuan petani yang berbasis kearifan lokal (Indegenious technologic) sebagai bahan pembelajaran pelatihan/permagangan.
Swadaya, bermakna lembaga pendidikan keterampilan ini memiliki kemampuan, inisiatif, kreatifitas dan kemandirian dalam mengembangkan usahatani dan proses pembelajaran melalui pelatihan/permagangan secara swadaya.
Filosofi utama pelatihan swadaya petani pada dasarnya adalah "berbagi sesama petani" melalui upaya membantu petani agar mereka mampu menolong dirinya sendiri dalam meningkatkan harkat dan martabat sebagai manusia (help farmers, help themselves). Filosofi lebih dalam yang ingin dicapai adalah "mereka yang mengabdikan dirinya kepada petani, mengabdi kepada kemanusiaan".
Mosher (1996) dalam bukunya The progresive rural structure menyebutkan falsafah 3 T sebagai landasan filosofi penyuluhan pertanian yaitu Teach, Truth and Trush (Mengajar, Kebenaran dan Keyakinan). Artinya, Penyuluhan adalah pendidikan yang mengajarkan kebenaran untuk diyakini dan dipercaya.
Terinspirasi dari filosofi penyuluhan tersebut, petani-petani yang telah berhasil dalam usahataninya dan memiliki pengalaman mengadopsi berbagai teknologi pertanian, atas dasar keikhlasan dan kesadarannya sendiri termotivasi untuk membagi pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada sesama petani.
Kesadaran petani untuk membagi ilmu kepada sesama petani lainnya adalah dilandasi dengan keyakinan atas kebenaran dari pengalaman yang telah mereka lakukan pada usaha taninya dalam kondisi nyata di lapangan.
Pendekatan belajar dari petani untuk petani ini sangat disenangi oleh para petani, karena selain belajar dengan materi sesuai kondisi nyata yang dihadapi mereka, juga pendekatan ini lebih bersifat demokratis, antara fasilitator/instruktur tanpa sekat, petani tidak merasa diajari, diskusi dan tanya jawab tidak bersifat formal, kelas/ruang belajar langsung di lapangan, antara satu peserta dengan peserta lainnya saling tukar pengalaman dan ilmu yang dimiliki masing-masing dan keakraban antar sesama petani dalam proses pembelajaran sangat erat.
Dengan demikian filosofi yang dianut dalam penyelenggaraan pelatihan swadaya ini, kurang lebih sama dengan filosofi Ki Hajar Dewantoro, Bapak Pendidikan dan Taman Siswa yakni "ing ngarso sung tulodo, ing madio mangun karso, Tut wuri handayani".
Memberikan Harapan
Dari hasil kerja keras ini tumbuh dan berkembang petani yang berhasil meningkatkan produksi dan produktifitas usahataninya, dengan menemukan dan mengakses berbagai informasi dan teknologi pertanian dari berbagai sumber teknologi seperti lembaga penelitian atau lembaga perguruan tinggi.
Meningkatnya kemampuan dan kemandirian petani dalam mencari, memperoleh dan memanfaatkan informasi, memberi inpirasi petani perorangan atau kelompok tani memulai menumbuhkembangkan lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan yang dikelola oleh para petani itu sendiri dengan menerapkan model pembelajaran "belajar melalui bekerja" atau yang disebut dengan metode "magang".
Berkembangnya model pembelajaran seperti di atas, memberi harapan yang sangat menguntungkan bagi pemerintah, karena upaya tersebut sejalan dengan berubahnya paradigma pembangunan pertanian yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif dalam rangka lebih meningkatkan peran serta aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya.
Dalam satu proses yang matang dan terencana, lembaga-lembaga pendidikan keterampilan yang dikelola oleh petani ini, diberi kesempatan dan ruang oleh pemerintah untuk berkembang dan mencari jati diri masing-masing sesuai potensi dan agroklimat perdesaannya untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan permagangan secara swadaya sesuai kebutuhan teknologi dan permasalahan yang dihadapi petani sasaran peserta didiknya.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya P4S diberi peran untuk :
Pertama, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta membentuk sikap positif petani terhadap perkembangan teknologi yang berorientasi agribisnis dan berbasis kearifan lokal.
Kedua, menyebarkan dan menyampaikan informasi teknologi yang berorientasi agribisnis kepada petani dan pelaku usaha pertanian di perdesaan.
Ketiga, membimbing penerapan teknologi kepada petani dengan metode belajar melalui bekerja, baik kepada petani perorangan maupun petani anggota di dalam dan di luar kelompoknya di perdesaan.
Keempat, mengembangkan model pembelajaran melalui percontohan usahatani seperti demplot, demfarm, demarea dan demunit di lahan P4S dan/atau di lahan petani sekitarnya.
Kelima, membantu penyuluh pertanian menyampaikan rekomendasi/anjuran kepada petani dan menyampaikan umpan balik penerapan teknologi, permasalahan dan upaya pemecahan masalahnya kepada lembaga penelitian atau perguruan tinggi melalui penyuluh pertanian.
Keenam, meningkatkan dan mengembangkan kepemimpinan dan kemandirian petani melalui pelatihan kewirausahaan yang berbasis moral etika dan pelatihan lainnya.
Ketujuh, menumbuhkembangkan jejaring dan kerjasama dengan berbagai sumber-sumber teknologi, pemasaran dan permodalan dalam rangka pelayanan informasi, konsultasi dan fasilitasi pemenuhan kebutuhan petani di wilayah perdesaan.
Guna mengapresiasi semangat dan motivasi pendiri P4S di berbagai daerah di Indonesia, setiap pendiri/pengelola baik perorangan maupun kelompok diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memberi identitas P4S nya, sesuai kekhasan dan keunggulan yang dimilikinya, agar memudahkan petani, penyuluh dan pembina mengenal lebih jauh keberadaan P4S tersebut.
Tanpa Harga
Struktur kelembagaan P4S milik petani baik perorangan maupun kelompok, dibuat sesederhana mungkin, pengaturan kewenangan tidak ada, tugas dan fungsinya disesuaikan potensi unggulan dan kemampuan yang dimiliki pengelolanya untuk dikembangkan kepada petani lainnya.
Standar biaya operasional termasuk biaya pelatihan dan permagangan tidak ditentukan dan tidak dipatok besarannya oleh pengelola P4S. Biaya pelaksanaan pelatihan dan permagangan lebih banyak menganut prinsip musyawarah dan mufakat.
Di beberapa P4S sering terjadi biaya pelatihan ditanggung bersama antara peserta dengan pengelolanya (sharing cost), bahkan ada P4S yang melaksanakan pelatihan dan permagangan teknis tertentu dibiayai oleh pengelolanya (charity).
Dengan kondisi seperti itu, dapat dimaknai bahwa pada dasarnya pelatihan dan permagangan yang dilaksanakan oleh P4S menganut sistem pembiayaan very low cost dengan kata lain "mendidik petani tanpa harga."
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri, bahwa di P4S masih sering kita menemukan insan manusia yang berakhlak mulia dan berkarakter. Insan berakhlak mulia biasanya mempunyai keyakinan kuat bahwa "sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain". Sementara itu, karakter oleh Erie Sudewo (2011) dikategorikan dalam 3 karakter dengan 19 nilai-nilai kebaikan, yakni
a) karakter dasar dengan 3 nilai kebaikan;
tidak egois,
jujur dan
disiplin,
b) karakter unggul dengan 7 nilai kebaikan;
ikhlas,
sabar,
syukur,
bertanggungjawab,
berkorban,
perbaiki diri, dan
sunguh-sungguh dan
c) karakter pemimpin dengan 9 nilai kebaikan;
adil,
arif bijaksana,
ksatria/berani,
tawadhu,
sederhana,
visioner,
solutif,
komunikatif dan
inspiratif.
Pusat Pelatihan Berkualitas Milik Petani
Adalah menjadi kerinduan dan harapan bersama bahwa pembangunan pertanian ke depan adalah milik dan memihak kepada para petani. Mimpi yang diharapkan dapat menjadi kenyataan di masa depan adalah pembangunan pertanian direncanakan sendiri oleh para petani, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh para petani serta hasilnya dinikmati sendiri oleh para petani. Demikian halnya dengan harapan dan kerinduan kita bersama terhadap eksistensi P4S di masa depan. P4S sebagai kelembagaan pelatihan swadaya petani diharapkan dapat secara langsung berperan aktif dalam pembangunan pertanian melalui pengembangan sumberdaya manusia pertanian dalam bentuk pelatihan dan permagangan petani dan masyarakat perdesaan di wilayahnya.
Kelembagaan P4S yang keberadaannya sangat strategis dalam upaya pemberdayaan petani dan masyarakat perdesaan diharapkan dapat menjadi pelopor dan pioner dalam proses perubahan pola pikir, perilaku dan sikap petani dari kondisi sekarang menjadi kondisi yang lebih maju dan modern, baik dari aspek produksi dan produktivitas maupun dari aspek pendapatan dan kesejahteraan petani secara lestari.
Oleh karena itu, P4S harus mampu mewujudkan suasana atau iklim agar petani di wilayahnya dapat berkembang dan meningkatkan kemampuan sesuai potensi petani yang dimilikinya serta selalu berupaya menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak (stake holder) guna terwujudnya penguatan ekonomi petani yang memberikan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup petaninya.
Untuk mempercepat pengembangan SDM petani dan masyarakat perdesaan, dalam jangka panjang diharapkan setiap desa terdapat P4S minimal klasifikasi pemula. Di setiap kecamatan terdapat P4S klasifikasi Madya, dan setiap kabupaten/kota terdapat P4S klasifikasi Utama. Dengan mendorong prakarsa para kontaktani dan anggota Ikatan Alumni Magang Jepang (IKAMAJA) yang jumlahnya lebih dari 1.000 orang, maka harapan dan sasaran tersebut dapat menjadi kenyataan di kemudian hari. Melalui niat yang tulus dan tekad yang kuat dari semua pihak terutama Forum Komunikasi P4S, IKAMAJA dan Kelompok KTNA dari semua jenjang administrasi pemerintahan (desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional) seyogyanya bahu membahu untuk merealisasikan harapan dan sasaran tersebut guna terwujudnya SDM Pertanian terdidik dan berkualitas sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di masa depan.
Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan (P4S) juga diharapkan menjadi mampu menghasilkan pemimpin berkarakter dan pengusaha agribisnis yang tangguh dan berkarakter. Kisah sukses Bob Sadino dalam membumikan agribisnis dengan bermitra petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Komoditi yang diusahakan adalah terong Jepang yang diekspor ke Negara Sakura tersebut. Sukses Bob Sadino, terletak pada kemampuan menempatkan diri diantara perilaku serakah (greed) dan kengerian (fear) untuk maju. Motivasi bisnis – bukan hanya mencari "profit" tetapi yang dicari adalah "benefit". Pelayanan kepada masyarakat sungguh-sungguh diperhatikan, terutama mutu produk yang tinggi dan konsisten serta tepat waktu.
Yayasan Amal Masyarakat Pertanian Indonesia (YAMPI) bekerjasama dengan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian telah menyusun Modul Pelatihan Bagi Petani, terdiri dari
1) Moral dan Etika,
2) Kepemimpinan Tani dan
3) Kewirausahaan Agribisnis,
Pada tahun 2006. Pelatihannya diberi nama: "Pelatihan Kepemimpinan dan Kewirausahaan Agribisnis Berlandaskan Moral dan Etika" disingkat "Pelatihan Kepemimpinan Wiramor".
Perkumpulan / Kelompok Tani
SEJAHTERA
Usaha Tani Utama : Sistem Integrasi Kakao, Kambing, Entog, Padi, Pisang, Itik, Ikan, Sayuran, Singkong, Suuk, Sapi.
Kelompok Ekonomi Petani KEP Petani Nusantara
Produk Utama : Beras, Sayuran, Gurame, Lele, Kecap Tradisional, Kripik Singkong, Kripik Pisang, Sale Pisang, dan Suuk Sangray.
MENDESAK DAN PENTINGNYA MENCETAK PENGUSAHA MUDA AGRIBISNIS 20:22 WIB | Jumat, 11 Oktober 2013 | Opini | Penulis : Ahmad Soim
(Sebutir Pemikiran buat Para Pemikir)
Wayan Supadno (Praktisi Agribisnis)
Peluang usaha di negara agraris yang besar dengan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai seperempat miliar jiwa (250 juta) ini sangat besar. Sayangnya negeri nan elok ini malah menjadi pangsa pasar permanen di sektor pangan yang luar biasa besar dan banyaknya oleh para petani luar negeri.
Impor sayuran, buah-buahan dan daging Indonesia telah menghabiskan banyak devisa negara. Badan Pusat Statistik (BPS 2013) mengungkapkan terdapat 86 ribu ton sayur impor yang masuk selama bulan Mei 2013 atau senilai US$ 64,8 juta (Rp. 669,6 miliar). Jika diakumulasi selama Januari-Mei 2013, total sayur impor yang masuk sudah mencapai 308 ribu ton atau senilai dengan US$ 221,07 juta (Rp. 2,2 triliun). Selama bulan Mei 2013, buah impor yang masuk ke Indonesia tercatat sebesar 75 ribu ton atau senilai US$ 104,06 juta (Rp. 1,07 triliun). Sementara jika secara komulatif (Januari-Mei) ada 221 ribu ton buah impor yang masuk atau US$ 274,1 juta (Rp. 2,83 triliun).
Pada sisi lain masih banyak lahan-lahan potensial di Indonesia yang belum difungsikan. Terdapat sekitar 30 juta ha lahan potensial bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan (Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi/LP3E).
Salahsatu faktor yang menjadi penyebab kondisi dilematis ini terjadi adalah karena Indonesia miskin pengusaha khususnya pengusaha muda, terutama pengusaha muda agribisnis. Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Februari 2013) jumlah wirausahawan Indonesia hanya 1,9% dari 250 juta jiwa penduduk Indonesia. Masih sangat jauh dibanding negara lain: Malaysia 4%, Singapura 7%, Jepang 10% dan Amerika 12% dari jumlah penduduknya.
Maju mundurnya pembangunan sebuah bangsa dan percepatan kemakmurannya secara data dan empiris berbagai pihak menyimpulkan sangat erat kaitannya dengan seberapa besar rasio jumlah pengusaha yang dimilikinya. Agar sebuah negara maju dan sejahtera minimal harus memiliki 2% wirausaha dari total penduduknya. Dengan demikian, maka di negeri yang kita cintai ini jumlah pengusahanya masih di bawah ambang batas.
Dampak dari minimnya jumlah pengusaha di Indonesia yaitu jumlah pengangguran yang besar, fenomena menjamurnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan masih banyaknya kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pengangguran di Indonesia hingga Februari 2013 mencapai 7,17 juta orang. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri saat ini menurut Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) lebih dari 6,5 juta jumlah TKI yang bekerja di 142 negara.
Oleh karena itu pemerintah tak terkecuali Kementerian Pertanian perlu membuat program yang bersifat bertahap, bertingkat dan berlanjut berupa Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kewirausahaan bagi segenap muda-mudi. Mungkin untuk lebih efisien dan memassalkan secara cepat perlu diadakan secara terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dalam Diklat ini dihadirkan beberapa pakar yang menguasai teori kewirausahaan sekaligus pentingnya dihadirkan para Praktisi Pengusaha Sejati untuk proses penularan. Jika hal ini dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan maka tidak mustahil negeri ini akan mampu mencetak wirausahaan muda yang tangguh dana dalam jumlah yang cukup. Lahan-lahan tidak ada yang menganggur dan impor pangan tidak lagi ada, sebaliknya bangsa ini malah mampu mengekspor pangan.
Di antara ciri-ciri pribadi yang memiliki modal sebagai pengusaha sukses, yaitu:
Pertama, waktu usia dini (masa kecil) ketika menghadapi kesulitan cenderung melakukan improvisasi diri untuk mencari solusi. Contohnya ketika mainan bola jatuh di kolong tempat tidur, maka berusaha sendiri untuk meraihnya dengan cara mencari satu cara sebagai pengaitnya contoh sapu/gala. Bukan merengek menangis menunggu pertolongan dari orangtuanya.
Kedua, waktu masa remaja cenderung menonjolkan kecerdasan bukan kepintaran karena ketekunan. Contohnya lebih senang menyelesaikan tugas yang bernuansa kalimat matematika (studi kasus per kasus) bukan sekedar penghafal yang ada di dalam tulisan buku pelajaran semata.
Ketiga, ketika mengawali bisnis cenderung cari tantangan hal-hal baru dan berbeda nuansa inovatif-kreatif untuk dicoba dan dicobanya. Bukan berbisnis yang bernuansa ikut-ikutan.
Keempat, ketika sudah jadi pengusaha, ketika menghadapi kerugian dan kebangkrutan, justru dijadikan sumber kekuatan, dianggap sebagai proses pembelajaran sehingga terbentuk jati diri yang lebih ulet (dijemur tidak kering, disiram tidak basah, diiris tidak sobek). Bukan sekedar pengusaha mudah kapok/jera sehingga menanggalkan predikat sebagai pengusaha.
Kelima, jika sudah menjadi pengusaha sukses cenderung terpanggil untuk membangun masyarakat di sekitarnya dan menularkan kiat-kiat sukses kepada sesamanya yang belum sukses. Bukan menjadi sekedar sukses untuk dirinya sendiri atau merasa bangga menonjol di antara yang lain.
Taruna Bumi Darul Huda Dusun Cibadak Desa Paledah Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar